Alternate ending 2 : our little Lee

7.8K 489 29
                                    

Haechan dilanda rasa cemas yang sangat besar, karena beberapa jam yang lalu Renjun sang istri mengalami pendarahan yang cukup banyak di usia kandungannya yang sudah 9 bulan.

Renjun lalu dilarikan ke rumah sakit dengan mobilnya, tidak sempat menelfon ambulance sebab sudah terlanjur panik.

Untungnya ketika mereka sampai di rumah sakit, Renjun langsung ditangani oleh petugas medis. Sekarang Haechan sedang luntang-lantung khawatir dengan istrinya.

Ini sudah lewat 2 jam, tidak ada satupun dari suster atau bahkan dokter yang keluar dari ruangan Renjun. Orang tuanya sempat menenangkan, tapi mana bisa, bahkan pikiran Haechan saja sudah tidak bisa bekerja dengan jernih.

Haechan sangat takut, sangat takut sekali. Haechan terus berdo'a pada tuhan supaya semuanya baik-baik saja, Renjun baik-baik saja beserta bayinya.

Tanpa sadar Haechan meneteskan air mata dan langsung di dekap oleh sang mama.

"Tenang... kamu tenang dulu, Haechan."

"Haechan takut, ma..."

"Renjun pasti baik-baik aja sama bayinya. Kamu tenang ya? Mama jadinya khawatir sama kamu nih. Udah coba tenang, minum dulu." mama Lee menyodorkan satu botol air mineral pada putranya.

Haechan hanya meneguk sedikit, dia tidak nafsu sama sekali untuk makan dan minum.

Lalu ia mengepalkan kedua tangan, menautkan jari-jemarinya seraya terus merapalkan do'a untuk dua orang kesayangannya di dalam sana.

Berselang beberapa menit, terdengar pintu ruangan itu terbuka membuat napas Haechan berhenti untuk beberapa detik.

Haechan, orang tuanya dan juga orang tua Renjun langsung bangkit dan menghampiri sang dokter yang baru saja keluar.

"G-gimana keadaan istri saya dan bayinya, dok??" tanya Haechan sedikit tak sabar.

Wanita berprofesi dokter kandungan itu lalu membuka maskernya dan menampakkan senyum sumringah yang berhasil membuat Haechan lega, entah kenapa, sepertinya ini kabar baik.

"Selamat ya, bayi anda sudah lahir dengan keadaan sehat. Dan istri anda tadi sempat pingsan selama satu jam dan menghambat proses melahirkan, tapi sekarang dia sudah siuman."

Semuanya tampak bersyukur mendengar itu.

"Saya... boleh liat?" tanya Haechan.

"Boleh, tapi untuk sekarang hanya anda yang boleh masuk."

Orang tua Haechan dan Renjun mengangguk, membiarkan Haechan dulu yang masuk.

Ketika masuk, rasanya sedang ada ribuan kembang api meledak di hati Haechan. Melihat Renjun yang berbaring seraya mengelus punggung sang bayi yang sedang berbaring telingkup diatas tubuh Renjun.

Haechan lalu menghampiri dua orang yang sangat ia sayangi. Renjun pun tersenyum ketika Haechan menghampirinya.

Haechan menesteskan air mata, tidak peduli sekarang ia diperhatikan oleh sang dokter dan beberapa suster disana.

Tangannya terulur untuk mengelus surai Renjun yang sedikit basah karena keringat, kemudian beralih mengusap pipi lembut si bayi.

"Sayang sayangku..."

Haechan pun diijinkan menggendong sang bayi meski tadi tidak sengaja menyenggol kepalanya membuat si bayi menangis.

.
.
.

"Pa..."

Haechan yang sedang merakit mainan pesawat si kecil menoleh saat sang putra mendekat dan berbisik padanya.

"Apa?" Haechan ikut berbisik.

"Aku pengen ganti mama."

"HEH!! MAMA DENGER YA!!"

Lee Chaejun, anak laki-laki berusia enam tahun itu tersentak kecil dan langsung duduk dipangkuan papanya mendengar suara menyeramkan itu.

Dia tidak takut, hanya terkejut, sumpah.

"Liat tuh galak. Mama siapa sih?" ujar Chaejun.

"Mama lo njir!!" sergas Haechan sambil mendorong kepala putranya dengan telunjuk.

Si kecil hanya terkekeh tanpa dosa. Padahal Renjun sudah emosi, tapi tidak jadi karena mendengar tawa si kecil Lee yang menggemaskan.

"Jangan gitu lagi. Gini gini mama yang udah lahirin kamu setengah sadar."

"Bocah segede gini mana ngerti kamu bilangin yang kayak gitu." sahut Haechan.

Renjun menggelengkan kepala lalu pergi ke dapur untuk melanjutkan kegiatan masaknya.

Dirasa sudah tidak ada Renjun, Haechan mendekatkan wajahnya dengan wajah Chaejun.

"Kamu mau ganti mama, kan? Ayo, papa juga mau nyari mama baru buat kamu."

"Bener, ya?"

Haechan mengangguk lalu mengajak si kecil untuk highfive.

.
.
.

Selepas pulang dari sekolah tk nya, Haechan dan Renjun membelikan Chaejun sebuah mobil-mobilan yang bisa di gas.

Tapi dengan kurang ajarnya, Chaejun bermain mobil-mobilan menggunakan keranjang baju yang biasa Renjun gunakan untuk menyimpan baju kotor.

Dan yang membuat Renjun naik darah, baju kotor yang tadinya di dalam keranjang, Chaejun keluarkan dan ditumpuk seperti gunung, lalu menaikinya dan duduk dipuncaknya.

Jujur, Renjun sudah tidak bisa marah. Haechan datang dan merangkul bahu istrinya sesekali mengusap punggungnya, berniat menenangkannya.

"Ini gara-gara pas lahir kepalanya kesenggol sama kamu, Chan, malah jadi gini kan sekarang."

"Hehe." Haechan tertawa mengingat itu.

Karena ulahnya para suster dan dokter panik saat itu, karena tangisan sang bayi yang berhasil menggemparkan satu ruangan.

"Tapi kamu sayang kan."

"Banget!!" jawab Renjun kemudian memeluk Haechan erat, melupakan Chaejun yang bersenang-senang diatas tumpukkan baju kotor.

.
.
.




































Yang katanya mau lanjutan dari alternate ending sebelumnya, aku kasih ^^ karena emang udah di ketik juga barengan sama alding yang kemarin hehe

Terima kasih ya buat yang pada baca book ini, kirain bakal gada yang baca

Love u allll <3

Matchmaking | HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang