14. Angan dan harap

1K 76 0
                                    


Happy Reading 💚

*********


Berhari-hari berlalu setelah kejadian di taman tua kota hari itu. Jaemin maupun Reynan entah bagaimana menjadi sangat dekat. Keduanya selalu terlihat bersama di setiap kesempatan.

Bagai sejoli yang dimabuk asmara, Reynan seakan enggan berada jauh dari sosok Jaemin barang sekejap. Tidak banyak yang berubah sebenarnya. Masih Jaemin yang acuh tak acuh, dan masih Reynan yang super berisik. Anak itu entah bagaimana selalu mempunyai cerita receh yang tidak ada habisnya.

Bahkan jika harus jujur, Jaemin sudah muak mendengar ocehan tidak berujung dari sahabat barunya itu.

Mengenai kejadian di taman tua, Reynan tidak banyak bercerita. Dia hanya bilang bahwa yang mengejarnya adalah orang-orang kurang kerjaan yang mengganggu pemuda itu saat dia hendak pulang.

Jaemin tentu tidak menelan bulat alasan yang diberikan padanya. Karena Jaemin lebih percaya bahwa Reynan masih si misterius yang bersembunyi dibalik topeng tawanya itu. Tapi, Jaemin pun enggan untuk bertanya lebih jauh.

Lagi pula pertemanan mereka baru seumur jagung. Mereka belum terlalu dekat untuk berbagi masalah pribadi hingga ke akar-akarnya.

Lalu tentang keributan mereka di suatu pagi, tidak pernah lagi diungkit. Baik Jaemin maupun Reynan seakan menganggap masalah itu selesai tanpa sebuah penyelesaian. Lagipula, itu hanya sebuah kesalahpahaman, jika saja Jaemin ingin mencari tahu.

"Jadi, lo enggak tau kemana Jeno pergi setiap habis sekolah?" tanya Reynan, yang lagi-lagi tentang si kembaran. Jaemin sebenarnya sudah muak, tapi mau bagaimana lagi.

Lagi pula bukankah Reynan mendekati Jaemin untuk hal itu? Mengorek informasi Jeno melalui Jaemin.

Lantas Jaemin mau tidak mau harus menerima jika pertemanan mereka hanya akan berisi tentang Jeno dan Jeno.

Salahkan saja hatinya yang terlalu mudah terperdaya. Bagaimana ucapan biasa dari mulut sahabatnya itu bisa membuat Jaemin terpengaruh. Padahal setahun terakhir Jeno juga melakukan pendekatan yang sama padanya. Tapi entah bagaimana, Jaemin tidak pernah sedikit tergerak hatinya.

"Kagak tau, Rey. Lo mau tanya puluhan kali pun jawaban gue tetep sama." ucap Jaemin pelan. Nadanya terdengar ketus menyapa pendengaran Reynan.

Tapi temannya itu justru terkekeh dengan mata yang menyipit. "Ya abis masa sedikit pun lo enggak tahu tentang adek lo." ujar Reynan, yang menarik delikan tajam sang lawan bicara.

Dengusan pelan lolos dari bibir tipis Jaemin. "Lagian lo tau dari mana sih dia sodara gue?" tanya Jaemin, yang kemudian bergidik mengucap kata sakral yang baru saja ia ucapkan. Saudara? Hah, sebercanda itu ternyata mulutnya.

Jaemin berhenti saat Reynan melangkah maju menghadang, memaksa kaki-kaki Jaemin mengerem mendadak. Di lorong sekolah yang mengantar mereka menuju kelas XI Ips-II itu keduanya berdiri berhadapan. Bersedekap memandang tajam satu sama lain.

"Buat apa gue mata-matain adek lo selama setahun kalau masalah itu aja gue gak tau." sarkas Reynan, wajahnya sedikit mendekat agar hanya Jaemin yang mendengar hal itu. "Siapa yang nyangka, kan? Si populer Lee Jeno ternyata saudara kembarnya si kuper Na Jaemin." bisik Reynan tepat disamping telinga remaja dihadapannya.

The Twins ~ Jaemin x JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang