03

9.8K 937 67
                                    


Haechan melirik laki-laki di sampingnya yang masih asyik tertidur dengan posisi duduk. Haechan membuka sabuk pengaman nya, sedikit mendekat pada laki-laki itu.

Jari telunjuknya mengusap-usap lembut pipi Renjun, membuat laki-laki itu sedikit terusik karena merasakan geli di pipinya.

Perlahan ia membuka mata dan terkejut melihat wajah Haechan yang cukup dekat dengannya. Lantas Renjun mendorong kepala Haechan.

"Gak usah deket-deket!"

Haechan menatap Renjun tanpa ekspresi, lebih ke menahan kesal sebenarnya karena dengan beraninya laki-laki itu mendorong kepalanya.

Itukan namanya tidak sopan.

"Kita udah sampe di rumah lo, gak mau pulang lo?"

Renjun langsung menoleh ke jendela mobil dan benar saja, mobil Haechan terparkir tepat di halaman rumahnya.

Renjun langsung membuka seatbelt nya lalu membuka pintu mobil namun anehnya tidak terbuka.

"Buka anjir kunci nya." suruh Renjun pada Haechan yang melipat kedua tangan nya, pria itu hanya bergeming.

"Ck! Lo tuli kah?" suara Renjun yang mulai sebal.

"Chan astaga!!" Renjun memukul lengan pria itu, membuat Haechan terkekeh karena tingkah Renjun yang yah... menggemaskan.

"Ketawa lo! Buka kunci nya."

"Iya sayang."

Tubuh Renjun menjadi kaku setelah mendengar Haechan menyebutnya seperti itu. Tapi, Renjun tidak salah dengar kan?

"Apaan sih!" lagi-lagi Renjun memukul Haechan dan langsung keluar dari mobil tanpa berkata apa-apa lagi pada Haechan.

.
.
.

"Ma..."

"Apa?" wanita paruh baya yang sedang membaca majalah itu memutar bola mata.

Entah berapa kali ia mendengar putranya merengek sambil memajukan bibirnya seperti bebek.

"Batalin perjodohan nya, ya? Please..."

Wanita itu langsung menutup majalah yang ia baca dan menaruhnya di meja, "Kenapa sih? Kenapa gak mau? Apa karena dia nakal? Setiap orang bisa merubah sikapnya kok."

"Tapi, Renjun gak mau ma. Renjun gak suka sama dia."

Wanita itu tampak menghela napas atas perkataan putranya, "Kalo gak suka, kenapa ada tanda di leher kamu? Hayo?"

Renjun membulatkan kedua matanya dan langsung menutup lehernya.

"Ih mama!"

Wanita yang dipanggil mama terkekeh, "Terbukti kalau Haechan juga mau serius sama kamu kalau udah gini."

Renjun terdiam seraya menggigit bibir bawahnya, otaknya memikirkan ucapan mama nya tadi.

Benarkah Haechan serius? Lalu kenapa tadi pagi Haechan masih terlihat menyayangi kekasihnya yang bernama Jaemin.

"Ma, cinta itu ada yang beneran tulus ada juga yang cuma karena nafsu loh. Siapa tau Haechan kayak yang kedua."

"Hush!" sergah wanita itu membuat Renjun tercekat, "Gak boleh gitu. Kamu mungkin belum tau aja Haechan aslinya gimana."

Lalu wanita itu berdiri dari duduknya, "Udah ya, jangan ngerengek lagi minta batalin perjodohan nya. Mama mau tidur, kamu juga tidur ya."

Tersisa Renjun diruang tengah dengan bibir yang kembali ia majukan. Sebal sekali rasanya, sepertinya memang sulit untuk membatalkan semua nya.

.
.
.

"Jeno, jemput ya." suara Renjun pada orang di sebrang sana.

"Aku kumpul organisasi sayang, jadi harus datang lebih pagi. Kamu sendiri aja bisa kan? Maaf ya."

Renjun memerosotkan bahunya. Padahal Renjun sengaja agar ia tidak berangkat bersama  Haechan yang nantinya bisa membuat ia darah tinggi.

"Um.. yaudah deh gak apa-apa."

"Sekali lagi maaf ya, nanti pulang kita ngedate, oke?"

"Gak, males."

Renjun langsung menutup telefon nya tanpa mendengar respon Jeno setelahnya. Tidak peduli jika Jeno marah padanya atau apalah, Renjun tidak ingin ambil pusing.

Laki-laki itu menggendong tas nya, pamit pada sang mama lalu keluar. Sesuai instingnya, sudah ada Haechan yang menyandarkan punggungnya di sebuah mobil --mobil yang pria itu pakai semalam.

"Kenapa gak bawa motor?" tanya Renjun.

"Gak ah. Panas kalau lagi cerah, kalau hujan juga ribet."

"Gue naik bus aja." Renjun melenggang pergi membuat Haechan membulatkan kedua matanya dan langsung menyusul Renjun, menahan lengan laki-laki itu.

"Kok naik bus sih?"

"Gue pengen muntah naik mobil lo." ucap Renjun seraya menghempaskan tangan Haechan.

"Iya deh gak akan gue nyalain ac nya."

"Bukan karena ac, tapi lo bawa nya udah kayak mau ngajak gue ke akhirat. Mentang-mentang tukang balapan lo."

Melihat Renjun yang mengomelinya seperti itu, tanpa sadar bibirnya tersenyum. Gemas sekali rasanya tapi ia tidak bisa apa-apa.

"Tuh kan, sekarang malah senyam-senyum sendiri. Udah kayak orang gila tau gak lo?"

Haechan menggelengkan kepalanya, "Iya, lo yang bikin gue gila." kemudian Haechan mencengkram lengan Renjun dan membawa laki-laki itu menuju ke mobilnya.

.
.
.
















Vote & komen

Matchmaking | HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang