"Yang ada disini, bukan cuma kita bertiga."
Ucapan yang keluar dari mulut Duri itu lantas membuat Grace dan Blaze merinding. Tentu saja, jika sebelum mereka ada seseorang yang telah lebih dulu kemari. Maka orang itu sedang menunggu kedatangan mereka.
"Tapi siapa?" Grace bertanya-tanya. Musuh baru ataukah lagi-lagi anak buah Noel? Grace tidak mengerti kenapa mereka masih dikejar-kejar seperti ini.
Grace benar-benar merasa akan membunuhnya kalau mereka bertemu.
"Bagaimana ini?" ujar Blaze menatap keduanya. Grace bimbang, lanjut mencari barang bukti bisa saja membuat mereka makin mendekati bahaya. Mau tak mau mereka harus segera keluar dari sana.
"Gempa di mobil, kan?" Duri dan Blaze mengangguk saambil menunjuk ke arah luar. Mereka sengaja tidak membawa Gempa dan menyuruh Gempa tetap diam di dalam mobil.
"Ya sudah, kita hentikan saja ini." Grace mengambil apa yang bisa ia ambil dan pergi dari sana setelah memasukkan kertas yang ia ambil tersebut ke dalam koper. Blaze dan Duri buru-buru mengikuti.
Namun, tidak lama mereka melangkah jauh. Sebuah ledakan terdengar besar, bahkan sampai tanah berguncang.
Mereka bertiga panik. Lantas otomatis melihat ke arah jendela yang mengarah ke arah mobil mereka parkir.
"T-tidak mungkin ..."
Duri melotot tatkala asal dari suara ledakan itu adalah--
"Gempa?"
--mobil mereka.
"Tidak! Gempaaa!!" Blaze berteriak histeris. Grace terkejut bukan kepalang. Mobil yang beberapa menit lalu mereka parkir disini. Tiba-tiba saja meledak dan terbakar.
Dan masalahnya, Gempa ada di dalamnya.
Duri dan Blaze bergegas keluar. Disusul Grace. Tapi mereka tidak bisa mendekat ke mobil tersebut akibat api yang besar.
Grace mengambil pemadam api. Berusaha menyemprotkannya. Namun api terlalu besar untuk dipadamkan hanya dengan alat sekecil itu.
Duri dan Blaze mencari-cari cara. Sebisa mungkin mencari sumber air untuk memadamkan api dari mobil tersebut.
"Gempaaa! Gempaaaa!" Duri terpekik sambil menangis. Tubuhnya bergetar mengingat sosok sang kakak yang masih duduk berdiam diri di dalam mobil.
Pemadam api tersebut habis. Namun api tak kunjung reda. Grace melempar pemadam tersebut ke sembarang arah. Lalu memilih hendak menerobos ke arah api tersebut.
"Gila! Apa yang kau lakukan?" Blaze mencekal tubuh Grace. Membuat perempuan itu tidak bisa kemana-mana.
"Lepaskan! Gempa di dalam sana!"
"Aku tahu! Aku tahu!" Blaze menggigit bibirnya. "Tapi kau juga bisa mati jika menerobos ke api sebesar itu!"
Grace melihat ke arah api tersebut. Memang benar perkataan Blaze. Apinya terlalu besar. Dan yang pasti, orang di dalamnya pun telah mati.
"Sial."
"Bang Gempaa ... Bang Gempa ..." Duri masih merengek. Seluruh tubuhnya bergetar. Air mata membanjiri wajahnya. Blaze datang mendekati adiknya itu dan membekapnya lembut.
"Kenapa? Kenapa jadi seperti ini?"
Grace melihat sekeliling. Sepi. Lalu mendekati Blaze dan Duri. "Ayo pergi dari sini, rasanya tidak aman. Kita harus segera mencari yang lain atau menetap di tempat yang aman."
Blaze setuju. Ia segera merangkul Duri untuk mengajaknya segera pergi dari sana.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
『 Little Sister And Seven Brother 2 』BoBoiBoy ✔
Fanfiction【 Completed 】 『 BoBoiBoy x Reader as Little Sister 』 ⊱ ────── {.⋅ ♫ ⋅.} ───── ⊰ ➢ Sequel lanjutan Little Sister and Seven Brothers Kisah sebagai adik ketujuh kembar tidak sampai di sana. Kini, mereka harus mencari keberadaan Taufan, Ice dan Solar ya...