18 (end)

7.1K 508 34
                                    


Menunggu bukanlah hal yang begitu menyenangkan. Jika waktu menunggu itu sebentar, mungkin masih bisa bersabar. Tapi jika menunggu itu butuh waktu yang cukup lama, apakah masih bisa disebut bersabar?

Ini sudah terlewat jauh semenjak Haechan selesai ujian dan lulus dari sekolah menengahnya.

Renjun menunggu, menunggu ucapan Haechan yang akan menikahinya. Sudah hampir masuk bulan ke 3 ia mengandung anak dari seorang Lee Haechan.

Tidak ada kepastian sama sekali. Malah Haechan tampak sibuk untuk mengurus segala hal sebelum ia masuk ke sebuah universitas.

Orang tua Haechan juga, mereka tampak bersikap seolah-olah tidak ada yang terjadi. Padahal mereka juga bilang setelah Haechan lulus, mereka akan menikah.

Renjun jadi kalap, apakah ia akan dibiarkan seperti ini? Dan akan sampai kapan?

"Haechan."

"Hm?" gumam Haechan yang sedang sibuk di meja belajarnya.

Renjun menghela napas, "Aku nunggu ucapan kamu waktu itu."

"Ucapan apa?"

Oke, Renjun mulai mencurigai sesuatu. Lalu ia menghampiri Haechan dan berdiri di sebelahnya.

"Sebenernya ada apa? Kenapa kamu jadi pura-pura gak tau?"

"Kamu ngomong apa sih?!"

Renjun tersentak saat Haechan berbicara dengan nada yang sedikit lantang, "Aku kan udah bilang, aku mau fokus belajar buat masuk univ dulu. Kamu bisa ngertiin aku gak sih?"

Renjun mengerjapkan kemudian melangkah mundur. Haechan sendiri langsung membuang napas kasar dan berdiri, mendekati Renjun dan memeluknya.

"Aku tau kamu nunggu, aku juga nunggu."

"Terus kenapa?" tanya Renjun meski tenggorokan nya terasa ada yang mengganjal.

"Maaf..."

.
.
.

Renjun memutuskan untuk pulang ke rumah sementara dan diantar oleh Haechan. Kebetulan orang tua Renjun pun sebentar lagi akan pulang, karena mereka termasuk orang sibuk.

Jadi Haechan menemani Renjun dulu sampai orang tuanya datang. Sejak mereka duduk, Haechan tidak mau melepas genggaman tangannya dengan Renjun sedikit pun.

Tidak ada obrolan, hanya hening yang menyelimuti keduanya.

Renjun sendiri merasa bahwa ada sesuatu yang tidak ia ketahui. Bagaimana tidak merasa aneh, tiba-tiba Haechan dan kedua orang tua nya bersikap tidak seperti biasanya.

Juga kedua orang tua Renjun yang terdengar tidak pernah membahas hubungannya lagi dengan Haechan.

"Kita pulang..."

Haechan dan Renjun menoleh ke arah pintu yang terbuka, menampilkan kedua orang tua Renjun yang baru saja datang.

Haechan langsung bangkit dan berpamitan pada Renjun.

"Aku pulang, ya?"

"Haechan..." suara Renjun yang perlahan melepaskan tangan Haechan.

Haechan langsung menghampiri kedua orang tua Renjun untuk pamit lalu pergi. Renjun menatap ayah dan ibu nya yang tampak biasa saja.

"Pa.. ma..."

"Nanti ya, nak. Kita mau istirahat dulu, kamu juga istirahat." ujar ayah Renjun, berbeda dengan ibunya yang langsung masuk ke kamar.

.
.
.

Haechan menggenggam kuat pulpen yang ada di tangannya sampai ia kesakitan sendiri, tapi Haechan tidak terlalu peduli.

Matchmaking | HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang