08

7K 803 51
                                    


Kenapa manusia bernama Lee Haechan itu sangat menyebalkan? Kira-kira seperti itulah yang ada di pikiran Renjun. Laki-laki itu mengajak Renjun untuk ke rumahnya, tapi malamnya ia ditinggal karena Haechan harus kumpul bersama club motornya.

Jika dihitung, sudah 4 jam Renjun ditinggal oleh laki-laki itu dan sejak tadi Renjun hanya diam di dalam kamar Haechan, meski tadi sempat di tawari jalan-jalan oleh mama Haechan.

Karena sudah kesal juga, Renjun pun memilih untuk menghubungi nomor Haechan.

"Lo lama banget sih!!" gerutu Renjun ketika telefon sudah tersambung.

"Iya, ini mau pulang kok sayang." jawab Haechan di seberang sana.

"Apaan sih sayang-sayang geli."

"Kan gue sayang sama lo."

"Bodo njing!" lalu Renjun mematikan sambungan telefon secara sepihak.

Renjun membanting ponselnya ke sembarang arah, mengatur napas nya kemudian ia memegang dada kirinya. Terasa detak jantungnya tidak normal seperti biasa.

Tak lama ponselnya berdering, ia kira Haechan menelfon balik tapi ternyata bukan. Itu panggilan dari Jeno.

Awalnya Renjun ragu untuk mengangkat telfon dari Jeno, tapi ia tetap mengangkatnya lalu mendekatkan ponsel itu ke telinga nya.

Renjun tidak memulai obrolan duluan, melainkan Jeno.

"Kamu dimana? Kok gak ada di rumah?"

"Kata siapa aku gak ada di rumah?" tanya Renjun balik supaya Jeno tidak curiga.

"Mama kamu. Kamu kemana? Kalau kerja kelompok bilang aku dulu dong, aku khawatir."

Renjun yakin mama nya terkejut akan kehadiran Jeno. Sebenarnya mama nya tahu jika Jeno dan dirinya sudah lama berhubungan, tapi mungkin mama nya mengira mereka sudah selesai.

"I-iya, aku kerja kelompok."

Jeno terdengar menghela napas di seberang sana, "Aku minta maaf soal tadi dan kemarin, Renjun."

"Hm, iya, gak apa-apa, lupain aja. Kalau gitu, aku tutup dulu ya, Jen."

Tanpa perlu mendengar respon Jeno lagi, Renjun memutuskan telefon nya bertepatan Haechan yang baru saja datang.

"Buka dulu helm nya!"

Haechan memegang kepalanya dan ia baru tersadar bahwa dirinya masih memakai helm, "Eh iya."

Lalu Haechan melepasnya membuat Renjun  menggeleng-gelengkan kepala. Setelah membuka helm, Haechan meletakkan kantong putih ukuran besar diatas meja kemudian duduk di samping Renjun.

"Abis telfonan sama siapa?" tanya Haechan.

"Jeno."

"Dia bilang apa?"

"Kepo deh."

Haechan mendengus mendengar jawaban Renjun, jujur Haechan sedang tidak ingin bercanda. Mood nya pun tampak tidak baik setelah ia membicarakan sesuatu bersama teman-teman satu club nya.

Tentang Jeno yang menantangnya.

Sepertinya Haechan akan menerima tantangan Jeno, dan Haechan sudah mempertimbangkan bahwa ia harus bisa menang. Agar ia bisa mengambil Renjun dari Jeno.

"Lo udah makan, chan?" tanya Renjun.

Haechan melirik Renjun kemudian menggeleng, "Lo juga pasti belum makan ya? Soalnya gue tinggal pasti gak berani keluar kamar."

Renjun mengangguk tanpa ragu, "Gue masakin mau? Kalau mau sekalian gue pinjem dapurnya."

Haechan tersenyum, hatinya menghangat mendengar itu. Ini pertama kalinya bagi Haechan melihat Renjun yang perhatian padanya.

"Eh tapi lo bisa masak?"

"Lo ngeremehin gue?!"

Haechan tertawa melihat Renjun yang tampak kesal, padahal tidak ada bagian dimana Haechan meremehkan Renjun bahwa remaja itu tidak bisa masak.

"Iya iya. Kalau gitu kita ke dapur."

Keduanya bangkit untuk pergi ke dapur yang jaraknya lumayan dari kamar Haechan, sebab rumah Haechan cukup besar dan luas.

.
.
.

Acara makan malam tidak hanya digelar oleh Haechan dan Renjun, kedua orang tua Haechan pun ikut serta.

Kedua orang tua itu memuji masakan Renjun di sepanjang mereka menikmati makanan. Suatu kehormatan bagi Renjun bisa memasakkan sesuatu untuk keluarga Haechan.

"Seimbang sama Haechan yang gak bisa masak, dia pernah hampir ngebakar rumah kita." ujar papa Haechan membuat Haechan menyembunyikan wajahnya.

Sedangkan mama Haechan mengangguk, "Udah cocok ya kalian, lulus sekolah langsung nikah aja, gimana pa?"

Perkataan mama Haechan membuat Renjun terdiam. Jujur, Renjun belum siap apalagi dia dan Haechan belum memiliki banyak pengalaman.

Berbanding terbalik, ternyata papa Haechan menyetujui itu semua.

"Haechan, kamu siap kan?"

Haechan tidak langsung menjawab, melainkan menatap ke arah Renjun yang sedang menunduk. Lalu ia kembali beralih menatap papanya.

"Nanti aku pikir lagi, pa."

Jawaban Haechan membuat meja itu menjadi hening, tidak seperti sebelumnya. Haechan tidak berhenti melirik Renjun yang enggan untuk mendongak sedikit pun.

Sampai acara makan selesai, Renjun dan Haechan membantu untuk membersihkan peralatan makan setelah itu mereka berdua kembali ke kamar.

Di kamar, tiba-tiba Haechan menarik Renjun untuk masuk ke dalam pelukannya.

"Gak usah dipikirin apa kata mama sama papa gue."

Renjun menghela napas, tangannya ikut melingkar di tubuh Haechan.

"Gue boleh jujur sama lo?" tanya Haechan yang diangguki kepala oleh Renjun.

"Sebelum gue sama Jaemin berhubungan, gue lebih dulu tau semua tentang lo." ucapan Haechan membuat Renjun terdiam.

"Sebelum gue sayang Jaemin, gue lebih dulu sayang sama lo."

"Lo bohong." suara Renjun yang terbenam.

"Kok bisa lo bilang gue bohong?"

"Kalau lo sayang gue lebih dulu, kenapa lo gak sama gue aja? Kenapa jadi sama Jaemin? Mungkin sekarang gue gak sama Jeno, gue sama lo dan bakal terus bareng lo."

Ada rasa bersalah dan menyesal atas ucapan Renjun, membuat Haechan semakin mempererat pelukannya.

"Ada satu hal, kenapa waktu itu gue malah pilih Jaemin. Pokoknya ada, gue gak bisa bilang sekarang."

Lalu hening sampai Haechan mendengar Renjun terisak dan bahu nya bergetar. Sedikit panik, Haechan menjauhkan Renjun kemudian menangkup wajah Renjun yang sudah basah.

"Maafin gue." ujar Haechan.

"Gue sayang banget sama Jeno, tapi kenapa? Gue selalu berharap bisa terus bareng Jeno tanpa ada sedikitpun masalah, tapi kenapa sekarang--"

Mata Renjun membulat saat bibir Haechan menyentuh bibirnya lembut. Sesuatu terasa aneh dalam hatinya, seperti ia tidak pernah merasakan ini sebelumnya.

Kemudian matanya tertutup masih dengan air mata yang mengalir.

.
.
.









Vote & komen

Matchmaking | HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang