04

8K 934 85
                                    

Haechan berjalan melewati koridor sampai dimana ia terkejut ketika seseorang mendorongnya ke dinding.

Tenggorokannya terasa sesak, orang di depannya mencekik lehernya dengan satu tangan.

"Jauhin Renjun!"

Haechan menatap laki-laki di depannya dengan tatapan tajam, "Alesannya?"

"Masih nanya? Dia pacar gue bangsat! Kalo mau dia lo lawan gue dulu!" kening Jeno tampak memerah karena kesal.

"Lawan lo?" Haechan tersenyum meremehkan ke arah Jeno, "Gue lawan cowok kayak lo? Lo bukan level gue buat di lawan, udah lo mending urus organisas--"

Ucapan Haechan terhenti saat Jeno melempar sebuah tinjuan ke pipinya, yang membuat Haechan terjatuh.

"Lo mau kita ngapain? Balapan? Oke." suara Jeno.

Haechan mengusap sudut bibirnya yang sudah berdarah karena pukulan Jeno yang cukup keras. Matanya memicing menatap Jeno yang sangat berani menantangnya.

"Kalo lo menang, lo boleh ambil Renjun." ujar Jeno, "Tapi kalo gue menang,"

Jeno tampak menjeda membuat Haechan sedikit geram dan mau tak mau ia bangkit untuk membalas Jeno dengan memukul wajah tampan itu.

"Apa?! Kalo lo menang, lo mau apa?!!"

Jeno menatap Haechan, "Lo kasih Jaemin ke gue." sebelum pergi Jeno kembali memukul Haechan membuat laki-laki itu lagi-lagi tersungkur.

"Gila lo Lee Jeno!!" teriak Haechan yang kemudian meringis merasakan sakit di bawah diafragmanya.

Haechan mendekat ke dinding untuk menyandarkan punggungnya, memeluk perutnya yang lama-lama semakin terasa sakitnya.

Tiba-tiba Haechan terpikirkan kesepakatan nya bersama Jeno, ah tapi Haechan saja belum menyetujuinya.

Jika itu semua akan terjadi, Haechan bingung harus bagaimana. Mengorbankan Jaemin? Tidak, Haechan bahkan tidak akan membiarkan si bajingan itu mengambil Jaemin darinya.

Disisi lain, Haechan juga tidak mungkin membiarkan Renjun terus bersama Jeno. Kan Renjun sudah dijodohkan dengannya.

Kalau Haechan memilih keduanya, sama saja itu egois. Suatu saat Haechan akan menyakiti salah satunya.

.
.
.

"Ren, ada yang nyariin!"

Renjun yang merasa terpanggil langsung keluar dan betapa terkejutnya ia melihat sudut bibir Haechan yang tampak memar dan berdarah.

"Lo kenapa? Abis ribut sama siapa?" tanya Renjun yang entah kenapa merasa khawatir dengan kondisi Haechan sekarang.

"Bukan urusan lo, bisa obatin gue di uks?"

Renjun mengangguk. Kemudian Haechan menarik tangan Renjun menuju ke uks. Sesampainya di uks Haechan langsung duduk dan Renjun langsung mengambil kotak obat.

Tidak lupa mengambil es batu yang ia selimuti kain untuk mengompres luka lebam yang ada di wajah Haechan.

"Lo tuh kenapa sih, hobi banget ribut. Gak tenang banget kayaknya idup lo, masalah lo sebanyak apa sih? Kalo gak ribut ya balapan, gak tau juga faedahnya apaan." panjang lebar Renjun sambil mengobati luka Haechan dengan telaten.

Yang sedang diobati diam-diam tersenyum melihat bibir Renjun yang komat-kamit, cukup lucu untuk diperhatikan.

"Aw!!" ringis Haechan saat lukanya serasa di tekan, "Kenapa sih?"

"Mulai deh lo gak waras senyum-senyum sendiri."

"Gemes sih."

"Siapa?!!"

"Gue!!"

Renjun memutar bola mata seraya memajukan bibirnya, ia kembali mengompres luka lebam Haechan.

Sungguh, Haechan tidak bisa menyembunyikan senyumannya.

"Gue pulang sama Jeno."

"Iya."

Kening Renjun berkerut, "Tumben?"

"Apa? Lo kan pacarnya."

"Iya sih." Renjun mengangkat bahu acuh.

Sejujurnya Haechan menjadi khawatir pada Renjun sekarang. Haechan sudah mengetahui aksi busuk Jeno, juga sifat brengsek laki-laki itu yang tidak Renjun ketahui.

.
.
.

"Bro, lo ditantang balapan sama Jeno?" tanya salah satu teman Haechan bernama Lucas.

"Hah?"

"Eh gue denger dari Mark, serius? Kok bisa cowok kek dia nantang lo balapan, pasti kalian ada masalah."

Haechan terdiam. Jadi Jeno serius menantangnya? Tapi Haechan baru mempertimbangkan nya, apa ia harus memilih menang atau kalah?

"Tenang bro, gue sama yang lain pasti dukung lo. Malem ini latihan cuk, supaya menang, biar Jaemin gak jadi diambil sama dia."

Bahkan Jeno memberi tahu apa yang akan di dapatkan antara ia dan Jeno jika salah satunya menang?

"Diem-diem brengsek juga ya si Jeno."

"Apa gue harus terima tantangannya?"

Lucas tampak tidak menyangka dengan ucapan Haechan, "Terimalah! Masa lo diem gitu aja Jaemin mau diambil tuh orang."

Lalu bagaimana dengan Renjun?

.
.
.

Renjun berpapasan dengan Haechan, anehnya laki-laki itu tampak cuek atau mungkin tidak menyadarinya sama sekali.

Setelah mempertimbangkan dua kali, Renjun berbalik dan menyentuh bahu Haechan.

"Lo gak sadar kita papasan?"

"Eh? Oh iya sorry."

Halis Renjun bertaut, Haechan terlihat tidak seperti biasanya.

"Lo kenap-- tuh kan pasti lo lagi ada masalah. Huft.." Renjun menghela napas, "Intinya jangan bengong kalo lagi jalan."

Haechan menatap Renjun di depannya kemudian menarik tangan Renjun supaya mendekat padanya. Laki-laki itu melingkarkan kedua tangannya di tubuh Renjun yang pas sekali di pelukannya.

"Jeno atau gue?"

.
.
.










Vote & komen

Matchmaking | HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang