Tap!
Tap!
Tap!
Langkah kaki Grace yang seharusnya biasa saja itu mampu membuat semua orang di arena merinding. Para penonton bungkam, tak lagi riuh seperti tadi. Jejak-jejak darah muncul dari setiap langkahnya. Tombak yang ada ditangannya pun meneteskan darah setiap ia melangkah.
Ia berjalan selangkah demi langkah ke arah Kokoci yang diam ditempatnya.
"Grace!!" pekik [name] dari jauh. Jelas ada yang tidak beres. Grace sudah diluar kendali, ia merasa mereka pun tidak bisa menghentikannya.
Berhenti tepat si depan Kokoci. Ia mengacungkan tombak itu tepat ke arah wajah sang pemimpin. Mata yang tertutup kacamata hitam itu, tidak bisa ditebak apa isi pikirannya. Hanya diam ditempat.
"Ada kata terakhir?"
Mendengar pertanyaan seperti itu. Kokoci malah tersenyum. "Kau ... sangat mirip dengan Noel ya."
Mata Grace membulat. Rahangnya mengeras. "Kenapa kau tahu tentangnya?!"
"Dia anak yang cerdas. Aku adalah salah satu pengikutnya, namun tertinggal di sini." Ia tertawa singkat sebelum melanjutkan percakapan itu. "Kami sudah tahu bahwa Noel akan menghancurkan pulau rintis."
"Kalau kalian sudah tahu, kenapa diam saja?"
Kokoci melepas kacamata hitamnya. Ia tertawa remeh sembari mengingat memori lama. "Karena meski kami melakukannya, hal itu akan jadi sia-sia."
Ia menunjuk ke arah Grace dengan jari telunjuknya. "Karena kau adalah penghancur kedua setelah Noel."
"Cukup basa basinya." Ia mengangkat tombaknya tinggi, hendak menebas. "Aku mual mendengarmu berbicara omong kosong."
Mata [name] membelalak. Ia lantas berteriak kencang. "GRACE!! JANGAN!! SUDAH CUKUP!!"
Sayangnya suara [name] tidak mampu menjangkau Grace. [Name] panik, memukul-mukul kerangkeng. Manik hazel itu terlihat bergetar.
"GRACEEEEE!!!"
Grace baru hendak menebas. Tapi tangannya kaku. Tombak itu berhenti di udara. Seolah ada yang menahannya. Namun bukan hanya Grace yang merasa hal itu aneh, melainkan [name] juga.
Di sela-sela udara. [Name] seolah melihat Rena dan Rayn berdiri di dekat Grace. Tanpa sadar, air matanya jatuh.
Grace bahkan membelalak tak percaya. Hanya sebatas ilusi dan siluet, namun Rena dan Rayn menatap ke arahnya.
"Rena? Rayn?"
Rena terlihat tersenyum. Menahan tangan Grace yang memegang tombak. Meluncur air mata tanpa ia sadari. "Rena ..."
"Jangan, kau tidak boleh menjadi seperti Noel. Membunuh bukan satu-satunya jalan."
Suara Rena terdengar halus. Di sisi lain, ada Rayn yang memegang pundaknya sambil tersenyum juga.
"Kenapa kau selalu bekerja sendirian? Meminta tolong sekali-kali juga boleh kok."
Dua sosok yang telah tiada itu. Muncul dihadapan Grace dengan memakai pakaian serba putih. Wujud mereka pun adalah mereka saat masih SD. Kemunculan mereka benar-benar menyadarkan Grace sepenuhnya.
"Kau dan [name] akan baik-baik saja."
Selesai mengatakan itu. Tubuh mereka berdua menghilang. Sekilas Rayn melihat ke arah [name] yang berada di kerangkeng. Tersenyum ke arahnya lalu melambai.
"Hiduplah yang lama untuk kami, ya?"
Mereka hilang sepenuhnya. [Name] jatuh terduduk. Tidak dapat menahan tangisnya. Dua orang yang sangat berperan dalam membantu mereka. Kini lagi-lagi membantu meski mereka telah tiada.
KAMU SEDANG MEMBACA
『 Little Sister And Seven Brother 2 』BoBoiBoy ✔
Fiksi Penggemar【 Completed 】 『 BoBoiBoy x Reader as Little Sister 』 ⊱ ────── {.⋅ ♫ ⋅.} ───── ⊰ ➢ Sequel lanjutan Little Sister and Seven Brothers Kisah sebagai adik ketujuh kembar tidak sampai di sana. Kini, mereka harus mencari keberadaan Taufan, Ice dan Solar ya...