Pagi hari yang cerah di desa yang asri. Pagi seperti ini sudah banyak orang-orang desa yang keluar dari rumah untuk pergi bekerja. Menyapa [name] yang juga baru keluar dari rumah bibi.
"Waduh nak [name], mau kemana nih?" sapa salah satu warga di sana. Seorang wanita tua dengan sebakul kue di atas kepalanya.
"Iya mbok, saya mau ke bukit." [Name] menjawab dengan sopan. Lantas membungkukkan badan untuk menghormati orang yang lebih tua darinya. Wanita tua itu mengangguk-angguk. "Hati-hati ya, mbok mau pergi jualan dulu."
"Iya mbok, hati-hati juga di jalan."
Setelah wanita tua itu pergi. [Name] menghirup udara segar. Menatap ke arah bukit yang akan ia kunjungi pagi ini.
[Name] pikir saat ia terbangun, Grace sudah menghilang dari kasur. Tapi ternyata perempuan itu masih di sana, tertidur dengan lelapnya. Sepertinya Grace lelah setelah sering kurang tidur setiap malam dan bangun pagi buta. Jadi [name] membiarkan gadis bule itu tertidur.
"[Name]?" panggil salah seorang abangnya. [Name] menoleh ke arah pintu. Ada Gempa yang kelihatannya hendak keluar juga. Gempa lantas mendekati adiknya itu dan mengusap rambutnya.
"Mau ke bukit?" tanyanya. [Name] mengangguk. "Iya bang."
Gempa menurunkan tangannya. Lantas memberikan [name] sekantung bunga yang biasanya ditaburkan di atas makam seseorang.
"Kemarin sore, abang dan Thorn hendak pergi ke toko. Lalu Thorn memetik beberapa bunga. Dia bilang, untuk Rayn." Gempa menyodorkan sekantung bunga itu pada dirinya. [Name] menerima bunga itu sambil tersenyum kecil. "Makasih abang."
"Sama-sama." Ia mengusap kepala adiknya itu sekilas. "Hati-hati ya."
"Iya."
Setelah itu [name] berlalu pergi dari sana. Ia berlari pelan seperti joging biasa. Menyapa beberapa warga yang melihat dirinya. Hingga kakinya menapak ke bukit yang memang ingin dia kunjungi.
Langkahnya membawa gadis itu mendekat ke arah pohon besar di tengah bukit. Lalu, ada makam tanpa [nama] di sana. [Name] berjongkok di samping makan Rayn. Menghadap ke arah matahari yang hendak terbit.
[Name] berganti posisi menjadi duduk. Lantas menyentuh makam itu sambil tersenyum sedih.
"Hai, sudah lama aku tak kemari," ujarnya memulai. Meski Rayn tidak bisa menjawab sama sekali. [Name] melanjutkan bicaranya. "Waktu itu aku lupa, tapi sekarang aku ingat. Namamu, Rayn."
"Bagaimana mungkin aku bisa lupa dengan orang yang paling berjasa menyelamatkan nyawaku."
[Name] membuka kantung tersebut. Ia mengambil bunga bermacam jenis dalam genggaman tangannya. Dan menebarkan bunga-bunga itu di atas makam. Menebarkan bunga itu pelan-pelan.
"Sekarang Rena juga menyusulmu, kau sudah bertemu dia? Kalian berdua sedang apa di sana?" Semua bunga sudah ia tebar. Kini hanya menyentuh-nyentuh bunga di atas makam dengan jari-jari miliknya. "Jangan khawatir, Grace ada bersamaku. Kami sekarang sedang mencari tahu penyebab segala hal ini. Mungkin saja kami menemukan petunjuk."
Angin berhembus pelan. Menerbangkan setiap helai rambut coklatnya. Ia mengeratkan sweater yang ia pakai. Tidak menyangka akan sedingin ini berada di bukit pada pagi buta.
"Kami akan kembali ke pulau itu. Bantu kami, ya?"
Merasa cukup. [Name] berdiri. Namun ia baru sadar bahwa ada sesuatu dibalik batu nisan tersebut. Ada sebuah tanaman yang [name] hapal betul namanya.
"Lavender," gumamnya.
[Name] tidak tahu apakah lavender itu tumbuh sendiri di belakang batu nisan ataukah ada seseorang yang menanamnya. Ia juga tidak tahu siapa yang menanam lavender tersebut di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
『 Little Sister And Seven Brother 2 』BoBoiBoy ✔
Fanfic【 Completed 】 『 BoBoiBoy x Reader as Little Sister 』 ⊱ ────── {.⋅ ♫ ⋅.} ───── ⊰ ➢ Sequel lanjutan Little Sister and Seven Brothers Kisah sebagai adik ketujuh kembar tidak sampai di sana. Kini, mereka harus mencari keberadaan Taufan, Ice dan Solar ya...