12. masalah

4 2 0
                                    

Halo assalamualaikum

aku balik lagi hehe.

Tolonglah klik bintangnya.

~♥~
♡Happy reading♡
~♥~



"Kenapa!! lo gak terima?" tanya Zea sedikit tersenyum getir pada Gibran.

Gibran menatap tajam perempuan di hadapannya, kali ini Argas menghampiri Gibran menenagkan sahabat itu.

"jangan gitu, dia cewek," ucap Argas.

"Ngapa kalo gue cewek!! Gue pikir gue takut sama kalian. Cowok biang onar, gak ada gunanya" tegas Zea dengan suara lantang.

"Buset dah, galak bener ni cewek" Gumam Argas heran.

Tak lama kemudian pintu kelas terbuka menunjukkan kedatangan Zelin dan dua sahabatnya.

"Eh, nenek lampir lo bilang apa tadi?!" tanya Zelin ngegas.

Semua pasang mata berbalik melihat ke arah Zelin. Adriel yang cukup risih dengan keadaan saat ini mendengus kesal.

"Gak usah ikut campur, urusan gue bukan sama lo," Sahut Zea dengan risih.

"Lo marahin Adriel dan ini udah jadi urusan gue!" Sahut Zelin.

Dengan pelan Rachel berjalan mendekat pada Zea, dia memegang lengan dan berbisik pada Zea. " Ze, udah"

Bukannya berhenti, Zea malah menghampiri Adriel yang duduk tenang di bangku menyaksikan semua itu.

"Eh, lo kenapa diem aja!!" tergur Zea. "Lo punya maksut lain kan deketin Rachel," tebak Zea.

"Maksud lo apa ngomong gitu, kayak temen lo itu cantik banget!!" Zelin mendorong bahu Zea dengan keras.

"Maksut lo apa dorong-dorong gue!!" Sentak Zea dengan keras.

Meraka yang berada di kelas maupun di luar kelas menyaksikan itu semua, Argas pun yang melihatnya sampai menggigit bibir bawahnya.

"Gila coy, barbar parah," Gumam Glen.

"Zea cantiknya gak ada obat kalo lagi marah," Gumam Argas yang langsung mendapat senggolan dari Gibran.

"Eeh,  denger ya nenek sihir. Temen lo itu yang kegatelan sama Adriel!"

"Jaga omongan lo ya!!" Dengan cepat Zea menjambak rambut Zelin.

Mereka sudah main jambak-jambakam saat ini, Rachel, Kaira dan sahabat Zenin pun berusaha keras memisahkan mereka.

"Semangat yayang Zea," Teriak Argas.

"Semangat matamu, pisahin anjing!!" sentak Glen saat mendengar sorakan dari Argas.

Beberapa menit kemudian pintu kelas terbuka lebar-lebar, Bu Ningsi berdiri di depan pintu itu dengan berteriak.

"BERHENTI!!"

Teriakan itu mampu membuat Zea dan Zelin berhenti saling jambak-jambakan.

"Buset, Macan tultul dateng," Gumam Argas sambil memegang tangan Gibran dengan rasa takut.

"Chheekk..., apaan sih," Ucap Gibran menepis tangan Argas.

"Takut,"

"Bencong banget lo," bisik Glen yang langsung di geplak oleh Argas.

Bu Ningsi berjalan menghampiri mereka semua, Ia terus berjalan, saat berada di tengah-tengah Zelin dan Zea,  Bu Ningsi berhenti.

"Mau jadi preman sekolah?" tanya Bu Ningsi.

Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang