Luke diam dalam posisi berbaring. Sejak beberapa menit yang lalu, ia dipindahkan ke bagasi belakang. Tentu saja panas, Luke sampai berkeringat.
Kedua tangan dan kakinya dalam posisi diikat. Mulutnya diikat oleh sehelai kain berwarna merah.
Sial, apa mereka lupa bahwa Luke asma?
Luke menggerakkan kedua tangannya. Mencoba menggapai kaki untuk melepaskan ikatan. Memang sulit, tangannya bahkan licin. Namun, ia berhasil melepas ikatan yang banyak itu.
Setelah itu, ia memutar tangannya yang berada di belakang, ke depan. Mencoba menarik-narik, ia berhasil melepas tali di tangan meski kondisi pergelangan tangannya benar-benar lecet.
Dengan ancang-ancang, ia menendang kuat pintu bagasi mobil hingga pintu itu terbuka. Langsung saja keluar dan melepas kain di mulutnya.
Ia diam di tempat saat melihat posisinya. Ia berada di dalam sebuah ruangan yang bisa disebut garasi mobil.
Tidak ada seorang pun selain dirinya. Hanya ada mobil, dan sparepart mobil seperti ban mobil dan bensin. Namun beberapa jerigen bensin terlihat kosong seolah baru digunakan.
"Apa maksudnya ini? Apa yang mau mereka bertiga lakukan?" Luke bertanya-tanya. Suaranya menggema di ruangan ini. Ia sibuk membuka pintu untuk keluar, namun hasilnya nihil.
Ia mengacak-acak garasi tersebut. Mencari barang yang bisa ia gunakan untuk membuka garasi.
Di balik rak jerigen bensin. Ia temukan linggis. Segera ia ambil benda besi itu untuk mencongkel pintu garasi.
"Ayo, terbukalah!" Setelah memaksakan mencongkel pintu tersebut. Pintu itu berhasil terbuka. Segera ia buka dan menemukan halaman yang familiar.
Halaman rumah yang pernah dirinya datangi. Ia berbalik badan untuk melihat bentuk rumah tersebut. Matanya terbelalak kaget. "Rumah kak Grace?"
Luke merasakan firasat buruk. Apalagi saat menoleh, ia menemukan bekas hangus di depan rumah tersebut.
Ia langkahkan kakinya untuk berlari kencang. Ia berpikir untuk segera mencari Grace dan memberitahukan hal ini padanya. Rencana mereka semua benar-benar hancur. Mereka semua memiliki rencana masing-masing.
Dor!
Jleb!
Luke jatuh terguling ke tanah saat sebuah peluru menancap pada betis kaki kanannya. Hantaman keras membuat tubuhnya sakit. Ia menoleh ke arah kakinya yang kini mengucurkan darah yang deras.
Luke mencoba menyeret kakinya, namun tidak berhasil. Ia melihat sekeliling, mencari sosok yang telah menembak kakinya.
Seseorang berjalan mendekat. Langkah demi langkah mendekati Luke yang terpaku diam. Mata merah itu melotot. Tenggorokannya tercekat.
Dari semua hal, kenapa ia justru selalu mendapat kesialan. Luke pantas menyumpahi takdir yang menimpanya.
Sosok yang ia kenal itu berjongkok di hadapannya. Seorang lelaki berpakaian formal. Dengan rambut pirang kemerahan dan mata cyan. Sosok yang memang sedang mereka cari-cari sedari kemarin.
"Luke? Apa yang kau lakukan disini?"
Luke meneguk ludah. Sorot matanya lurus menatap sosok familiar di hadapannya. Angin berhembus pelan menerpa wajah mereka. Darah di betis Luke bahkan tak kunjung berhenti mengalir.
"K-kak Noel?"
Noel, sosok kakak Grace yang tidak pernah menampakkan diri pun muncul di hadapan Luke.
Luke mulai berpikiran negatif tentang kenapa ketiga abang [name] membawa Luke kemari. Serta dengan keberadaan Noel disini.
'Sekutu Noel?'
KAMU SEDANG MEMBACA
『 Little Sister And Seven Brother 2 』BoBoiBoy ✔
Fanfiction【 Completed 】 『 BoBoiBoy x Reader as Little Sister 』 ⊱ ────── {.⋅ ♫ ⋅.} ───── ⊰ ➢ Sequel lanjutan Little Sister and Seven Brothers Kisah sebagai adik ketujuh kembar tidak sampai di sana. Kini, mereka harus mencari keberadaan Taufan, Ice dan Solar ya...