"I ... Ian ..."
Noel tidak percaya bahwa orang yang tengah ia cari justru telah sadar lebih dulu. Duplikat Ian yang harus segera ia singkirkan. Malah menyingkirkannya lebih dulu.
Rasa sakit dari racun itu menyebar ke seluruh tubuhnya. Nyeri dan sakit. Bahkan luka tusukan itu terus mengalirkan darah.
Sosok Ian yang memakai nama Rayn itu terlihat tengah mencari sesuatu.
Tidak heran. Ian adalah sosok yang licik. Jelas harusnya mereka tidak bisa membuat duplikat Rayn karena mayat Rayn dikubur di tempat yang hanya diketahui oleh [name] sebelumnya.
Dengan artian bahwa mereka memakai dua duplikat Ian. Satu adalah Ian dengan sifat baiknya. Dan satunya adalah Ian dengan nama Rayn.
Entah bagaimana sosok yang dipanggil Rayn itu bisa koma selama berbulan-bulan lamanya. Namun yang pasti, mereka pasti telah merencanakan sesuatu sebelumnya.
Namun Noel tidak bisa membiarkan Ian berbuat semaunya lagi seperti dulu. Ia tidak akan membiarkan Ian membuat semuanya semakin hancur.
Noel menggeser tubuhnya. Ia sudah menemukan tombol darurat itu. Sebelum tubuhnya mati rasa, ia segera meraih dan menekan tombol itu.
Terlihat kedap-kedip ruangan berwarna merah dan sirene. Yang mengartikan bahwa telah terjadi bahaya. Kemudian, sebuah suara dari sistem terdengar.
"Peledakan Laboratorium dalam 30 detik."
Sosok Rayn menatap Noel bengis. Sementara Noel tersenyum kemenangan.
"Kau dan aku. Kita akan sama-sama pergi ke alam baka. Niel."
.
.
.
[10 tahun sebelumnya]
"Kak, kakak baik-baik saja?" Sosok Grace kecil bertanya dengan khawatir kepada Noel. Noel yang sedang makan itu tiba-tiba saja mengeluarkan darah dari hidungnya.
Noel menggeleng pelan sambil mengusap kepala adiknya pelan. "Kakak gapapa kok, ayo kita lanjut makannya ya."
Grace kecil mengangguk. Mata cyannya yang begitu cerah terlihat melirikkan mata ke arah makanan. Lalu kembali memakan makanan itu.
Noel diam-diam mengusap hidungnya menggunakan tisu. Wajahnya pucat. Noel tentu sudah mengetahui situasi ini. Fakta bahwa ia memiliki penyakit yang membuat umurnya tidak panjang. Penyakit yang akan terus menggerogoti tubuhnya perlahan hingga ia mati.
Selesai acara makan siang dengan adiknya. Grace memisahkan diri dengan sang kakak karena harus les piano. Sementara Noel pergi ke taman di depan rumahnya untuk menghirup udara segar.
Tapi sebenarnya bukan hanya alasan itu kenapa Noel ke sana. Karena dia ingin bertemu seseorang. Sahabat yang selalu ada bersamanya.
Ian.
"Hei, kau baru selesai makan?" sapa Ian begitu melihat Noel memunculkan kepalanya dari balik pohon. Noel tersenyum tipis. Lalu ikut duduk di rumput bersama Ian yang sedang membaca sebuah buku dongeng.
"Kau suka sekali membaca dongeng, huh?" ujar Noel sambil terkekeh kecil. Ian mengendikkan bahunya. "Dongeng itu indah, tidak seperti dunia nyata yang memuakkan ini."
Ian menunjuk ke sebuah ilustrasi dalam buku yang menunjukkan seekor naga tengah membakar sebuah desa. "Aku ingin menjadi seperti naga ini, aku ingin semuanya mendapatkan keadilan."
"Keadilan?" tanya Noel. Ia juga ikut melihat ilustrasi naga itu. "Tapi yang kulihat hanyalah seekor naga yang membuang emosinya pada seluruh warga desa."
KAMU SEDANG MEMBACA
『 Little Sister And Seven Brother 2 』BoBoiBoy ✔
Fanfiction【 Completed 】 『 BoBoiBoy x Reader as Little Sister 』 ⊱ ────── {.⋅ ♫ ⋅.} ───── ⊰ ➢ Sequel lanjutan Little Sister and Seven Brothers Kisah sebagai adik ketujuh kembar tidak sampai di sana. Kini, mereka harus mencari keberadaan Taufan, Ice dan Solar ya...