Haechan dan Renjun sudah memberi tahu orang tua masing-masing. Namun ada satu masalah, ternyata orang tua Renjun tidak merespon sebahagia orang tua Haechan.Mereka bilang, itu sama saja merusak Renjun. Mendengar itu Haechan jadi merasa bersalah. Karena yang diinginkan orang tua Renjun adalah mereka berhubungan seperti itu setelah menikah, karena sekarang keduanya bahkan masih sekolah.
Masalahnya adalah, orang tua Renjun akan mengundurkan putra nya dari sekolah daripada ada kesalahpahaman. Tidak mungkin Renjun sekolah dengan keadaan dia sedang mengandung.
Renjun bersama orang tua nya keluar dari ruangan kepala sekolah, Renjun sudah fiks keluar dari sekolah. Orang tua Renjun pamit duluan pada putra nya dan Haechan, kini menyisakan Haechan dan Renjun yang sedang berdiri di depan ruang kepala sekolah.
Tenang, ruang kepala sekolah kedap suara, ia tidak akan mendengar percakapan Haechan dan Renjun diluar.
Haechan meraih tangan Renjun dan menggenggamnya.
"Maaf..." ucap Haechan sambil menunduk.
Sebelah tangan Renjun yang menganggur mengusap rambut Haechan.
"Daripada terlambat dan jadi gosip yang gak enak disini, gak apa-apa. Gue bisa diem di rumah dan nunggu lo pulang."
Haechan melangkah lalu menempelkan kening nya di bahu Renjun, sebelah tangannya merangkul pinggang Renjun.
"Gue minta maaf, orang tua lo bener, sama aja kayak gue ngerusak lo."
"Nggak, Haechan. Gue nggak ngerasa di rusak sama lo. Gue seneng malah, karena gue percaya lo serius cinta sama gue, makanya lo kayak gitu."
Haechan mempererat rengkuhannya pada pinggang Renjun.
"Jaga adik bayi di dalem, ya? Jangan kecapekan, makan teratur juga."
Renjun terkekeh mendengar itu, "Iya, papa."
Haechan juga diam-diam tersenyum lalu menjauh dari tubuh Renjun, ia menangkup wajah Renjun dan memberi ciuman singkat di bibir laki-laki itu.
"Gue anter lo ke rumah, nanti gue balik lagi ke sekolah."
Renjun mengangguk dan keduanya pergi dari sana.
.
.
.Haechan menoleh saat merasa seseorang duduk disampingnya, ngomong-ngomong ia sedang berada di kantin.
"Mana Renjun?"
"Bukan urusan lo." jawab Haechan.
Jeno terkekeh, "Tenang, kan dia emang udah gak berurusan sama gue."
"Lo gak perlu tau."
"Oke, sorry kalau gitu." ucap Jeno langsung dan menyeruput minuman kaleng yang sudah ia beli, "Lo... masih benci sama gue, Chan?"
Haechan menoleh ke arah Jeno disampingnya, "Gak." jawabnya singkat.
"Gue tau masih ada sisa-sisa dendam di diri lo ke gue."
"Kita udah damai semenjak balapan itu, gue rasa gue gak perlu nyimpen dendam ataupun kebencian lagi sama lo."
"Thanks, lo baik banget. Entah udah berapa kali gue bikin lo sakit hati dan marah, tapi lo masih maafin gue."
Haechan tersenyum tipis, kemudian memandang lurus ke depan.
"Renjun keluar dari sekolah."
Giliran Jeno yang menoleh ke arah Haechan tidak percaya, "Kok bisa?"
Haechan menggeleng, tidak mungkin ia memberi tahu Jeno yang sebenarnya, bisa-bisa ia disebut lebih brengsek dari Jeno.
"Lo oke?"
Haechan mengerutkan keningnya dan memukul pelan lengan Jeno, "Apa sih? Pertanyaan lo bikin geli."
"Gak gitu, terus lo gimana kalau Renjun keluar?"
"Diluar sekolah gue masih bisa ketemu dia. Lo lupa? Gue kan dijodohin sama dia."
"Ya inget, apa mungkin karena pihak sekolah tau kalian dijodohin? Menurut gue gak ngaruh."
Iya karena ada hal yang menjadi alasan keluarnya Renjun dari sekolah ini.
"Renjun yang keluar sendiri, bukan dikeluarin, Jen."
Jeno mengangguk-anggukkan kepalanya. Tadinya Haechan juga ingin bertanya soal hubungan Jeno dan Jaemin sekarang, tapi ia terlalu malas untuk itu.
"Gue duluan." Haechan bangkit dari duduknya berniat untuk pergi ke kelas.
.
.
.Renjun tadi menelefon bahwa laki-laki itu sudah berada dirumahnya. Kini Haechan memberhentikan mobilnya di halaman dan langsung masuk ke dalam rumah sebab tidak ada siapa-siapa juga selain Renjun.
Haechan membuka pintu kamarnya dan sudah ada Renjun yang berbaring di kasurnya. Tiba-tiba Haechan meneguk saliva nya sendiri, itu karena ia melihat Renjun memakai celana pendek dan juga kemaja kebesaran dan membuat salah satu bahu laki-laki itu terekspos.
"Lo udah makan?" tanya Haechan yang duduk disamping Renjun.
Renjun mengubah posisi jadi ikut duduk, "Udah kok. Lo udah makan, kan, di sekolah?"
Haechan menggeleng.
"Kenapa?"
"Gue gak laper."
"Bohong. Kalau gitu gue bikin makanan ya." Renjun sudah bangkit namun Haechan menariknya membuat Renjun duduk di pangkuan Haechan.
Tangan Haechan langsung melingkar dan mengunci tubuh Renjun. Haechan menyandarkan kepalanya di dada Renjun, detak jantung Renjun yang mulai cepat terdengar oleh Haechan.
"Gue masih merasa bersalah sama lo, Ren." ucap Haechan.
Renjun mengerjapkan matanya beberapa kali lalu memeluk kepala Haechan.
"Gak usah dipikirin dan lo sama sekali gak bersalah. Buat sekarang kita fokus sama kehidupan yang sekarang dan yang bakal datang."
Haechan menjauhkan kepalanya dari dada Renjun, sedikit mendongak menatap Renjun yang sekarang tersenyum padanya.
Tangan lentik Renjun lalu menangkup wajah Haechan dan mencium lembut bibir pasangannya itu.
Haechan tidak tinggal diam, ia membalas ciuman laki-laki Huang itu. Sampai beberapa menit kemudian mereka mengganti posisi dimana Renjun berada di bawah Haechan.
Haechan kembali meraup bibir pink itu, menautkan jarinya dengan jari Renjun yang membuat Haechan terkesan romantis bagi Renjun.
.
.
.Vote & komen

KAMU SEDANG MEMBACA
Matchmaking | Hyuckren
FanfictionNot everything that is forced goes well • | bxb • | homophobic? left this ©niki, 2022