AS_23

2K 111 1
                                    

Tak sampai satu jam, beberapa benar-benar datang dan sebagian lagi penasaran dengan coffee shop baru.

Mereka terus saja memuji, dan memberi saran apa yang bagus dan tak bagus.

"Als er een zware maaltijd is, kom ik graag altijd langs..."

(Seandainya ada makanan berat, aku dengan Senang hati selalu mampir...)

Seorang lelaki paruh baya menghampiri stan untuk membayar sambil memberi saran.

"we zijn net open, we denken aan een burger of wat dan ook... bedankt voor de suggestie meneer.."

(kami baru saja buka, akan kami pikirkan tentang burger atau apapun itu... terima kasih sarannya, pak..)

Yuna tersenyum cerah. Dia sangat suka orang yang memberi saran secara halus seperti ini.

Yuna menerima uang dari lelaki itu dan memberikan bill serta uang lebih.

"Bedankt meneer, ik hoop dat u terugkomt?"

(Terima kasih pak, semoga anda akan datang kembali)

"natuurlijk..."

(Tentu...)

Lelaki gempal itu lantas pergi dan tanpa menoleh lagi. Benar-benar hal yang melegakan.

Tanpa terasa mereka melewatkan makan siang, dan baru pukul 3 sore mereka makan.

Kelima orang itu nampak makan sambil duduk dilantai stan dan sesekali tertawa dengan cerita hari ini.

Jane merogoh kantong apron nya dan melihat beberapa pesan dari Xiaokai.

Mengirimkan sebuah foto Chris yang berada disebuah box bayi dengan alat penunjang hidupnya.

Semalam pukul 1 malam aku berangkat kesana... Dan sekarang aku akan pergi kerumah sakit... Ucapkan terima kasih untuk Jeck.

Itu isi pesan Xiaokai. Jadi semalam tak dapat dihubungi karena sedang perjalanan.

Jane kembali berfikir apa yang harus dia lakukan untuk memberitahu Shinta tentang ini?

Pikirannya buntu.

"Jane.. bisa bicara sebentar..."

Jeck mengintrupsi, dan mendapat anggukan dari Jane. Nampak teman-temannya melirik penasaran dengan Jane dan Jeck.

"Kalian jangan berfikir aneh-aneh..."

Jane memperingati, dan segera berlalu.

Mereka berdua menjauh setidaknya tak didengar oleh Shinta atau kedua temannya.

"Kenapa?"

"Ada informasi dari bawahanku kalau kamar yang aku pesan untuk Chris ditempati"

"Iya... Mereka baru sampai"

"Lalu apa rencana selanjutnya.."

"Besok... Besok kita bawa Shinta kesana..."

"Bagaimana dengan Xiaokai?"

"Lelaki bodoh itu juga butuh Shinta... Dia sering sakit sekarang, kalau tak tahu dia seorang boss kaya, kukira dia adalah gelandangan..."

"Lalu Shinta..."

"Terserah Shinta akan menerima atau tidak... Dia berhak tahu dan memilih..."

"Baiklah... Kalau begitu biarkan dia melihat besok... Dan menentukan akhirnya sendiri..."

"Jeck... Terima kasih..."

"Jane... Kenapa sih harus bilang itu??"

"Aku sudah sering menyakitimu, tapi kamu masih mau membantuku"

"Karena aku wajib untuk itu... Kamu wanita yang aku sayang..."

Jeck memegang tangan kanan Jane dan tangan kirinya dia gunakan untuk mengusap pipi tirus wanita didepannya ini.

"Terima kasih..."

"Everything for you..."

Jane tersenyum hangat dan kembali berdiri.

"Ayo masuk... Sebentar lagi akan tutup kita perlu kerumah sakit"

"Iya.. akan aku antar kamu pergi nanti"

"Baiklah..."

Keduanya masuk lagi dan melihat ke-tiga temannya sedang berberes.

"Loh ini masih siang loh... Kenapa beres-beres?"

"Shinta bilang kalau kuenya sudah habis jadi lebih baik tutup, besok lagi"

"Oh... Akan aku bantu..."

"Emm..."

Mereka semua seger beres-beres dan setelah selesai mereka semua berkumpul diruang tamu Shinta.

"Mau makan?"

"Tidak aku masih kenyang dengan makan tadi..."

"Aku juga..."

"Minum?"

"Orange juice..."

"Aku juga..."

Lala dan Laura nampak saling pandang serta bertatapan sengit.

"Kamu tak usah dibuatkan... Aku dan Jane akan pergi"

"Kalian kencan?"

Jane akan menyela dan nampak segera dibungkam oleh Jeck.

"Begitulah, lama tak bertemu juga"

"Baiklah... Have fun"

"Oke... Kalau ada apa-apa hubungi kami"

"Tenang saja..."

Jeck segera mengajak Jane pergi dan masuk mobil.

"Kenapa kamu begitu sih?"

"Kalau tak aku bungkam, kamu pasti akan cerita... Aku hafal saat kesal atas apapun itu kau akan jujur!"

Jane terdiam. Jeck benar, dia akan mengatakan apapun yang dia sembunyikan saat kesal atau tak konsentrasi. Seperti tadi.

Jeck segera mengendarai mobilnya kearah rumah sakit yang tak seberapa jauh.

Sampai diparkir rumah sakit, keduanya segera turun. Mencari kamar rawat intensif dan menemukan Xiaokai dengan segala pengawalan ketat.

"Bagaimana Chris?"

"Dia belum bangun, keadaannya sedikit drop tapi tadi aku bertanya tentang ASI atas nama Shinta dan rupanya mereka punya dua kantong"

"Lalu?"

"Chris membaik"

"Dia memang butuh sang ibu"

"Aku juga berfikir begitu,  tapi apa Shinta mau menerima?"

"Kita hanya harus memberitahu dia, urusan diterima atau tidak itu urusan nanti"

"Baiklah..."

"Aku akan menjemputnya.."

"Sekarang?"

Jane bertanya saat Jeck akan melangkah pergi.

"Lalu kapan? Kalian tak tahu bagaimana Shinta menangis sendiri saat teringat semua yang terjadi... Menunggu apa? Menunggu bayi itu pergi?"

Jane diam dan Jeck segera pergi.

Jane tak menyangka wajah ceria yang beberapa hari ini dia lihat hanya sebuah topeng. Shinta menggunakan topeng selama ini.

Jane benar-benar merasa gagal menjadi teman.

Jane terhuyung dan menangis. Semua hal terjadi begitu saja.

*****

Aku Simpanan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang