AS_29

1.8K 96 0
                                    

Beberapa bulan sudah terlewati, Chris cukup sehat sekarang bahkan diusianya menginjak 7 bulan Chris sudah belajar berjalan sambil berpegangan.

Lumayan pesat walau dia harus menjalani berbagai perawatan saat bayi.

Usaha cafe Shinta juga berjalan lancar, bahkan dia menyewa sebuah kedai lebih besar. Dan dia akan terbang ke Amerika untuk menerima sebuah wawancara pengusaha muda disana.

Sedangkan Xiaokai, dia harus bolak-balik Singapura - Belanda karena perusahaannya tak bisa langsung berpindah kepemimpinan.

Pagi ini nampak Xiaokai menghela nafas berat.

"Kamu terlihat sangat lelah?"

Shinta menghampiri Xiaokai diruang keluarga sambil membawa secangkir kopi.

Dia duduk disamping Xiaokai yang lekas menegakkan badannya.

"Ya... Banyak urusan perusahaan yang harus aku urus!"

"Kau bisa tetap disana kan..."

"Aku tak bisa jauh-jauh darimu dan Chris..."

"Kami yang akan kesana..."

"Benarkah?"

"Ya akan aku pertimbangkan.... Minggu depan aku masih akan ke Amerika,kan?"

"Ah iya.... Kamu akan kesana... Aku dan Chris akan ikut .."

"Kamu tak bekerja??"

"Tidak...aku akan libur..."

"Baiklah..."

"Darl... Ayo jalan-jalan"

"Jalan-jalan?"

"Iya... Sepertinya kita sudah lama tak jalan-jalan"

Shinta mengingat kembali kapan terakhir kali Shinta dan Xiaokai keluar, dan jawabannya lupa... Sudah sangat lama...

"Baiklah... Chris bagaimana?"

"Biarkan dirumah saja"

"Iya... Aku akan pergi ganti baju"

"Oke..."

Shinta segera naik kelantai atas, segera menitipkan Chris pada pengasuhnya dan dirinya segera berganti baju.

Sedikit memoleskan bedak dan memakai lip tint.

Memakai dress kasual panjang, dan dipadukan dengan Coat berbulu tebal.

Udara disini lumayan dingin, dia juga tak lupa memakai boot berhak.

"Aku selesai..."

"Kamu cantik..."

"Kamu juga tampan..."

Xiaokai terkekeh. Dan ya memang tampan. Celana jeans belel, jaket kulit serta sepatu kulit, sangat berkelas apalagi rambut Xiaokai sedikit panjang.

"Kamu mau bawa pergi kemana aku?"

"Emmm... Jalan saja dulu nanti kalau aku mempunyai ide kita kesana"

"Baiklah..."

Xiaokai menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang. Sampai 15 menit mereka melaju, Shinta menengok kearah Xiaokai.

"Kenapa melihatku begitu?"

"Ayo ke Oudegracht?"

"Kemana?"

"Oudegracht!"

"Tempat apa itu?"

"Emmm... Nanti juga tahu "

"Baiklah... Kemana kita pergi..."

Shinta menunjukan jalan menuju Oudegracht, dan tak lama mereka telah sampai disana.

Segera memarkirkan mobil, dan keduanya turun.

"Kanal?"

"Emm..."

"Ini hanya kanal, Singapura juga ada..."

"Ini kanal tertua tahu... Ayo naik perahu itu"

"Kau gila? Bagaimana kalau tenggelam?"

"Kalau kau tak mau, ya sudah aku naik sendiri saja"

"Baik.. baik... Aku akan pergi denganmu..."

Xiaokai akhirnya ikut Shinta duduk diperahu sampan.

Seorang sudah menyambut mereka dan segera melintasi kanal yang lumayan tenang.

Saat sampai di kanal ini Xiaokai merasa sepi, dan tak ada orang sampai mereka sampai dibeberapa puluh meter, ada banyak orang.

Bangunan - bangunan tua masih berjejer rapi, banyak pertokoan dan kursi-kursi berjejer diipnggir kanal.

"Apa kau nyaman?"

Shinta bertanya pada suaminya dengan pelan, dia sangat berharap sang suami bisa rileks.

"Ya.... Lumayan memanjakan mata"

"Kita akan berhenti didepan sana...."

Shinta tersenyum, dan segera berbicara pada seorang yang mendayung sampannya menggunakan bahasa Belanda.

Nampak lelaki itu mengangguk, dan setelah sampai ditempat pemberhentian, Shinta segera memberikannya beberapa lembar euro untuknya.

Shinta dan Xiaokai segera naik keatas kanal, segera menyusuri jalan yang kebanyakan adalah turis disana.

"Mau minum kopi?"

"Sepertinya enak dicuaca dingin"

"Oke..."

Shinta dan Xiaokai segera menyusuri pertokoan mencari cafe yang dirasa cukup nyaman.

Sampai Xiaokai mengajak Shinta memasuki sebuah ruko yang memiliki nama depan 'coffee shop'

"Kamu mau apa?"

"Minum kopi!?"

"Disini?"

"Iya... Coffee shop,kan?"

Seketika tawa Shinta meledak dan segera menyeret Xiaokai untuk menjauhi tempat itu.

"Kenapa tertawa? Dan kenapa pergi?"

"Kau tak tahu itu tempat apa?"

"Memang apa?"

"Ya ampun, disini yang bertuliskan coffee shop itu bukan kedai-kedai kopi seperti di Singapura"

"Lalu?"

"Mereka menjual ganj*"

"What!? Oh, aku tak paham penamaan mereka"

"Awal-awal aku juga tak terlalu percaya, tapi itu memiliki bukti kuat saat bendera diatasnya berkibar"

Xiaokai menoleh kebelakang dan mendapati bendera kecil seperti pelangi diatas nama 'coffee shop'.

Awalnya berfikir tapi setelahnya dia menghela nafas dan mengerti.

"Disini begitu bebas seperti negara Eropa lainnya, jadi seperti ini sangat biasa... Mereka akan dengan bangga memamerkan itu"

"Ya aku tahu... Tapi aku tak paham, apa enaknya memiliki perilaku menyimpang?"

"Kamu berasal dari Eropa, dan tak awam dengan perilaku mereka?"

"Aku lama di asia.... Ya walau tak menutup kemungkinan disana juga banyak yang membanggakan diri... Tapi ya tak sampai diotak saja..."

"Kenapa begitu? Kamu seorang yang pernah masuk dunia yang gelap, dan perbuatan ini tak masuk ke otakmu?"

"Sepertinya lebih kearah, aku tak melakukannya jadi seperti ada pertanyaan bagaimana bisa? Apalagi aku pencinta wanita, dan tergolong kehidupan seks normal, no LGBT, no BDSM .... "

"Ya.... Kamu ada benarnya..."

"Hmmm.... Aku suka membunuh tapi masih tabu dengan mereka yang menyimpang, aneh bukan?"

"Kamu memang aneh, suamiku!!"

"I love u too, istriku, hahaha..."

**********

Aku Simpanan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang