11

7K 773 45
                                    


"Malem ini gue tunggu di sirkuit."

Haechan mengepalkan telapak tangannya kuat-kuat karena kesal. Kemarin Haechan tidak sempat menemukan Renjun, ponselnya tidak aktif. Jeno tidak ada di rumahnya dan ponselnya pun sama seperti Renjun, tidak dapat dihubungi.

Beberapa menit yang lalu sebuah nomor yang tidak diketahui menghubungi nomor Haechan, dan Haechan tahu persis itu suara Jeno.

Haechan kesal ketika mengetahui Renjun sudah ada disana bersama Jeno. Haechan harap Jeno tidak melakukan hal aneh pada Renjun.

Haechan kembali membuka ponselnya dan menekan nomor seseorang untuk ia hubungin.

"Cas, malem ini balapan gue sama Jeno dimulai."

"Oke, ntar gue kesana bareng Mark sama Hendery."

"Thanks." lalu Haechan memutus sambungan telefonnya dan langsung membaringkan tubuhnya diatas kasur.

Kepalanya menoleh ke kiri, menatap sebagian kasur yang pernah ditiduri Renjun dengan dirinya yang memeluk laki-laki itu dari belakang.

Kemudian ia menghela napas, Haechan sempat berbohong pada orang tuanya bahwa Renjun pulang ke rumahnya sebentar.

Untungnya mereka percaya dan tidak bertanya lagi pada orang tua Renjun, bisa gawat masalahnya.

Lalu Haechan beralih melirik arloji yang melingkar di tangannya. Masih ada waktu sekitar 6 jam menuju waktu dimana ia harus pergi ke sirkuit.

Matanya terus memperhatikan jarum detik yang berputar sedikit lambat dari biasanya, entah baterai jam nya yang hampir habis atau karena ketidaksabaran Haechan yang membuat waktu sedikit menjadi lebih lambat.

"Shit!" umpat Haechan yang meraih jaket bombernya serta kunci motornya kemudian keluar dengan terburu-buru.

.
.
.

"Jenoㅡ"

"Sorry, Renjun." dengan cepat Jeno memotong ucapan Renjun yang masih duduk di kursi yang sama dengan tubuh terikat dengan kursi itu.

"Kalau aku menang balapan sama Haechan, kamu tetep bakal sama aku, Ren."

Kemarin Jeno menjelaskan kesepakatannya bersama Haechan waktu lalu pada Renjun. Renjun sendiri hanya terdiam, harusnya ia mendukung Jeno agar ia bisa terus bersama laki-laki itu.

Tapi ternyata Jaemin juga terlibat, Jaemin ikut diambil alih oleh Jeno jika ia menang.

"Dan sama Jaemin juga?" Renjun menatap Jeno yang langsung menunduk.

"Abis itu aku bakal lepasin Jaemin lagi."

"Jangan." kata Renjun seraya memegang tangan Jeno, "Jangan gitu Jeno. Jangan jadi brengsek."

"Tapi kamu pasti nganggap itu gak adil."

"Emang, tapi jangan, gimanapun juga kamu gak boleh seenaknya mainin perasaan orang."

Lalu hening, Jeno masih menunduk dengan tangan yang masih digenggam erat oleh Renjun. Kemudian suara riuh menyita perhatian mereka, Jeno menengok dan tepat sebuah pukulan mendarat di wajahnya. Renjun pun ikut terkejut melihatnya.

"LO APAIN RENJUN?!!" emosi Haechan lalu menghampiri Renjun dan memutus tali yang mengikat Renjun menggunakan pisau kecil yang selalu digantung bersama kunci motornya.

Haechan berpindah jadi berlutut di depan Renjun dan menangkup wajah laki-laki.

"Lo gak apa-apa?"

Renjun tersenyum dan mengangguk pada Haechan. Lalu laki-laki Lee itu kembali bangkit, menarik baju Jeno dan menyeretnya menuju motornya.

"Gak usah lama-lama!! Gue harap lo kalah Jeno." Haechan kemudian memakai helm full face nya dan naik ke motor.

Sementara Jeno geram dengan ucapan Haechan, ia pun melakukan hal sama seperti Haechan. Menaiki motornya dan memakai helm.

Hendery berdiri di antara motor Haechan dan Jeno lalu menjatuhkan bendera di tangannya, pertanda balapan dimulai.

Haechan dan Jeno sama-sama menggas motor mereka secepat mungkin, berlomba-lomba mencapai garis finish duluan.

Renjun menonton kedua laki-laki itu ditemani Lucas, Mark dan Jaemin yang baru saja datang. Renjun benar-benar tegang melihat Jeno yang sekarang memimpin.

Tiba-tiba Renjun berharap Haechan yang menang.

Kembali pada Haechan yang sekarang sedang mengumpat, ia tidak pernah menurunkan kecepatan motornya, malah ia semakin menaikannya dan menyusul Jeno.

Haechan kira Jeno hanya seorang siswa cupu yang cuma mengurus eskul dan organisasi, tapi kemampuan nya mengendarai motor lumayan juga. Ini pertama kalinya Haechan melihat Jeno seperti itu.

Memilih berhenti memikirkan Jeno, Haechan tetap berusaha menyusul Jeno dan berhasil. Ini putaran terakhir, Haechan memimpin tapi jarak motor Jeno cukup dekat dengan motor Haechan.

Tidak beda jauh dengan para penonton yang semakin tegang melihat pertandingan Jeno dan Haechan yang sudah memasuki akhir.

Hendery sudah bersiap untuk melihat siapa yang sampai finish duluan, dan... ya! Haechan yang sampai duluan, membuat para penonton teriak heboh kecuali Jaemin dan Renjun.

Haechan berhenti dan membuka helmnya, disusul Jeno yang menatap Haechan kesal.

"Gue menang." ucap Haechan.

Jeno menatap tajam laki-laki di sampingnya, "Lo bisa ambil Renjun sekarang."

"Lo juga bisa ambil Jaemin." balas Haechan membuat dahi Jeno berkerut.

"Lo dulu deket banget sama Jaemin, bro. Apalah gue yang mengagumi Renjun dari jauh dan selalu cerita tentang perasaan gue ke Renjun. Tapi lo tega banget malah jadian sama Renjun, lo nikung gue, padahal lo juga suka sama Jaemin." ujar Haechan, "Dengan gitu, gue juga ngajak Jaemin jadian, itu alasan kenapa pertemanan kita hancur, Jen. Iyakan?"

Jeno terdiam mendengar Haechan yang sedang berbicara.

"Semenjak itu lo jadi sering banget ngerebut apa yang gue suka. Selain Renjun, lo ambil tahta favorit gue, jadi ketua basket. Gue suka dipuji bang Mingyu, lagi ternyata lo rebut juga, sekarang malah lo yang banyak dipuji, oke gak apa-apa kalo itu, tapi setelahnya apa Jen? Gue dikeluarin dari organisasi."

Jeno menunduk, ia menjadi merasa bersalah pada Haechan. Padahal mereka dulu itu sulit sekali untuk dipisahkan, banyak menganggap mereka kembar saking sering bersamanya mereka.

Hendery yang sejak tadi menyimak ikut menunduk. Lucas, Mark, Renjun dan Jaemin turun dari bangku penonton dan menghampiri dua laki-laki yang masih duduk diatas motor.

"Gue minta maaf, chan. Gue emang egois waktu itu, bahkan sekarang juga. Gue gak mau ngelepas Renjun, tapi gue mau Jaemin."

"Ini mah biar adil, lepasin satu." ujar Mark sambil menepuk bahu Jeno.

"Biarin. Lo ambil Jaemin aja, gue udah putus kok sama dia."

Perlahan Jeno mendongak, menatap Haechan yang ternyata sedang tersenyum.

"Jadi lo lepasin Renjun ya? Gue cuma mau dia, soalnya... dia udah dijodohin sama gue."

"WHAT?!" kompak mereka.

"Gak percaya? Tanya Lucas."

"Apaan? Gue gak tau."

"Oh iya, kalau gak percaya lo bisa tanya ortu gue atau ortu Renjun terserah." Haechan menarik tangan Renjun untuk naik ke motornya, "Berarti masalah gue selesai kan sama lo, Jen?"

Jeno mengangguk.

"Yaudah, gue balik. Kalian bertiga kalau mau ke rumah gue, gue tunggu, nyusul aja. Bye." Haechan melajukan motornya untuk pergi dari sana.

.
.
.


















Sebenarnya aku gak niat beresin sampe situ, tapi kepanjangan, lanjut next chapter aja ya

Jangan lupa vote & komen

Matchmaking | HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang