13

7K 728 44
                                    


Langit terlihat cerah pagi ini tapi hujan gerimis turun sejak satu jam yang lalu. Haechan masih berbaring sambil terus memperhatikan setiap inci wajah Renjun yang masih terlelap itu.

Kedua sudut bibirnya terangkat, tangannya sesekali mengusap pipi Renjun dan membuat laki-laki itu terusik.

Haechan selalu mengucap terima kasih pada tuhan setiap kali ia merasa kagum melihat Renjun di dekatnya. Ini yang Haechan inginkan sejak lama, berada sedekat ini bersama pujaan hatinya.

Sekarang Haechan menunggu mata cantik itu terbuka dan menatapnya lalu tersenyum manis padanya.

Nyatanya ekspetasi Haechan terlalu jauh, bukan senyuman yang ia dapatkan, tapi pukulan yang cukup keras di lengannya.

"Heh! Baru bangun kok bisa mukul sekenceng itu?!"

"Kenapa sih senyam-senyum? Lo beneran gak waras kayaknya."

"Renjun, gue cuma seneng aja bisa natap lo sedeket ini, malah gue nunggu lo bangun terus senyum ke gue. Tapi gue malah di geplak."

"Senyum lo tuh nyebelin tau gak?! Minggir!" Renjun tadinya ingin turun dan pergi ke kamar mandi tapi Haechan menariknya, ia pun terjatuh dan tubuhnya menindih tubuh Haechan.

"Lo mau gue geplak lagi? Di geplak pake barbel mau?"

"Nggak, ampun." Haechan akhirnya membiarkan Renjun pergi, sekarang Renjun memang belum bisa diajak untuk romantis.

Seperginya Renjun, Haechan memilih untuk bermain ponsel dengan posisi berbaring. Haechan menggulir layar ponsel nya asal, tidak terlalu tertarik dengan isi beranda nya sekarang.

Pintu kamarnya kembali terbuka, menampilkan Renjun yang sudah memakai piyama kuning milik Haechan dengan rambutnya yang tampak masih basah.

Haechan langsung mengubah posisi nya menjadi duduk dan melempar ponselnya ke sembarang arah.

"Lo dapet baju itu dari mana?" tanya Haechan.

"Gue ngambil di lemari lo."

"Kapan ngambil nya?"

"Lo tanyakan pada peta aja deh." Renjun kemudian menghampiri meja dan meraih hairdrayer untuk mengeringkan rambutnya.

Haechan memutar bola mata kemudian menghampiri Renjun dan mengambil alih benda yang ada di tangan Renjun. Jadi, Haechan lah yang mengeringkan rambut Renjun, karena tinggi badan Renjun pun lebih pendek dari Haechan jadi mudah.

Renjun sendiri hanya diam dan duduk sambil menatap cermin.

"Haechan." panggil Renjun.

"Hm?" respon Haechan yang fokus mengusak-usak rambut Renjun.

Haechan sudah menunggu Renjun berbicara lagi tapi laki-laki itu hanya diam. Haechan lalu mematikan hairdrayer nya.

Renjun mendongak menatap Haechan. Haechan yang berada di belakang Renjun menunduk ikut menatap Renjun kemudian mengecup singkat bibir Renjun. (kebayang kan ya gimana posisi nya)

Setelah itu Haechan tersenyum dan menyimpan hairdrayer nya diatas meja dan kembali berdiri di belakang Renjun, menyisir rambut laki-laki itu.

"Kok gemes sih?"

"Mau dipukul ya?"

Haechan terkekeh, "Kok marah? Kan gue muji."

"Nada ngomong lo ngeselin."

"Gue mah always ngeselin dan nyebelin di mata lo."

"Tuh tau."

Haechan tersenyum, kemudian memeluk Renjun dari belakang. Tumben juga Renjun tidak menolak, biasanya ya kalian tau sendiri.

"Haechan."

"Iya?"

"Gue..." ucap Renjun, "...gue...udah jatuh cinta sama lo."

Haechan terasa mengeratkan pelukannya pada Renjun saat mendengar perkataan Renjun tadi, jujur Haechan senang.

Renjun berdiri dari duduknya, memeluk leher Haechan dan mencium bibir Haechan sedikit lebih lama dari yang Haechan lakukan sebelumnya.

.
.
.

Untuk kedua kalinya Renjun memasakkan makanan untuk keluarga Haechan, bedanya ini siang hari.

Orang tua Haechan sudah melahap makanan sejak tadi, sedangkan Renjun dan Haechan sendiri baru akan melakukannya.

Haechan mengajak Renjun untuk duduk di kursi yang ada di halaman rumahnya, dengan meja yang sudah di pasangi atap agar siapapun yang duduk disana tidak kepanasan atau kehujanan.

Mereka makan disana, untungnya cuaca tidak terlalu panas juga. Angin cukup mendominasi siang hari ini. Mampu membuat rambut Renjun berantakan.

"Sebel dah gue sama angin." ujar Haechan.

"Kenapa?" tanya Renjun.

"Rambut lo itu udah gue sisir serapi mungkin malah di berantakin."

"Salah lo juga ngapain makan disini."

"Gue kan pengen berduaan sama lo."

"Tapi kan kita makan di kamar lo juga bisa."

"Nggak!"

"Kenapa nggak?!!"

"Ntar gue malah makan lo bukan makan makanan ini."

"....." hening Renjun sebelum akhirnya melempar sendok plastik nya ke arah Haechan lalu pergi masuk ke dalam.

"Heh! Kok pergi?!" Haechan buru-buru membawa piring dan gelas nya, menyusul Renjun ke dalam.

"RENJUN!"

Renjun tidak memperdulikan Haechan dan terus berjalan.

"SAYANG!"

"Mau piring atau gelas?" tanya Renjun.

"Apa?"

"Buat gue lemparin ke lo!"

"Ampun, jangan dong Renjun ini kita baru aja berbalas perasaan masa masih galak?"

"Terserah gue lah!" Renjun kembali melangkah masuk ke kamar Haechan dan langsung menutup pintu nya, bahkan menguncinya.

"RENJUN MINTA MAAF!!"

.
.
.

Haechan tadinya mengajak Renjun untuk pergi keluar malam ini, tapi Renjun tidak mau karena alasan mager.

Jika di balik, Renjun yang mengajak dan Haechan menolak, Renjun pasti akan marah lagi pada Haechan. Perbandingan kesabaran mereka itu 8:10, Haechan sedikit lebih sabar dari Renjun.

Jadilah mereka berdua hanya di kamar, dengan posisi Renjun yang menjadikan lengan Haechan sebagai bantalan. Keduanya sibuk dengan ponsel masing-masing.

Sesekali Haechan mengusap rambut Renjun, kadang juga ia mencubit-cubit pelan pipi Renjun. Karena Haechan mengerti situasi, Renjun sedang asyik sendiri, kalau tidak ya bisa-bisa Haechan habis karena sudah mengusik laki-laki itu.

"Kadang gue lupa kalau kita ini dijodohin." Renjun menyahut membuat Haechan mematikan dan menaruh ponselnya.

"Gue suka ragu kalau mau ngelakuin hal yang romantis bareng lo, Chan."

"Gak apa-apa, gue paham lo belum biasa, awalnya juga kita gak pernah deket sama sekali. Waktu itu kan gue baru menyukai lo secara diam-diam, jadi lo juga gak tau sama sekali tentang itu." ujar Haechan, "Yang penting sekarang kita udah sama-sama. Lo gak perlu ragu lagi untuk berbuat sesuatu yang romantis ke gue, gue gak bakal ledekin, malah gue suka kok. Gak usah gengsi juga ya mentang-mentang lo awalnya pernah nolak."

Renjun tersenyum lalu memeluk Haechan yang kemudian dibalas oleh Haechan.

"Bareng lo... ternyata gak seburuk yang gue kira."

.
.
.























Eh bentar lagi tamat ga sih :>

Mau ada momen nikah nya mereka ga atau gausah aja?

Tapi emang mereka bakal nikah? :)

Hehe

Vote & komen kalau mau lanjut :"

Matchmaking | HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang