13 ; "Masa Lalu"

975 189 14
                                    

[Name] membuka seluruh lembar buku yang menjadi penjara bagi makhluk kutukan tingkat khusus. Sudah ada 399 lembar yang terisi, tinggal 101 lembar lagi dan dia akan segera kembali ke dunianya.

Hanya saja, sejauh ini dia masih belum menemukan makhluk yang merupakan adik-adiknya di panti asuhan dulu. Mereka bertujuh belum ditemukan sama sekali, membuat [Name] menjadi sedikit khawatir.

Bagaimana jika ternyata ketujuh adiknya itu ternyata lawan yang kelak harus dia lawan di akhir? Itu akan sangat merepotkan.

"Terima kasih sudah membantuku, dan maaf merepotkan kalian, Miguel-san, Yuta." Ujar [Name] mengenakan kembali kalungnya.

"Tidak masalah. Rantai ini ternyata sangat mudah digunakan, kau mau memberinya untukku?" Tanya Miguel.

"Tentu saja. Aku memang berencana memberinya untukmu, Miguel-san."

"Terima kasih. Ayo kembali."

Miguel berjalan terlebih dahulu untuk kembali ke rumahnya, [Name] hendak mengikuti, namun berhenti karena melihat Yuta yang justru diam. Matanya menatap Yuta, seakan bertanya kenapa dia hanya berdiam diri saja.

"[Name], apakah aku boleh memanggilmu seperti itu?" Tanyanya dengan ragu. "Jika kau tidak nya—"

"Tidak masalah. Aku memang kakak kelasmu, tapi kau lebih tua dariku. Panggil saja senyamanmu."

Yuta tersenyum lembut, mendekati [Name]. "[Name], apakah kau sudah mempunyai pacar?" Tanyanya begitu random.

"Huh? Pertanyaan macam apa itu?" Tanya gadis itu dengan tawaan. "Tidak punya." 

"Benarkah? Aku tidak mempercayaimu."

"Ada apa denganmu? Kita harus segera kembali, ayo."

[Name] berjalan mendahului Yuta. Dia tidak mengerti kenapa Yuta bertanya hal itu, mungkin karena laki-laki masih belum bisa move on dari Rika, dan tidak ingin orang disekitarnya memiliki pacar sebelum dia?

Entahlah, [Name] hanya membuat dugaan yang tidak ada kebenarannya. Yuta itu laki-laki yang soft dan gentle, tidak mungkin dia memikirkan hal buruk seperti itu. Benar, [Name] merutuki kebodohannya sekarang.

Tidak merasa Yuta mengikutinya, [Name] melihat ke belakang. Yuta hanya diam dan melihat bulan purnama yang bersinar dengan terangnya.

"Yuta." Panggilnya yang menarik perhatian laki-laki itu. "Isn't the moon lovely?" 

[Name] tidak tahu jika pertanyaan itu memiliki dua makna. Dia benar-benar hanya ingin memuji keindahan bulan purnama itu. Tanpa dia sadari membuat Yuta memerah karena merasa malu.

"Wah... aku jadi lapar melihatnya. Jadi ingin roti melon..." Ujar gadis itu memegang perutnya yang terasa lapar setelah melihat bulan itu.

Yuta mengedipkan matanya dengan lucu. Dia tidak percaya baru saja merasa malu karena salah paham yang luar biasa. "Yuta, apakah ada makanan yang berbentuk bulat di sini? Aku benar-benar ingin memakan makanan bulat." Ujarnya dengan wajah tanpa dosa.

Laki-laki itu mendekati [Name]. Dia meraih tangan gadis itu, menggenggamnya dan menariknya dengan pelan untuk kembali ke rumah Miguel. Dia berjalan terlebih dahulu juga untuk menutupi rasa malunya.

"[Name], kau tidak boleh mengatakan hal itu sembarangan..."

"Ya? Apa?"

Dasar tidak peka! Pantas saja Rika sering menyerangmu, meski jiwanya telah kembali ke langit.

.

.

.

1 tahun lalu.

The Chosen  [JJK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang