10

6.7K 720 47
                                    


Karena Renjun kini akan menetap di rumah Haechan untuk sementara waktu, jadi ia dan Haechan selalu berangkat sekolah bersama.

Renjun keluar dari mobil dan langsung pergi tanpa menunggu Haechan yang sekarang menatap Renjun aneh. Meski begitu, Haechan tidak minat untuk mengejar Renjun.

Sementara itu, suara langkah Renjun menggema di koridor yang masih terlihat sepi. Renjun sedang berpikir, sejak awal dia tidak menerima perjodohannya dengan Haechan, karena Renjun sudah cukup lama tidak menyukai laki-laki itu.

Namun, Renjun kadang merasa nyaman saat Haechan menyikapi nya layaknya ia benar-benar kekasih laki-laki itu. Renjun selalu menggerutu dalam dirinya, ia tidak ingin terlalu nyaman dengan Haechan, sebab dia hanya mencintai Jeno.

"Hai Renjun."

Langkah Renjun terhenti saat seseorang berdiri di depannya sambil tersenyum manis. Renjun hanya menatap laki-laki di depannya tanpa berkata apapun.

"Jeno gak masuk, dia sakit, dia juga bilang ke gue dia pengen di jenguk sama lo."

"Ntar gue jenguk..." dingin Renjun yang kembali melangkah tetapi bahu nya kembali di tahan, "...bareng Haechan."

"Gak, lo pergi sama gue. Gak boleh ada Haechan."

Ucapan Jaemin membuat dahi Renjun berkerut, lalu ia menepis tangan Jaemin yang masih bertengger di bahu nya.

"Iya gak?" tanya Jaemin.

Sebenarnya Renjun ingin pergi dengan Haechan, tapi jika dipikir lagi peduli apa dia mengajak Haechan? Mungkin Renjun akan menyetujui ajakan Jaemin.

"Iya." setelah itu Renjun melenggang pergi dari sini.

.
.
.

Haechan merasa jenuh dengan penjelasan guru yang malah terdengar seperti sedang mendongeng, membuatnya mengantuk.

Jadilah Haechan memilih ijin pada guru untuk pergi ke toilet meski itu semua bohong. Sampai diluar Haechan berjalan-jalan di sekitar sekolah, tidak tahu akhirnya dia akan pergi kemana.

Lalu Haechan pergi ke lantai dua dan tak sengaja bertemu Jaemin di tangga, yang sekarang sedang melipat kedua tangan di depan dada dan tersenyum menyebalkan.

"Apa?" ketus Haechan.

"Gimana sama Renjun?"

"Bukan urusan lo." jawab Haechan.

"Jeno pasti marah sih sama lo, dia bakal ngasih lo pelajaran."

"Jeno bukan guru."

Jaemin menjatuhkan kedua tangannya di samping tubuh dan mengepalkan kedua telapak tangannya.

"Gue dari dulu suka sama Jeno, gue juga kesel sama dia, sama Renjun juga, kenapa mereka berdua harus jadian? Tapi kebetulan lo juga gak terima Renjun lo diambil Jeno, jadi itu waktu yang tepat buat gue bales dia."

"Gue juga kesel. Ternyata selama ini kita menipu dunia, kita yang keliatan romantis nyatanya gak pernah punya perasaan yang sama." ujar Haechan, "Walau gue sempet jatuh cinta juga sama lo, tapi yang gue mau cuma Renjun."

"Sekarang Jeno dapet karma nya, dia mau lo, dia mau lo jadi milik dia." lanjut Haechan, "Tapi dia egois, dia juga gak mau ngelepas Renjun."

"Itu yang gue gak suka! Gue pengen nyingkirin Renjun dari Jeno! Tapi bukan berarti gue bakal biarin Renjun baik-baik aja setelah dia pergi dari Jeno." Jaemin menampilkan smirk nya pada Haechan kemudian pergi.

Haechan yang sempat melihat itu, mengepalkan tangannya kuat-kuat.

.
.
.

"Yuk."

Renjun terkejut mendapati Jaemin yang sudah berdiri di depan kelasnya. Laki-laki itu lalu menarik tangan Renjun untuk pergi dari sana.

Jaemin naik ke atas motornya begitu juga Renjun. Jaemin langsung tancap gas, pergi dari kawasan sekolah dengan buru-buru.

Renjun mencengkram kedua ujung jaket Jaemin sebab mereka agak ngebut, Renjun takut terjatuh, kalau sudah jatuh kan gawat.

Renjun tahu rumah Jeno, tapi Jaemin tampak tidak mengikuti jalan menuju rumah Jeno. Dahinya berkerut bingung, apa mungkin Jeno di rumah sakit?

Tapi tidak. Jaemin malah memberhentikan motornya di sebuah tempat, Renjun tidak tahu ini tempat apa. Tapi setelah Jaemin mengajaknya masuk, Renjun tahu ini tempat apa.

Ini sirkuit, dimana tempat yang biasa Haechan lakukan untuk melakukan balapan.

Di dalam juga ternyata ada Jeno yang katanya sedang sakit, Renjun yakin Jaemin berbohong begitupun juga Jeno.

"Jeno!" panggil Renjun.

Jeno menoleh lalu tersenyum dan menghampiri Renjun. Memeluk laki-laki itu cukup erat.

"Kamu beneran sakit, Jen?" tanya Renjun.

"Iya, tapi sekarang udah agak baikan kok."

Renjun memeluk balik Jeno cukup erat, ia khawatir pada Jeno.

"Duduk dulu." ajak Jeno yang mengajak Renjun untuk duduk diikuti Jaemin yang berdiri di belakang Renjun.

Jeno mengajak Renjun berbicara, sementara Jaemin sudah memegang tali dan tanpa sepengetahuan Renjun, Jaemin mengikat Renjun bersama kursi yang didudukinya.

"Jaem-- lo ngapain? Lepas!" Renjun berusaha untuk berdiri tapi Jeno menahannya dan dengan cepat mencium bibirnya.

.
.
.

Haechan panik, sekolah mulai sepi tapi ia sama sekali tidak menemukan Renjun. Ia sudah bertanya pada beberapa siswa dan guru, tapi mereka tidak tahu.

Haechan pikir Renjun pulang ke rumahnya. Tapi lagi-lagi Haechan panik saat ibu Renjun berkata Renjun tidak ada.

"Terus Renjun kemana Haechan? Dia gak ngabarin kamu?" tanya ibu Renjun yang ikut panik.

Haechan memutar otak, supaya ibu Renjun tidak ikut panik, "Apa mungkin dia kerja kelompok?"

"Yang bener Haechan!" ujar ibu Renjun menekankan.

"Aku bakal ke rumah temennya Renjun, Haechan permisi!" Haechan kembali masuk ke mobilnya dan melajukan mobilnya sekencang mungkin.

Selama perjalanan Haechan tidak tenang, tiba-tiba Renjun menghilang dan ponselnya pun tidak aktif.

Tidak mungkin juga kalau kerja kelompok, sebentar lagi mereka akan melaksanakan ujian.

Lalu Haechan terpikir sesuatu, apa mungkin Jeno? Haechan lalu membelokkan mobilnya, mengikuti jalan menuju rumah Jeno.

.
.
.














Kalau chapter nya kukasih judul, judulnya bakal 'penculikan anak orang' wkwk

Vote & komen

Matchmaking | HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang