02 (⚠)

13.6K 1K 88
                                    

"Lo kenapa sih ngikutin gue mulu?!" setelah sekian lama Renjun memendam kekesalan nya sebab Haechan terus mengikutinya, akhirnya ia berani berbicara seperti itu.

"Gak boleh? Gue kan calon suami lo."

"Siapa yang mau nikah sama lo?" Renjun melipat kedua tangan nya di depan dada.

"Elo lah. Siapa lagi?"

Halis Renjun bertaut sambil menatap Haechan dengan ekspresi seolah ia berkata 'sotoy banget anjir'.

"Tapi kan lo cinta nya sama Jaemin."

"Ya lo gak salah, tapi faktanya apa? Kita di jodohin. Gak nikah? Mustahil."

Renjun kembali menjatuhkan tangannya di samping badannya dan mengepalkan telapak tangan. Cepat atau lambat Renjun akan mengutarakan keinginannya pada kedua orang tua nya supaya mereka tidak di jodohkan, sebelum nantinya ia dan Haechan akan di suruh untuk menikah.

"Gak ya, gue gak mau!" Renjun lalu melenggang pergi dari hadapan Haechan, tidak berlari hanya berjalan dengan tempo sedikit lebih cepat.

Baru saja ia mau memasuki kelas nya, Haechan sudah lebih dulu masuk dan mengambil tas nya kemudian laki-laki itu menarik pergelangan tangan Renjun dan menyeretnya.

"Chan! Kenapa sih!? Gue mau pul-- ish lepas!!" Renjun berusaha untuk melepaskan diri tapi tak ada hasil, "Gue mau pulang sama Jeno!"

"Jeno gak mau pulang sama lo."

"So tau lo papan kucek."

Haechan tidak menggubris lagi dan tetap memegang tangan Renjun dengan kuat agar remaja itu tidak bisa melarikan diri.

Sesampainya di parkiran sekolah, Haechan menyuruh Renjun untuk naik ke motornya. Kini mereka berdua saling berhadapan.

"Inget ya, disini keluarga gue bantu keluarga lo. Jadi gak usah nentang apapun yang bakal terjadi sama kita." Haechan menatap kedua mata remaja di depannya cukup dalam.

Renjun sedikit gugup di tatap seperti itu oleh Haechan, namun disisi lain ia juga ingin memukul wajah Haechan menggunakan helm.

"Denger, ya!" Renjun sedikit mendorong Haechan yang jaraknya lumayan dekat dengannya, "Gue beneran gak terima sama ini semua, suatu saat nanti gue bakal protes supaya perjodoham kita ini di batalin. Satu lagi, gue gak mau nikah sama lo!"

Ekspresi wajah Haechan semakin datar, lalu ia pun naik ke motornya dan menyuruh Renjun agar tidak turun. Untuk kali ini Renjun menurut, karena Renjun percaya Haechan akan mengantarnya pulang.

Tapi nyatanya tidak seperti itu.

.
.
.

"Kok lo bawa gue kesini? Ini rumah siapa?" tanya Renjun yang kebingungan ketika Haechan memberhentikan motornya di sebuah rumah yang cukup mewah ini.

"Rumah gue lah."

"Tapi gue gak tinggal disini!" gerutu Renjun yang turun dari motor Haechan.

Haechan ikut turun dan membuka helm nya. Ia menarik tangan Renjun supaya mendekat dengannya.

"Gue masih kesel sama omongan lo tadi, gue gak suka."

"Terus? Kaitan nya apa sama gue yang di bawa  kesini?"

Haechan menyunggingkan sebelah sudut bibirnya. Menarik tangan Renjun untuk masuk ke dalam rumahnya.

Tidak ada siapa-siapa disini, jadi Haechan langsung membawa Renjun ke kamarnya dan mendorong tubuh remaja itu ke atas ranjangnya.

"Chan! L-lo mau ngapain?" tanya Renjun sedikit gemetar melihat Haechan yang membuka dasi beserta beberapa kancing seragam nya.

"Ganti baju lah." jawab Haechan, "Lo pasti ngira gue bakal mesum, kan?"

Renjun mengalihkan wajahnya ketika Haechan membuka seragam atasnya dan menyimpannya di sebuah tempat khusus baju kotor.

"Apapun bisa terjadi, chan." ucap Renjun yang masih sedikit gemetar.

"Emang." ujar Haechan yang menghampiri Renjun dan langsung meraih tengkuk leher remaja itu lalu mencium bibirnya.

Kedua tangan Renjun sudah memegang kedua bahu lebar Haechan, sedikit meremat dan mendorongnya. Tapi percuma, karena tenaga Haechan lebih besar darinya.

Perlahan Haechan memposisikan tubuh Renjun agar berbaring.

Awalnya Renjun menolak sebab beberapa kali berusaha untuk menjauhkan Haechan darinya, tapi lama-kelamaan ia menikmatinya juga membuat Haechan semakin bebas.

Masih dengan tautan bibir yang belum terlepas, tangan Haechan membuka kancing seragam Renjun satu-persatu.

Ciuman nya beralih pada leher putih Renjun, membuat mahakarya yang dapat diartikan bahwa mulai sekarang Renjun adalah miliknya.

.
.
.

Renjun mengusap-usap lehernya yang dipenuhi oleh bercak merah keungu-unguan yang diperbuat oleh Haechan.

Haechan sendiri sibuk dengan ponselnya, ditambah laki-laki itu juga masih shirtless.

"Gila lo Lee Haechan. Gue aduin Jaemin kelar idup lo."

"Lo juga gue aduin Jeno, adil kan?"

Renjun menghentak-hentakkan kakinya sebal membuat Haechan terkekeh tanpa sepengetahuan Renjun sendiri.

"Ini ilangnya pake apa coba? Kalo besok keliatan di sekolah gimana? Terus kalo mama nanya gue harus jawab apa, hah?"

"Ntar juga ilang sendiri. Kalo mama lo nanya bilang aja kerjaan si Haechan, gak bakal marah juga lagian."

Renjun memejamkan mata sekilas untuk menahan semua kekesalannya walau percuma pada akhirnya ia memukuli lengan Haechan dengan brutal, berakhir Haechan yang kembali mendorongnya sampai berbaring dan mengunci kedua tangannya di samping kepala nya.

.
.
.









Vote & komen

Matchmaking | HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang