Malam setelah magrib, Bel rumah Alzam berbunyi. Bilqis yang sedang bermain di ruang tengah dengan keponakan Nya mendengar Bel itu, ia berjalan membuka pintu.
Ceklek.
Sekujur tubuh nya berhenti bergerak melihat sosok orang beberapa jam lalu melukai hati nya.
"Bilqis, " Bian mengambil lembut tangan Bilqis.
"Dengerin dulu ya?" Tangan Bilqis gemeteran, air matanya terjatuh.
"Ada siapa dek?" tanya Alzam yang baru saja turun dari kamar nya bersama Qia.
Tak ada jawaban dari Bilqis membuat Alzam mendekat ke mereka.
"Mau apa lagi kamu?! " Alzam langsung menarik tangan Bilqis yang di pegang oleh Bian.
"Bang," mohon Bian agar bisa bicara dengan Bilqis.
"Pergi! Jangan temui adik saya lagi! " murka Alzam, ia menghalangi Bian yang ingin menyentuh adiknya.
"Dengerin Bian dulu bang,"
Qia langsung membawa Bilqis kedalam, ia menatap Bian, kecewa.
"Qi, mohon jangan bawa Bilqis," Pinta Bian yang melihat Bilqis menjauh.
"kenapa?! terserah istri saya lah mau bawa adik saya kemana aja!"
"Sekarang mending kamu pulang aja," sambung Alzam denga penuh amarah.
Bian masih terdiam.
"Untuk surat cerai nya kamu gak usah repot repot, biar saya yang urus," ucap Alzam tenang.
Deg!
Bian melebarkan matanya, ada cairan bening yang menggenang di sana.
"Abang bercanda kan? " tanya Bian tak percaya.
"Kamu bilang saya bercanda?! Kamu sebaiknya pergi dari sini, sebelum tangan saya nekat menyakiti mu."
Bian tak bergerak juga,masih di tempat nya. Alzam masuk ke dalam dan menutup pintu, "adik saya pantas mendapat laki laki yang lebih baik dari kamu," Ucap nya sebelum pintu rumah tertutup rapat.
Bian pulang kerumah dengan keadaan berantakan. Ia tak di kasih kesempatan untuk berbicara. Sampai rumah ia menyesap satu batang rokok yang sudah lama tak ia jamah. Araf dan Azel menginap di rumah Bian karena takut sahabatnya ini nekat. Mereka tidur di ruang depan bersama.
Tengah malam Mereka terbangun mendengar suara lemparan kaca dari atas sana. Mau bagaimana lagi? Mau mencegah pun pintu kamar nya di kunci.
..
Pagi nya Bian tak ke kampus melainkan ke makam sahabatnya yang sudah lebih dulu di panggil oleh Tuhan, Nevan.
Ia menatap nisan itu dalam, tersirat kerinduan yang amat besar. Ah rasa nya baru kemarin mereka bercanda gurau di rumah Nevan, pesta BBQ an, nonton horor. Semua mereka lakuin bareng bareng tentu dengan Araf dan Azel.
" Apa gue salah di sini van? " tanya nya pada nisan di depan nya itu.
"Gue nyakitin perempuan van, gue nyakitin istri gue sendiri."
"Gue gak mau pisah, Gue gak di kasih kesempatan buat ngomong van. Bang Alzam lagi urusin surat pisah nya Gue harus gimana?"
Sedang bercerita pada sahabat nya itu bahu Bian di tepuk dari belakang. "Lagi ada masalah? Hem?"
Bian menoleh menampilkan sosok laki laki berJas hitam dan kacamata bertenger di kerah baju nya. Zaki. Dia adalah kerabat ayah Qia yang udah Bian anggap sebagai om nya sendiri.
"Om, " lirih Bian bangun dari duduk nya.
"Hilih kok sedih gini mukanya? Bian yang sangar mana?" ledek Zaki.
Zaki membawa Bian ke warung kedai tak jauh dari sana dan Bian menceritakan semuanya.
"Jadi kamu nyerah gitu aja? " Bian menggelang cepat. Ia tak akan menyerah begitu saja.
"Bian gak tau om harus apa lagi, " ucapnya putus asa.
"Nanti om bantuin, selagi kamu belum nyerah. Dan ingat kalo om bantuin jangan ulangi perlakuan kasar kamu lagi," Zaki menepuk bahu kokoh Bian.
"Udah sana minta maaf, mungkin Bilqis masih di sekolah." Lanjut Zaki.
..
"Qis, Lo beneran bakal pindah? Nanti gue sama siapa Qis, gak ada temen curhat lagi dong gue," Leta menurunkan bahu nya lemas mendapat kabar Bilqis akan pindah sekolah.
"Masa dadakan banget si," Leta terus mengoceh sepanjang jalan koridor. Ia tak mau sahabatnya pergi jauh, tapi mau bagaimana lagi, itu sudah keputusan nya.
"Maaf ya Let, nanti aku bakal sering kabarin kamu deh,"
"Bener ya? Awas aja kalo sehari gak saling ngabarin gue kick lo jadi temen," canda Nya.
Bilqis cekikikan melihat wajah kesal Leta. Mereka berjalan ke parkiran. Bilqis pulang di antar Leta, Atas paksaan Leta juga tentunya.
Di depan pagar motor Leta berhenti karena seorang laki laki menghalangi jalanNya, laki laki dengan jaket denim merentangkan tangan nya agar motor Leta tak bisa jalan.
"Turun ya? Aku bakal jelasin semua nya ke kamu, Tolong dengerin aku dulu," pinta nya dengan wajah yang di bilang cukup dikasihani.
Bilqis tersenyum menyembunyikan rasa sakit nya "gak ada yang harus di jelasin lagi kak. Terimakasih atas perlakuan kasar kakak dan cara kakak menyakiti Bilqis selama ini, Sekarang tolong jangan ganggu Bilqis lagi,"
Bian menggeleng dan tetep kekeh berdiri di sana menghalangi motor Leta. "Ada! Aku bakal ngasih buktinya ke kamu,"
"Bukti apalagi si elah! , cere mah cere aja. Gausah nahan gini, yang ada sahabat gue makin kesiksa sama lo! " Sinis Leta.
Bilqis langsung menyuruh Leta untuk menjalankan motornya,tanpa memperdulikan Bian yang hampir tertabrak. Sedangkan Bian langsung melajukan motornya ke rumah seorang yang telah berjanji akan membantu nya untuk tetap bersama Bilqis.
Bersambung...
Bagaimana para bestieee? Apa kalian tim cere atau tidaq?
Jgn pada ngamuk napa serem tau! Ngamuk nya sama Bian aja 🙏☺
Udeh ah
ASSALAMU'ALAIKUM! Ga jawab salam dosa!
BABAY👋
KAMU SEDANG MEMBACA
A B I A N : Insaf Boy [END]
AçãoSequel "AZZAM" .. Abian Alghifari, seorang laki-laki yang hidup nya tak peduli sekitar, apalagi yang nama nya perempuan. Mengingat bagaimana mamah nya menyakiti papah dulu membuat Abian muak akan perempuan. Abian dijodohkan dengan Bilqis Latifah...