[XXI]

453 85 6
                                    

"Noona.."

"Sstt, tidak apa-apa. Kim Dok-ja hanya terjatuh, kalian jangan menangis ya?"

Yoo Sangah menenangkan Shin Yoosung, mereka khawatir dengan Kim Dok-ja yang terus-menerus mencari mati.

"Padahal dia tidak bisa berjalan, dan bahkan aku sudah mengikatnya! Kenapa dia masih bisa celaka seperti itu?!"

Aileen mengumpat. Menggebrak meja dengan keras dan hampir mematahkan kaki meja itu.

Lee Gelyoung hanya menangis tanpa suara di pojok ruangan, dia memeluk lututnya, menenggelamkan kepalanya diantara kedua tangannya.

"Hah.. aku rasa dia akan sadar sebentar lagi. Cedera di kepalanya tidak cukup parah. Tapi tetap saja, peluangnya untuk Amnesia sangat tinggi, jadi kalian harus berhati-hati."

Uriel menghela nafas panjang. Wajahnya pucat karna kekurangan istirahat. Mereka sudah berjaga selama hampir 2 hari 1 malam karna Kim Dok-ja.

"Kau yakin dia akan mengalami Amnesia? Aku takut itu seperti terakhir kali.."
Celetuk Sun Wu Kong. Alisnya terangkat sebelah, tatapan nya mengatakan bahwa dia tidka percaya.

Uriel berkedut, "Apa maksudmu aku berbohong?"

Sun Wu Kong mendongak, "Tentu saja bukan itu maksudku!—"

"Engh.."

Teriakan Sun Wu Kong terhenti ketika pria kurus yang tengah terbaring dengan infusan di tangannya mengerang tidak nyaman. Tubuhnya bergetar seakan menahan sakit.

Matanya terbuka perlahan, visinya buram. Dia mengedipkan matanya beberapa kali agar dapat beradaptasi dengan cahaya.

Orang-orang menatapnya, Persephone menangis dan segera keluar mencari suaminya.

Anak-anak juga ikut berdiri, mereka menghampiri Kim Dok-ja namun di tahan oleh Yoo Sangah.

Lee Seolhwa mendekat, tatapan kebingungan dari Kim Dok-ja membuat hatinya sakit.

"Dokja-ssi, bagaimana perasaan mu?"
Lee Seolhwa bertanya dengan senyuman menghiasi wajahnya. Kim Dok-ja linglung, dia menggelengkan kepalanya beberapa kali.

"Siapa.. kali..an? U-ughh."
Kim Dok-ja merasakan sakit yang teramat sangat dari kepalanya.

Orang-orang tercekat. Mereka saling memandang, anak-anak menahan tangisannya.

Nafas Sun Wu Kong memburu, dia membuka dan menutup mulutnya beberapa kali sebelum akhirnya bertanya, "Kau ingat.. siapa.. aku, kan? Dokja-ya.."

Kim Dok-ja menggelengkan kepalanya sekali lagi. Sekarang orang-orang menghujaninya dengan ribuan pertanyaan.

"Siapa aku? Hyung!"

"Ahjussi, kau tidak melupakan ku, kan?"

"Do-Dokja! Apa kau melupakanku juga?"

"Dokja.. kau tidak melupakan ibumu ini, kan?"

"Kau pasti bercanda!"

"Siapa kamu sebenarnya?!"

Orang-orang mengoceh di depannya. Pertanyaan itu terus bergema di telinganya. Belum lagi suara tangisan anak-anak semakin membuatnya pusing.

Dia ketakutan karna itu. Nafasnya terengah-engah dan dia mengepalkan tangannya kuat-kuat.

Aileen mendesah pusing, "Berhenti! Kalian membuatnya takut, biarkan aku saja yang bertanya!"

Semua orang akhirnya terdiam, Aileen berbalik menatap Kim Dok-ja.

Ekspresi nya melembut, dia duduk di sampingnya dan bertanya, "Apakah kau ingat namamu?"

Kim Dok-ja termenung, dia membuka mulutnya dan berkata, "Kim.. Dok..Ja..?"

'Milikku'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang