07

7.5K 889 56
                                    


Renjun berbalik ketika seseorang meraih tangannya. Itu Jeno, pria itu pasti mencarinya karena sejak semalam Renjun tidak ingin dihubungi olehnya.

Mungkin Jeno datang ke rumahnya untuk menjemput pagi tadi, tapi dirinya tidak ada di rumah. Renjun melakukan itu semua dengan sengaja.

"Renjun, maafin aku, kemarin itu--" ucapan Jeno terhenti saat Renjun menjauhkan tangannya dari tangan remaja itu dengan lembut.

"Aku cuma minta, jangan muncul dulu di depan aku, Jeno." ucap Renjun.

Jeno menatap Renjun dengan rasa bersalah, ia malah menarik tubuh mungil itu masuk ke dalam pelukannya yang anehnya Renjun sama sekali tidak menolak.

"Aku kebiasaan melakukan hal kayak gitu sama kamu, dan entah kenapa aku refleks juga kayak gitu ke Jaemin. Aku minta maaf."

Renjun perlahan keluar dari dekapan Jeno. Rasanya sakit, tapi Renjun tidak menangis, dan sepertinya ia juga tidak butuh untuk menangisi hal kecil seperti itu.

"Kamu maafin aku, kan?"

Renjun mendongak, menatap wajah Jeno yang lebih tinggi. Tidak menjawab, justru Renjun malah tersenyum lalu pergi meninggalkan Jeno tanpa berkata apa-apa lagi.

Tidak sengaja ia melihat Haechan yang sedang duduk di tangga menuju kelas satu. Dengan keinginan nya sendiri, kaki Renjun melangkah mendekati Haechan lalu ikut duduk di sebelahnya.

"Kenapa gak langsung ke kelas?"

"Serah gue lah."

Renjun mengernyit mendengar jawaban Haechan yang membuatnya sedikit kesal.

"Lo kenapa sih."

"Apaan si Jeno peluk-peluk lo barusan?" Haechan kini menghadap Renjun.

"Ya terus kenapa?! Dia kan pacar gue!"

"Masih lo anggap dia pacar setelah kemarin lo hampir nangis gara-gara tuh orang?!!" Haechan tidak kalah nyolot dari Renjun.

"Itu kan hampir! Gue gak beneran nangis juga sampe rumah lo! Lagian..." suara Renjun sedikit merendah dibanding tadi, "...kayaknya gak guna juga gue nangisin perihal sekecil itu."

"Tapi lo sakit hati kan? Lo cemburu kan?" pertanyaan Haechan membuat Renjun membisu sambil memajukan bibirnya, "Itu bukan hal sepele kata gue, apalagi masalah hati lo."

Renjun menoleh ke arah Haechan dengan tatapan tidak menyangka, "Hati gue... lo peduli apa sama hati gue?"

Haechan tertawa sarkas lalu menggeleng sebelum ia pergi meninggalkan Renjun yang masih terdiam di tempat dengan rasa keingintahuan nya atas kepeduliaan Haechan soal hatinya.

.
.
.

Haechan tidak memulai, tapi ketika ia berada di toilet ia tidak sengaja berpapasan dengan Jeno dan pria itu langsung mendorong nya sampai punggungnya menyentuh dinding.

"Jangan lama-lama mikir. Gimana? Lo berani kan balapan sama gue? Lo juga masih inget kan kesepakatan nya?" tanya Jeno yang kini memasukkan kedua tangan nya ke dalam saku, "Kalau lo menang, Renjun lo ambil silahkan. Tapi kalau gue menang, lo harus kasih Jaemin ke gue."

Haechan membalas mendorong tubuh Jeno sampai pria itu menabrak pintu toilet yang tertutup, dan kini pintu itu terbuka.

"Lo kalau mau ambil Jaemin, ambil aja! Gue udah gak butuh dia lagi!!" suara Haechan meninggi, wajahnya pun tampak memerah sebab menahan kekesalan nya yang hampir meledak, "Lo dari dulu emang gak ada habisnya ngerebut apa yang gue suka! Dan ini terakhir, gue kasih Jaemin ke lo!"

Haechan tadinya ingin melayangkan satu tinjuan ke wajah Jeno namun urung saat siswa lain datang dan menatap ke arahnya.

Dengan cepat, Haechan melangkah keluar dari toilet.

Terakhir, Haechan harus bisa membuat Jeno merebut sesuatu yang ia suka untuk terakhir kalinya. Tapi setelah itu, Haechan ingin mengambil kembali hal paling pertama yang ia sukai.

Yaitu, Renjun.

.
.
.

Renjun bersyukur, ia hanya bertemu Jeno pagi tadi, setelahnya ia tidak bertemu lagi. Namun juga ia merasakan sesuatu yang aneh pada dirinya, Renjun sangat khawatir dengan Jeno.

Entah karena apa, tapi mungkinkah semerasa bersalah itukah Jeno padanya?

Renjun paham itu hanya hal sepele yang tak perlu ia pikirkan lama-lama, Jeno bilang itu ketidak-sengajaan.

Namun jika dikaitkan dengan hati, benar apa yang dikatakan Haechan, itu bukanlah menjadi sesuatu yang sepele.

Buktinya ia masih merasa sesak saat bayangan kejadian kemarin kembali teringat. Meski sekilas, itu cukup membekas. Bagaimanapun, Jeno masih kekasihnya, wajar ia cemburu.

"Dor!"

Renjun menoleh pada seseorang yang baru saja datang, "Wah kaget." ucap Renjun biasa saja.

Haechan mengerutkan keningnya kemudian tertawa pelan, tangannya mengusak rambut Renjun, "Telat sayang."

Renjun langsung menyikut perut Haechan, membuat laki-laki Lee itu meringis. Sikutan Renjun tidak main-main, ditambah ia baru saja selesai makan.

"Ayo pulang." ujar Renjun sambil bangkit dari duduknya.

"Baru aja gue duduk." keluh Haechan.

"Bodoamat."

"Pulang kemana? Rumah lo atau rumah gue?"

"Rumah nenek moyang lo. Rumah gue lah!!"

Haechan lagi-lagi tertawa, "Siapa tau kan mau pulang ke rumah gue lagi." ujar Haechan sambil menaik-turunkan kedua halisnya membuat Renjun mengernyit.

Tangan Renjun sudah melayang dan siap mendarat di kepala Haechan, namun laki-laki itu menahan pergelangan tangannya lalu menariknya sampai tubuh Renjun menabrak tubuh Haechan.

Haechan mendekap tubuh itu cukup erat, ini memang terlalu tiba-tiba tapi Haechan hanya ingin melakukannya untuk sekarang.

Karena sudah tidak peduli akan seseorang yang nantinya bisa cemburu, mungkin hanya Jeno, itupun sebentar lagi. Menurut Haechan, Renjun tidak boleh berlama-lama dengan Jeno, apalagi Renjun tidak seluruhnya tahu sikap pria itu.

"Chan!" Renjun berusaha keluar dari pelukan Haechan tapi percuma, Haechan mendekapnya cukup kuat.

Membuat Renjun lama-kelamaan luluh dan ikut mendekap balik tubuh Haechan yang terbalut cardigan coklat. Membenamkan wajahnya di bahu laki-laki itu.

Sejujurnya Renjun tidak pernah merasakan bagaimana pelukan Haechan, tapi kali ini ia merasakannya. Pelukan Haechan membuatnya hangat dan nyaman, ditambah tubuhnya yang memang pas sekali di dalam dekapan laki-laki itu.

"Pulang ke rumah gue, ya? Sekali lagi aja." ujar Haechan.

Tanpa ragu, Renjun mengangguk sebab ia sudah terbawa suasana.

.
.
.












Maaf ya ini Jeno jadi antagonis mulu, gak disini gak di book sebelah 😭 tapi demi berjalannya alur yah aku terpaksa bikin Jeno antagonis ditambah Jaemin juga

Ini cuma cerita ya, jangan diseriusin

Vote & komen

Matchmaking | HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang