Happy Reading 💚
*******
"Lo kenapa gak bilang kalau kemarin ulang tahun?" kembali suara Jaemin memecah hening dimeja makan.
Pagi itu, sarapan terhidang dengan lengkap diatas meja. Jangan tanya dari mana makanan-makanan itu berasal. Karena jawabannya adalah pesan antar.
Reynan berdecak, menyimpan kembali potongan sandwich ditangannya. Menatap malas pemuda yang masih misuh-misuh tidak jelas dihadapannya. "Geli, gila. Lagian gue cowok, udah gede pula. Ngapain ngerayain kayak gituan." Reynan sampai bergidik membayangkan perayaan ulang tahun anak 5 tahun yang penuh dengan balon dan pernak-pernik lainnya.
Lagipula Reynan tidak pernah merayakan hari kelahirannya lagi, setelah mas-nya menghilang 5 tahun yang lalu.
"Ya, seenggaknya gue bisa ngucapin selamat sama lo. Atau ngasih doa gitu." jawab Jaemin, masih tidak terima.
Tadi pagi, saat matanya baru saja terbuka sempurna setelah malam yang melelahkan, tidak sengaja Jaemin menatap angka di kalender yang diberi tanda melingkar.
Awalnya, Reynan tidak mau mengaku, tapi setelah didesak puluhan kali. Barulah pemuda itu mau mengatakan yang sebenarnya.
Jaemin tentu kesal bukan main. Meskipun Jaemin juga tidak pernah merayakan ulang tahun besar-besaran. Tapi Jaemin selau merayakannya setiap tahun bersama ayah. Meskipun hanya sebuah ucapan dan kue ulang tahun dari nasi kuning yang dibuat menyerupai kue-alias dibuat berbentuk kotak. Jaemin tetap senang setiap melakukannya.
Meskipun sudah 2x ia tidak merayakan ulang tahun lagi. Karena setiap orang rumah mengadakan pesta untuk mereka-Jeno dan Jaemin, Jaemin selalu melarikan diri.
"Udahlah, lagian ngapain sih, gak penting juga."
Jaemin yang sedang mengunyah potongan terakhir sandwich mendelik tajam. Setelah mengunyah dengan cepat dan menelan makanan di mulutnya itu, Jaemin lantas menatap Reynan dengan kesal.
"Lo tau ayah gue dari mana kan? Kata ayah gue, setiap kelahiran adalah anugerah, jadi seenggaknya kita bisa bersyukur lewat perayaan kecil atau bahkan sekedar ucapan doang."
Kini giliran Reynan yang mendelik, "Sok banget lo, ngaku-ngaku keturunan orang sana, tapi ke sana aja belum pernah."
"Heh!" Jaemin melempar sendok yang dia ambil dari rak yang berada disampingnya.
Prang prang prang..
Benda itu meluncur bebas diatas lantai setelah menghantam dinding. Menyisakan kegaduhan yang memekakkan telinga.
"Gue aduin ayah gue, ya!"
"Aduin aja." tantang Reynan acuh, dan kembali fokus pada sandwich miliknya yang tinggal setengah.
Lama suara Jaemin tidak lagi terdengar. Hanya detik jam didinding yang mengisi kesunyian yang panjang. Perasaan Reynan mendadak tidak enak.
Pemuda itu mendongak, lantas saja tatapannya menemukan wajah muram Jaemin di seberang meja. Reynan benar-benar lupa dengan satu fakta itu.
"NaJaem, gue-"
"Gue balik deh. Thanks, buat sarapannya, Rey."
Reynan celingukan melihat Jaemin yang segera beranjak, setelah meraih tas dan pakaian kotor yang semalam diganti dengan baju bersih miliknya.
"Ah, baju lo gue pinjem dulu." ucap Jaemin, sebelum kembali merapikan barang miliknya kedalam tas. "Gue balik."
"Heh, tunggu!" Reynan bangkit berdiri. Melempar sisa sandwich miliknya hingga mendarat acak diatas meja makan. "Gue anter, rumah lo jauh dari sini." ujar Reynan. Berlari secepat kilat meninggalkan Jaemin yang berdiam diri disamping meja makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Twins ~ Jaemin x Jeno
Fanfiction[Sedang direvisi] . Not bxb ~~~~ "Tidak perlu bersikap seolah peduli pada saya, karena hidup saya jauh lebih baik saat kalian tidak ada." -Na Jaemin "Tolong, beri hubungan kita kesempatan." - Lee Jeno ~~~~~ 27 Juni 2022 - 20 Juli 2022..