30

682 109 4
                                    

"River, jangan lihat."

"Aku bisa membantumu."

"Tidak."

"Leigh... "

"Jangan lihat!"

"Aku tidak melihat apa-apa." River berkata jengah. Dia masih memegangi tangga yang sedang Everleigh daki, melihat ke samping alih-alih mendongak ke atas.

"Di sebelah mana?" tanya Everleigh begitu telah tiba di puncak tangga.

"Sebelah kananmu. Di bagian buku dengan sampul warna-warni."

Everleigh melempar pandangan ke bawah, memastikan bahwa River benar-benar tidak melihat ke arahnya. Dia kembali pada rak yang ditunjuk River saat melihat pria itu menepati janjinya.

"Semua bukunya bersampul coklat," ujar Everleigh ketika petunjuk River tidak memberi bantuan untuk menemukan buku yang dia cari.

Pada akhirnya, pria itu tidak tahan lagi. River memindahkan pandangan dan kini mendongakkan kepala ke arah Everleigh. "Bukan yang itu, tapi rak di atasmu."

"River!" Buru-buru, Everleigh merapatkan roknya agar pria itu tidak dapat melihat ke dalam. "Kubilang, jangan lihat!"

"Aku tidak sedang mengintip." River membalas gemas. "Sudah kubilang biar aku ... AWAS!"

River melepas pegangannya pada tangga saat gadis itu kehilangan keseimbangan. Tindakan Everleigh yang memegangi rok dengan sebelah tangan, segera membuat tubuh gadis itu goyah. Kaki Everleigh tergelincir dan lantai yang keras siap menjadi alas pendaratannya, andai River tidak menangkapnya terlebih dahulu. Everleigh jatuh bersamaan dengan tangga yang menghantam lantai. Namun gadis itu bernasib lebih baik daripada tangga tersebut. Dia dapat mendengar jantung River yang berdebar kencang saat pria itu memeluknya erat. Bersamaan dengan suara lega sekaligus jengkel River.

"Aku bisa mati muda karena dirimu." Pria itu menukas tajam, tidak memindahkan Everleigh dari atas pangkuannya. Meski bokong River berdenyut karena bertubrukan dengan lantai, dia lebih suka dirinya yang menjadi korban daripada kepala gadis itu yang mendarat lebih dulu.

Everleigh mengangkat kepala, tidak terima menjadi satu-satunya pihak yang disalahkan. "Aku kaget karena kau melihat... ke situ."

"Aku berniat membantu, bukan mengintip." River kembali menimpali. Walaupun mata pria itu yang berkedip cepat menandakan bahwa dia telah melihat lebih dari yang seharusnya.

Everleigh mendaratkan pukulan pelan di bahu River, yang dibalas dengan senyum geli pria itu. "Aku sudah hampir menemukan buku yang kucari."

River mendesah, tak mengira bahwa Everleigh bisa begitu keras kepala. "Aku bisa naik dan mencatat judul-judul di bagian rak itu. Kau tidak perlu ke atas. Lagi pula, tidak banyak buku dongeng yang kupunya."

Saat melihat wajah muram Everleigh, pria itu mengubah kalimatnya. "Atau akan kupindahkan bagian dongeng dan fiksi ke rak yang lebih rendah agar kau bisa menjangkaunya. Jadi kau bisa menikmati waktumu memilih buku tanpa bantuanku. Aku tidak tahu apa yang menyenangkan dari membaca setiap judul dan... "

"Kau mau melakukannya untukku?" Everleigh memotong kata-kata River dengan wajah berbinar. Sejenak, pria itu tampak heran karena Everleigh gembira oleh hal kecil yang akan dia lakukan.

"Ya. Asal kau janji tidak akan mendaki tangga dan menakutiku seperti tadi."

Jawaban River mengundang senyum lebar di bibir Everleigh, selain membuat mata gadis itu berkaca-kaca.

"Kau baik-baik saja?" tanya River hati-hati.

Everleigh mengangguk, menggosok matanya yang basah dengan malu. "Aku hanya senang. Jarang ada yang begitu baik padaku seperti dirimu."

Beauty for The BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang