15

6.9K 644 62
                                    


Renjun berjalan dengan mata yang sesekali fokus pada buku di genggaman nya. Namun tak lama setelah itu langkah nya terhenti saat sebuah tangan menempel di dinding yang otomatis menghalangi tubuh Renjun.

Perlahan Renjun mendongak siapa yang baru saja melakukan itu. Renjun tersenyum melihat laki-laki di depannya yang juga sedang tersenyum padanya.

Haechan kemudian mendorong tubuh Renjun agar bersandar di dinding, sedangkan Haechan mengurung Renjun dengan kedua tangannya.

"Chan..."

"Kiss dulu dong, hari ini belum kiss." ucap Haechan.

Renjun terlihat menatap sekitarnya dan dengan cepat mengecup bibir Haechan, "Udah, kan?"

"Kurang lama." Haechan mempoutkan bibir nya sebal.

Renjun sendiri mengernyit melihat tingkah so imut Haechan. Renjun kembali mengecup bibir Haechan, sedikit lebih lama dari biasanya.

"Udah. Gue ke kelas, ya."

Haechan sedikit menjauh, kemudian mengangguk dan mengusak rambut Renjun, "Semangat ya belajarnya."

"Lo tuh belajar yang bener jangan keliaran aja kayak kucing garong."

Haechan tertawa plus tidak tahan untuk tidak memeluk tubuh Renjun yang mungil, "Jangan ngelawak, makin lucu soalnya."

"Siapa?"

"Huang Renjun lah." jawab Haechan.

Renjun mendorong tubuh Haechan lalu melangkah pergi tanpa berkata apa-apa lagi. Begitu pun dengan Haechan yang pergi ke arah sebaliknya tanpa pernah memudarkan senyumannya.

Haechan sangat sangat senang, rupanya bahagia nya sangat sederhana. Hanya karena seorang Huang Renjun, mampu memporak porandakan hati nya.

"Bro!"

Haechan tersentak saat ia baru saja berbelok ke salah satu lorong tiba-tiba seseorang berlari dan berteriak seperti itu di depannya.

"Demi apa lo nyapa gue, Mark? Lo kan budak nya Jeno."

"Gak ya, gue mah kemana-mana gak sama Jeno doang. By the way, gosip lo sama Renjun di jodohin itu beneran?"

"Hah?" Haechan wajah bingung, "Gosip? Emang itu nyebar?"

Mark mengangkat bahu acuh, "Gue juga gak tau siapa yang sebarin, tapi beneran hampir satu sekolah tau. Kaget mereka."

Haechan terkekeh, "Dah gue duga."

"Terus gimana?" tanya Mark.

"Apanya?"

"Ya elo, gak apa-apa?"

"No problem lah selagi gak ada yang gak terima pas tau gue di jodohin sama Renjun."

"Ada."

Haechan mengerutkan keningnya, siapa memang orang itu?

"Siapa??"

"Gue."

Tiba-tiba satu pukulan melayang ke pipi Mark, membuat laki-laki itu tersungkur ke lantai.

"Sialan Haechan, gue bercanda doang padahal."

"Lagian nada ngomong lo gak ada bercanda-bercanda nya." Haechan kemudian meraih tangan Mark, membantu laki-laki itu untuk berdiri.

"Undang gue, kalau lo nikah sama Renjun."

"Emang kalau gue undang, lo mau ngapain di acara pernikahan gue?"

"Mau gue bales yang tadi!" lalu Mark pun melenggang dari hadapan Haechan yang kini malah tertawa.

.
.
.

Wajah Haechan terlihat panik, tangan nya tidak berhenti untuk memijat leher bagian belakang Renjun dan juga kedua pundak nya.

Renjun muntah- ah bukan muntah, apa ya? Dia seperti muntah tapi tidak mengeluarkan apa-apa membuat Haechan khawatir.

"Lo udah sarapan, kan? Kita ke rumah sakit aja, mau?"

Renjun hanya menggeleng sebagai jawaban.

"Ya terus gimana? Lo masuk angin aja apa gimana? Gue bingung nih harus ngapain."

Renjun tidak menjawab, ia langsung membasuh setengah wajah--dari hidung sampai mulut--di wastafel. Kemudian Renjun menatap pantulan cermin.

"Gue.. gak ngerasa kayak masuk angin." ujar Renjun.

"Terus apa?"

Renjun langsung menghadap Haechan dan menatap laki-laki itu intens. Haechan jadi gugup, tubuhnya langsung membeku.

"Chan, gue... apa gue hamil, ya?"

"W-what?"

.
.
.

Tadi Haechan langsung minta ijin pulang lebih cepat untuk mengantar Renjun ke rumah sakit. Perkataan Renjun membuat Haechan kepikiran, jadilah Haechan membawa Renjun ke dokter untuk di periksa apakah benar atau tidak yang dikatakan Renjun.

Apa Renjun benar hamil atau hanya masuk angin saja?

Pintu sebuah ruangan terbuka, Haechan keluar bersama Renjun yang sedang membawa beberapa kertas.

Haechan sejak tadi menggigit bibir bawahnya, sejak dokter menjelaskan Haechan hanya mengangguk sebagai respon, tidak berbicara sama sekali.

Renjun, laki-laki itu berdiri di depan Haechan.

"Haechan, you will be a father." ucap Renjun.

Sementara pandangan Haechan kosong, tapi telinga nya tetap mendengar suara Renjun.

"Gue?" tanya Haechan.

Renjun mengangguk sambil mengulum senyum. Mata Haechan akhirnya menatap Renjun di depannya, masih dengan perasaan tidak menyangka.

Lalu laki-laki itu melingkarkan kedua tangannya di tubuh Renjun, memeluknya dengan penuh perasaan. Jika ditanya apakah Haechan senang mendengar itu, jujur, Haechan senang sekali.

Bahkan Haechan terharu. Menjadi orang tua itu adalah suatu keingina bagi Haechan, setelah menikah tadinya seperti itu. Namun ternyata yang terjadi lebih cepat dari yang Haechan inginkan, tapi tidak apa-apa, itu tetap tidak akan menghilangkan rasa senangnya.

Haechan pun menjauhkan diri dari Renjun dan menangkup wajah Renjun.

"Kita harus kasih tau papa mama, sama orang tua lo."

Renjun mengangguk antusias. Mereka pun berjalan menuju parkiran untuk pulang ke rumah dan memberi tahu semuanya pada orang tua mereka masing-masing.

.
.
.













Vote & komen :"

Matchmaking | HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang