"Saya minta maaf sebelumnya, jujur saya ikhlas menolong anda tapi juga ada alasan mengapa saya harus membantu anda."Seorang pria Lee berbicara dengan pria lainnya yang kini mengangguk-anggukkan kepalanya. Disampingnya ada seorang wanita yang sejak tadi hanya menunduk.
"Putra saya, dia sangat mencintai putra kalian, dia ingin memiliki putra kalian seutuhnya, ja--"
"TAPI BUKAN BEGITU CARANYA!!"
"Ma, tenang." pak Huang berusaha menenangkan sang istri yang kembali menangis.
"Saya tidak suka cara anak anda mendapatkan putra saya!! Kalian membantu karena menginginkan sesuatu, bukan murni karena keikhlasan!!" sarkas wanita itu.
Lalu ia menangis di pelukan suaminya. Tuan Lee jadi merasa bersalah melihat itu.
"Jika dia memang mencintai anak saya, dia tidak mungkin melakukan itu sebelum waktunya!!" ucap wanita itu dengan lantang, "Anak anda memang cerdas, dia pandai memanfaatkan situasi. Saya menyesal merestui anak anda dengan anak saya!!"
Tuan Lee membeku saat wanita itu menatapnya dengan tajam, "Sekarang, sudahi kontrak perusahaan anda dengan perusahaan suami saya. Saya yakin suami saya sudah tidak membutuhkan bantuan anda, dan satu lagi..."
Kedua pria disana menatap wanita itu, "Batalkan perjodohan anak kita! Batalkan acara pernikahannya dan saya akan menyuruh putra saya untuk aborsi!"
"Ma!!" teriak pak Huang pada istrinya yang sudah pergi menjauh.
"Maafkan saya pak Huang." tuan Lee membungkukan tubuhnya.
Pak Huang menghela napas lalu menepuk-nepuk punggung tuan Lee.
"Saya juga minta maaf atas perilaku istri saya."
"Tidak apa-apa. Saya mengaku saya salah, putra saya pun salah. Kalau begitu saya akan membatalkan acara pernikahan Haechan dan putra anda."
Pak Huang mengangguk, "Iya, sudahi juga kontraknya. Terima kasih karena sudah mau membantu saya tuan Lee."
"Sama-sama. Sekali lagi, saya minta maaf."
.
.
."Haechan?"
Haechan yang sedang menonton acara survival di televisi bersama Renjun di kamar itu langsung menoleh ke arah pintu.
"Iya, ma?"
"Boleh ngomong bentar?"
Dahi Haechan berkerut, "Boleh. Renjun aku ngobrol dulu sama mama, ya?"
Renjun mengangguk tanpa berbicara. Haechan pun keluar dan mengikuti mama nya ke arah meja makan.
"Kenapa?"
Wanita itu tampak menghela napas, "Acara pernikahan kamu dibatalin."
"Kok dibatalin?"
"Haechan..." wanita itu memegang bahu putranya, "Perjodohan kalian juga bakal dibatalin."
"Maksud mama? Apasih? Mama lagi ngeprank Haechan, ya?"
Sang mama menggeleng, "Nggak, mama nggak ngeprank. Ini semua kemauan mamanya Renjun."
Haechan belum berbicara, membiarkan sang mama menceritakan semuanya.
"Insiden Renjun hamil, bikin sikap mamanya Renjun berubah drastis, kamu nggak ngerasa? Dia bahkan gak pernah mau ngobrol sama mama ataupun papa kamu semenjak itu, cuma papa Renjun yang masih bisa diajak ngomong." jelas wanita itu.
"Dia ngerasa anaknya udah dirusak duluan. Perjodohan itu ibaratnya simulasi ujian, meski dapat nilai tinggi tapi jangan senang dulu, itu kan baru simulasi. Begitupun perjodohan, kamu jangan seneng dulu karena Renjun hamil, karena kalian baru dijodohin bukan nikah serasa resmi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Matchmaking | Hyuckren
FanfictionNot everything that is forced goes well • | bxb • | homophobic? left this ©niki, 2022