31

718 108 10
                                    

River tidak mengerti apa yang membuat Everleigh begitu lama di dalam kamarnya. Memilih gaun hanya butuh waktu singkat. Meski untuk mengenakannya perlu waktu yang lebih lama, tapi dia yakin tidak akan selama ini. Kesabaran pria itu sudah mulai menipis, hingga akhirnya dia berinisiatif untuk mengetuk.

"Kau baik-baik saja di dalam?"

Untuk sesaat, pertanyaan River tidak mendapat jawaban. Lalu dia mendengar gerakan dari dalam. Tergesa dan makin mendekati pintu tempat dia tengah berdiri di baliknya. Permukaan kayu tersebut terbuka, memberi sedikit celah bagi River untuk melihat sebagian wajah Everleigh yang menyembul keluar.

"Semua gaunnya memiliki kancing di belakang." Gadis itu memulai kalimatnya. Kecemasan membayang pada manik sebiru samudra di hadapan River.

"Lalu?" Kedua alis pria itu berkerut heran. Sepenuhnya tidak paham kenapa gaun berkancing belakang akan menjadi masalah.

"Aku butuh bantuan untuk memakainya. Tanganku tidak sampai untuk menjangkau semua kancing." Rona terang mewarnai pipi Everleigh saat gadis itu mengungkapkan kesulitannya.

Bibir River membentuk huruf 'o' tanpa suara. Sekali lagi, dia berharap bahwa ada pelayan wanita selain di bagian dapur dan untuk bersih-bersih. Namun memanggil salah satu dari mereka ke bagian barat kastil, bukan hal yang biasa dia lakukan. Hanya Duncan yang River izinkan untuk menginjak area pribadinya. Dan lagi, situasi yang dia alami bersama Everleigh dapat mengundang gosip yang tidak diinginkan. River harus mengatasi semua sendiri. Tanpa sepengetahuan siapa pun.

"Aku bisa membantumu," tawar pria itu. Sekalipun River paham bahwa tawaran itu tidak pantas diungkapkan, tapi dia tidak memiliki pilihan.

Wajah Everleigh tidak mungkin bisa lebih merah lagi dari sekarang saat mendengar tawaran River. Meski, dia tahu bahwa pria itu tidak akan mengusulkan hal tersebut jika tidak terpaksa. Gadis itu membuka pintu lebih lebar, memberi jalan agar River bisa masuk ke kamar. Pintu kembali tertutup dengan suara debaman pelan. Meski demikian, bunyi itu membuat seluruh saraf di tubuh Everleigh terjaga.

River harus menelan ludah berkali-kali ketika matanya menangkap pemandangan gadis itu yang baru setengah berpakaian. Everleigh menahan gaun yang belum terkancing sempurna dengan sebelah tangan di depan dada. Bahunya yang mungil terpampang jelas di depan River. Kulit bahu itu putih dan terlihat begitu halus. Mendatangkan bayangan-bayangan erotis tentang bagaimana pria itu akan mendaratkan bibirnya di sana. Mengecap setiap senti kelembutan yang begitu menggoda.

River memejamkan mata sejenak, berupaya menghalau pikiran-pikiran tersebut dan berkonsentrasi pada tugasnya.

"Berbaliklah." Suara parau pria itu mengkhianati sikap tenang yang berusaha dia tunjukkan.

Everleigh menurut nyaris seketika. Memiliki kesulitan yang sama untuk menghadapi River karena penampilannya. Setitik kelegaan hinggap dalam benak karena dia tidak perlu menghadap pria itu. Namun kelegaan itu hanya bertahan sejenak. Gadis itu tersentak pelan ketika merasakan tangan kasar River menyapu punggungnya. Everleigh mempererat pegangan pada bagian depan gaun, merasakan debaran jantungnya yang makin meningkat.

Dia merasakan tarikan saat River mulai memasang kancing di punggungnya satu-persatu. Beberapa kali, jemari pria itu menggesek bagian atas korsetnya. Lalu gesekan tersebut menjadi makin sering begitu tangan River bergerak naik, mengenai kulit polos yang tidak tertutup korset dan baju dalam.

"Setelah ini, aku akan mencari pelayan wanita untukmu." River mengatakannya dengan suara serak yang sama. Berkali-kali, dia harus menenangkan jarinya yang sedikit bergetar setiap kali meloloskan kancing ke dalam lubang.

"Semua gaun di kamarku memiliki kancing di depan. Aku tidak butuh bantuan. Sungguh," ucap Everleigh yakin. Dia tidak ingin dirinya menjadi penyebab River menambah lebih banyak pekerja di dalam kastil. Everleigh sangat mengerti pada keengganan pria itu setelah insiden kebakaran yang River alami. Dia tidak ingin pria itu berkorban sebesar itu untuk dirinya.

Beauty for The BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang