"Sebenarnya, kau mau cari apa sih, Grace?" [Name] heran kenapa Grace tidak mau kembali dan memutuskan tetap di pulau bencana untuk mencari tahu sesuatu. [Name] yakin jika ini ada hubungannya dengan Noel, kakak Grace yang diduga sudah mati namun ternyata masih hidup.
[Name] juga tidak tahu kenapa Noel bisa-bisanya masih hidup. Padahal yang lain yakin jika Noel telah tiada.
Grace tidak langsung menjawab pertanyaan [name]. Hanya duduk diam menikmati angin sepoi sambil memikirkan sesuatu.
Sehabis berkemah kemarin, atau lebih tepatnya numpang tidur di halaman rumah yang sudah tak memiliki penghuni. Mereka sudah bersiap pagi-pagi untuk mengikuti kemana Grace akan pergi.
"Apa yang sedang kau pikirkan seserius itu?" [Name] kesal karena Grace tak kunjung menjawab dan hanya melamun.
Grace membuka mulut. "Memikirkan bagaimana cara membuang kalian kembali."
"Kata-kata yang cukup jahat." [Name] melipat kedua tangannya di depan dada. Ia memanyunkan bibir. Grace hanya bisa terkekeh datar melihat ekspresi [name] yang seperti itu.
"Hentikan wajah jelekmu itu, memalukan." Grace dengan seenaknya menoyor kepala [name] hingga gadis berambut coklat itu hampir saja terjungkal ke samping. Sepertinya karena keseringan berkelahi, Grace jadi lupa untuk mengurangi kekuatannya hanya untuk menoyor kepala [name]. Untung saja [name] juga lumayan kuat.
[Name] melirik ke tangan Grace. "Grace, tanganmu berotot ya. Kalau tidak salah ingat, waktu di arena pertandingan itu, kau juga punya tubuh yang atletis."
Grace menorehkan kepalanya ke arah [name]. Lantas memiringkan kepalanya heran. "Aneh kan? Padahal aku sudah tertidur selama lima tahun."
"Benar." [Name] ikutan berpikir keras. "Harusnya kau tidak memiliki sixpack itu. Tapi, kau kan koma sejak SD. Apa di SD, tubuh Grace memang sudah atletis?!"
Grace menggeleng. "Tidak juga, waktu itu aku masih kecil, mana punya tubuh atletis."
[Name] terkesiap. Pikirannya melayang ketika ia pertama kali melihat Grace yang sedang koma. Dimana saat itu Grace berada di dalam tabung yang katanya buatan orang tua Grace dulu.
'Jangan-jangan ....'
"Hoi, jangan melamun."
Grace tampak mengangkut barang-barang ke belakang mobil. [Name] buru-buru membantu Grace untuk membersihkan bekas kemah mereka.
"Jadi, kemana tujuan pertama kita?" tanya [name]. Grace berpikir sejenak. Benar juga, meski Grace bilang bahwa ia ingin mencari tahu sesuatu. Ia juga belum tahu mau ke mana terlebih dahulu. Meski tampaknya pergi ke perusahaan bekas orang tuanya di pulau ini cukup menarik.
"Ke perusahaan orang tuaku dulu, mungkin di sana ada berkas berkas atau sesuatu."
"Perusahaan?" [Name] mengangguk mengerti, kini ia sudah paham kenapa Grace bisa sekaya ini. Pasti perusahaan orang tuanya ada di mana-mana selain di pulau Rintis. Dengar-dengar, perusahaan Greenland yang pernah disebut-sebut musuh itu ada di Kuala lumpur, Indonesia bahkan Singapore.
Dan yang [name] tahu. Perusahaan itu membuat dan menciptakan alat-alat elektronik untuk mempermudah pekerjaan. Barang-barang itu terjual sampai Amerika. Pantas saja keuntungan penjualan perusahaan Greenland sangat fantastis.
"Alat-alat elektronik ..." [Name] tahu ada yang janggal. Ya, tentang alat-alat elektronik. Tentang tabung yang dipakai Grace saat ia koma.
Bahkan alat yang Grace dan Rayn tusukkan ke [name] hingga membuat [name] hilang ingatan.
Jangan lupakan bom aneh yang dimana bentuknya hanya seperti mainan bola. Dan hanya Grace yang tahu cara mematikan bom tersebut.
[Name] rasa. Selain perusahaan Greenland kaya raya karena penjualan alat-alat elektroniknya. Pasti ada hubungannya dengan barang-barang terlarang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
『 Little Sister And Seven Brother 2 』BoBoiBoy ✔
Fanfiction【 Completed 】 『 BoBoiBoy x Reader as Little Sister 』 ⊱ ────── {.⋅ ♫ ⋅.} ───── ⊰ ➢ Sequel lanjutan Little Sister and Seven Brothers Kisah sebagai adik ketujuh kembar tidak sampai di sana. Kini, mereka harus mencari keberadaan Taufan, Ice dan Solar ya...