09 ; "Kembar Zen'in"

1.1K 202 14
                                    

Satoru memasuki kamar asrama Shoko dengan bersenandung, di tangannya terdapat sebuah kantung plastik yang dipenuhi dengan berbagai jenis makanan manis dan juga es krim. Sengaja dia belikan khusus untuk gadis cilik yang akan dia temui.

Padahal Shoko sudah sering melarangnya datang dan membawa makanan manis, karena gadis cilik itu sering mengeluh sakit gigi setiap kali Satoru datang.

Namun, Satoru tetaplah Satoru. Selalu melakukan segalanya dengan seenaknya, tidak peduli dengan apa yang orang lain katakan.

"Yuhuu! [Name]-chan! Sedang apa!?"

Gadis kecil berusia 7 tahun itu melirik pada Satoru yang berdiri di depan pintu kamarnya, "Mengerjakan tugas matematika." Jawabnya sambil menunjukkan buku tulisnya.

Satoru meletakkan plastik itu di meja, kemudian sedikit menurunkan kacamata hitamnya untuk membaca jawaban di buku [Name].

"Kau benar-benar berbakat di matematika. Sejauh ini jawabanmu benar semua!" Ujarnya memberi jempol pada gadis kecil itu.

"Terima kasih! Tapi... kenapa Satoru nii-san ada di sini? Bukankah Shoko nee-san melarangmu untuk datang?"

Awalnya, [Name] tidak ingin memanggil Satoru dengan kakak, terlalu malas untuk mengucapkan kata kakak pada seseorang seperti Satoru. Namun laki-laki itu memaksa, dan ya, mau tidak mau [Name] memanggilnya dengan "nii-san".

Satoru menggelengkan kepalanya, membuka plastik yang dia bawa dan menyerahkan sebuah es krim pada [Name].

"Shoko tidak bisa melarangku untuk menemui istriku."

"Siapa?"

"Kamu." Jawabnya memberi kedipan mata.

Tubuh [Name] bergetar karena menahan tawa, "Nii-san menjadi semakin gila." Ujarnya menohok.

"Ekhem! Jadi, kau mau ikut denganku, [Name]-chan?" Tanya Satoru, "Aku akan pergi ke kediaman Zen'in, tapi aku malas untuk datang sendiri. Kau mau menemaniku?" Tanyanya lagi.

"Tugasku?"

"Aku akan membantumu menyelesaikannya nanti!"

"Oke!"

Satoru mengambil alih tugas rumah milik [Name], sembari menunggu gadis cilik itu berganti pakaian. Dan tak butuh waktu lama bagi laki-laki itu untuk menyelesaikan tugas matematika yang sulit itu.

[Name] yang telah selesai berganti pakaian menatap takjub pada buku tugasnya. Tulisan Satoru sangat rapi dan mudah dibaca, dan juga poin pentingnya adalah tulisan mereka yang hampir mirip. Dengan begitu guru tidak akan curiga.

Keluarga Zen'in. [Name] tidak tahu Satoru ada urusan apa dengan keluarga itu, dan dia juga tidak ingin tahu. Seingatnya, Zen'in adalah salah satu keluarga yang menganggap Satoru sebagai ancaman terbesar kaum penyihir Jujutsu. Keluarga ini juga sangat keras pada anggota keluarganya, jika ada yang tidak bisa melihat kutukan, atau dalam arti lain energi kutukannya mendekati 0 atau bahkan 0, maka dia akan diasingkan.

Seingat [Name] juga ada salah satu murid Jujutsu yang tidak dapat menggunakan energi kutukan sama sekali, namun dia tidak dapat mengingatnya. Mungkin saja jika sudah melihatnya, dia akan mengingatnya.

"Gojo-san, apakah dia adikmu? Seingatku kau itu anak tunggal?"

[Name] yang berada di gendongan Satoru hanya diam saja, "Tidak~ dia calon istriku." Jawabnya dengan candaan, sambil menurunkan [Name] dari gendongannya.

"Wajahnya... mirip dengan seseorang yang kukenal..."

Satoru menarik pelan tubuh [Name] untuk bersembunyi di belakangnya. Laki-laki itu tahu jika ibu dari [Name] adalah anggota keluarga Zen'in yang dibuang, jadi wajar saja jika orang tua di hadapannya itu merasa tidak asing dengan wajah [Name].

The Chosen  [JJK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang