05

7.4K 854 19
                                    


"Tumben nak, gak ngerengek minta batalin perjodohan?"

Renjun yang sedang menulis itu melirik sang ibu sekilas. Betul juga, sepertinya hampir setiap malam Renjun selalu merengek meminta perjodohan ini dibatalkan.

Hanya saja untuk sekarang Renjun terpikirkan kejadian di sekolah tadi, dimana Haechan memeluknya dan bertanya padanya antara Haechan dan Jeno, siapa yang ia pilih.

Jujur Renjun ingin menjawab ia memilih Jeno, tapi entah kenapa Renjun merasa ada sesuatu yang aneh atas pertanyaan Haechan itu.

"Gak apa-apa." jawab Renjun pada ibunya.

Wanita paruh baya itu mengangkat kedua halisnya dan mengangguk lalu pergi dari sana. Renjun menopang dagu dengan tangannya.

Hm, apa mungkin pertanyaan Haechan ada kaitannya dengan wajah laki-laki itu yang babak belur. Oh, atau jangan-jangan Haechan berkelahi dengan Jeno?

Ah, kenapa Renjun baru sadar sekarang? Pasti itu semua ada kaitannya. Mungkinkah Jeno sudah tahu bahwa ia dijodohkan dengan Haechan?

"Permisi."

Renjun langsung menoleh ke arah pintu utama.

"Ren, ada Haechan nih."

"Hai." sapa Haechan yang menaruh beberapa bingkisan diatas buku-bukunya, lalu laki-laki itu duduk di sebelahnya.

"Lagi ngapain?"

Renjun menatap Haechan aneh, "Apaan deh? Bukan lo banget."

"Pencitraan dulu, lo diem aja." pelan Haechan pada Renjun.

Sebab ibu Renjun baru saja lewat untuk melihat interaksi mereka berdua, setelahnya wanita itu pergi ke dapur untuk mengambil minuman.

"Chan." Renjun memegang sebelah bahu Haechan, "Lo abis berantem sama Jeno kan?"

"Hah?"

Sebenarnya Haechan terkejut kenapa Renjun bisa tahu? Siapa yang memberi tahunya? Haechan tidak ingin jika Renjun juga tahu bahwa ia dan Jeno membuat kesepakatan konyol, dengan Renjun dan Jaemin yang sebagai taruhannya.

"Tuh kan? Bener ya?"

"Hah.. ih nggak. Lo kata siapa?"

"Gak ada sih, nebak aja. Soalnya aneh banget lo tiba-tiba nanya gue milih lo atau Jeno, gue mikir pasti ada kaitannya sama muka lo yang babak belur."

Haechan menggigit bibir bawahnya, tebakan Renjun benar sih. Tapi Haechan tidak ingin mengaku bahwa ia memang berkelahi dengan Jeno.

"Nggak kok." jawab Haechan.

Renjun kembali menjauhkan tangannya dari bahu Haechan tapi laki-laki itu malah meraih kedua tangannya dan melingkarkan nya lagi di leher Haechan.

Itu otomatis membuat jarak keduanya menjadi dekat. Renjun yang terkejut refleks mendorong Haechan sampai terjungkal.

"Ntar emak gue liat!"

"Biarin lah!"

Tak lama ibu Renjun kembali dengan dua gelas susu hangat sambil menggeleng-gelengkan kepalanya melihat dua laki-laki itu yang seperti kucing dan anjing.

"Diminum ya, jangan berantem." lalu wanita itu pergi lagi.

"Sorry ya, harusnya gue agak kalem dikit di depan calon mertua." ujar Haechan yang diberi pukulan di kepala nya oleh Renjun.

Haechan terkekeh kemudian meneguk susu itu setengahnya, begitupun Renjun.

"Lo lagi ngerjain apa?" tanya Haechan.

"Tugas."

"Tugas apa?"

"Ekonomi."

"Guru nya siapa?"

"Lo banyak tanya banget anjer!" Renjun memukul Haechan dengan bukunya sampai menimbulkan suara.

Lalu ia lanjut mengerjakan tugasnya. Sementara Haechan menyandarkan kepala nya di bahu Renjun. Untuk kali ini Renjun diam, jauh lebih baik seperti ini daripada ia harus mendengar suara Haechan yang mengganggu telinganya.

"Oh iya itu bingkisan yang satu isinya perbajuan, yang satu lagi ada makanan buat lo ngemil di kamar."

"Hm."

"Sama-sama."

Renjun terkekeh, "Iya, makasih."

.
.
.

Pagi ini untungnya Haechan tidak menjemput karena sudah ada Jeno yang berdiri di depan rumahnya bersama sepeda motornya.

Selesai memakai sepatu, Renjun langsung menghampiri kekasihnya itu.

"Yuk." ajak Jeno namun nada suaranya membuat Renjun menautkan kedua halisnya.

"Kamu gak apa-apa, Jen?" tanya Renjun.

Jeno yang sudah naik ke atas motornya kemudian menoleh ke arah Renjun yang berdiri di sampingnya. Ia tersenyum tipis pada laki-laki pendek itu.

"Gak apa-apa kok, ayo nanti telat."

Meski ragu, Renjun mengangguk saja dan naik ke atas motor Jeno. Lalu mereka pergi dari sana.

Hanya sekitar 20 menit mereka menghabiskan waktu di perjalanan, Jeno memparkirkan motornya di deretan para sepeda motor lain.

Renjun turun dari motor Jeno dan menunggu sang kekasih yang masih sibuk merapikan rambutnya.

"Udah ganteng kok." sahut Renjun membuat Jeno tertawa.

Lalu pria Lee itu turun dari motor, merangkul bahu Renjun dan mengajaknya untuk masuk.

Di koridor, Jeno dan Renjun tak sengaja berpapasan dengan Haechan. Renjun bisa melihat bahwa Haechan tidak melihat padanya, melainkan pada Jeno yang membuat Renjun yakin ada yang tidak beres antara keduanya.

Juga atmosfernya menjadi berbeda saat dua laki-laki itu beradu tatap.

Terasa seperti ada persaingan antara mereka, Renjun yakin.

.
.
.










Vote & komen

Matchmaking | HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang