15 ; "Ancaman"

883 177 23
                                    

"AKHHH!!! SENSEI!!! SAKIT!!! LEPASKAN!!!"

"Kau ini lemah sekali, [Name]-chan."

"LEPASKAN SATORU!!!"

[Name] terus menepuk-nepuk bahu Satoru dengan cukup kencang, memohon supaya gurunya itu melepaskan tubuhnya.

Dengan tak berperasaan, Satoru mengunci pergerakan [Name]. Kakinya menindih paha [Name], kemudian tangan kanannya mengunci kedua tangan [Name] ke belakang, dan tangan kirinya mengapit leher gadis itu.

Memang tidak kencang, namun tubuh gadis itu mulai terasa sakit karena latihan tidak masuk akal seperti itu.

"Lemah sekali... Yuuji saja bisa menahannya."

"Haruskah aku telanjang di hadapanmu terlebih dahulu supaya kau sadar aku ini perempuan!? Jangan samakan aku dengan Yuuji!" Bentak gadis itu dengan penuh rasa kesal.

Satoru terkekeh, mencubit pelan pipi [Name] yang mulai berisi. "Aku tidak keberatan jika kau melakukan hal itu. Lakukan saja sekarang." Ujarnya menantang.

"Tidak jadi. Latihanku lebih penting."

Semenjak Satoru tahu mengenai teknik [Name] yang cukup berbahaya, gadis itu mulai tinggal di asrama SMA seperti murid lainnya. Dan Satoru kini mulai memberinya pelatihan khusus.

Satoru berusaha mengembangkan teknik milik [Name]. Salah satunya adalah supaya [Name] dapat memanipulasi teknik mimpinya. Gadis itu harus dalam keadaan sadar mengendalikan tekniknya, supaya dia dapat membuat musuhnya terjatuh dalam mimpi abadi.

Bukankah akan sangat menyeramkan, saat dalam pertempuran, [Name] membuat lawannya tertidur dengan nyenyak dan membunuhnya di dalam mimpi orang tersebut. Matinya lawan di dalam mimpi, juga matinya fungsi otak mereka. 

Teknik yang sempurna untuk melawan musuh yang bertempur jarak jauh.

Ctakk!!

"Kau tertidur lagi, [Name]." Tegur Satoru sambil menyentil cukup kencang dahi [Name].

"Argh!!! Ini terlalu susah sensei! Bagaimana bisa bermimpi dalam keadaan sadar?! Itu halu namanya!"

"Kalau begitu, ubah saja teknik mimpimu menjadi haluan. Kau menonton Naruto dengan Yuuji bukan? Singkatnya, ubah teknikmu itu menjadi genjutsu."

[Name] menganga, tidak percaya dan merasa kesal karena Satoru dengan mudahnya mengatakan hal itu. "Seharusnya kau memberi contohnya padaku, jangan asal bicara saja!" Geram gadis itu, melempar ikat rambutnya pada wajah Satoru.

"Kasar sekali... bagaimana jika aku semakin jatuh cinta, hm?"

"Gombalanmu tidak akan pernah berpengaruh padaku, sensei."

Satoru tersenyum, dia mendekati [Name] yang duduk di sofa. Tangannya meraih rambut gadis itu, dia ingin mencoba mengepang rambut gadis itu, sebab saat masih kecil dulu rambut [Name] sering dikepang oleh Suguru.

Pria itu jadi membayangkan. Jika saja Suguru tidak mengambil jalan yang salah, apakah Suguru juga akan membantu [Name] mengembangkan teknik kutukannya? Atau Suguru akan sama sepertinya, menggoda dan membuat gadis itu kesal.

"Semalam kau bermimpi apa [Name]-chan?" Tanya pria itu menatap puas pada hasil kepangannya.

"Sensei membunuhku, tepatnya terpaksa melakukan eksekusi itu. Tapi sebelum teknik kutukan sensei mengenaiku, aku berhasil terbangun. Kemajuan yang bagus bukan, sensei!? Ayo puji aku!"

"Kerja bagus, [Name]-chan! Lebih bagus jika kau berhasil melakukan teknik itu dalam keadaan sadar!"

[Name] menggerutu, tidak jadi bahagia karena mendapatkan pujian dari Satoru. Menyesal juga karena meminta pujian dari Satoru.

The Chosen  [JJK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang