29. dekapan hangat.

22.7K 2.5K 150
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.












Alzam, Qia, Abian dan jangan lupa si kembar beserta babysitter nya kini sudah menginjakan kaki nya di Mesir.
Mereka berangkat pagi pagi sekali, mereka sampai sana pada malam hari. Alzam menghubungi kenalan nya untuk menanyakan tempat tinggal adik nya.

Bilqis selama ini tinggal di kost kostan mesir, tempat nya seperti aparteman hanya saja tak ada lift ataupun eskalator. Untung saja kamar Bilqis berada di lantai dua. Kalau lantai delapan paling atas mungkin bisa sampai nya besok subuh.

"Yang sini kamu aku gendong aja," usul Alzam ketika melihat wajah lelah Qia.

"Gak usah, mas juga capek pasti."

Alzam mengambil ahli Razzan dari gendongan Qia, lalu ia berikan kepada Bian. Sedangkan Fawaz berada pada babysitter nya.

Tanpa aba aba Alzam langsung mengendong Qia menuju lantai atas.
"Astaghfirullah! Turun!"

"Ssst.. Jangan berisik udah pada tidur,"  Alzam menaruh jari telunjuk nya di bibir Qia.

"Sampe tangga terakhir aja yang," Qia pasrah.

Bian hanya geleng geleng Kepala nya saja melihat kelakuan kedua kakak ipar nya ini.

Tengnong
Alzam memencet bel yang diketahui itu adalah kamar Bilqis.

Ceklek.

Pintu kamar itu tebuka menampilkan gadis menggunakan muke dengan mata mengantuk nya. "waalaikumsalam, man anta?" (Siapa kamu?)

"Oh gak kenal nih ceritanya?" ledek Alzam.

"Eh ya Allah bang Alzam! Kak Qia! "
Bilqis melototkan mata nya dan langsung memeluk kedua orang di depan nya. "Kok gak ngasih tau aku si mau ke sini?"

"Biar suprise gitu," jawab Qia membalas pelukan Bilqis.

"Loh kembar juga ikut?" Mata Bilqis menelusuk ke belakang Alzam dan Qia.

Mata itu berhenti di belakang Alzam,  laki laki it Yang wajah nya tertutup sorban waktu itu bukan?

"Itu Siapa bang?"
Qia dan Alzam tersenyum dan Qia mengambil ahli Razzan dari Abian, "yuk yang masuk, masuk aja bi" Ucap Alzam mempersilahkan Qia dan bi Minah masuk.

Sedangkan Bilqis dan Abian masih saling pandang, tak lama Abian mendekat dan membuka sorban yang menutupi wajah nya itu dengan perlahan. Perlahan tapi pasti hingga wajah tampan itu terpampang jelas di hadapan Bilqis.

"Kak Bian?"

Abian tersenyum menggenggam tangan Bilqis lembut. "Ikut sebentar yuk,"

Bilqis menjauhkan tangan nya dari Bian. "Kita bukan mahram lagi kak, jad-" Ucap Bilqis terpotong oleh Alzam yang sedikit berteriak dari dalam kamar Bilqis.

A B I A N : Insaf Boy  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang