37. Jaemin-Jeno

1.2K 72 0
                                    


Malam semakin larut. Sunyi menemani Jaemin yang saat ini duduk bersila diatas tempat tidur. Dihadapannya puluhan kertas berserakan. Kertas-kertas yang merupakan surat itu ditulis dalam bahasa Korea. Membuat Jaemin mengerang kesal.

Sedang udara malam yang dingin menerobos masuk diantara celah jendela kamar yang dibiarkan terbuka. Membuat kamar temaram itu semakin terasa mencekam.

"Ck, sekarang gue nyesel karena gak pernah mau diajarin ayah bahasa Korea."

Pemuda itu menghela napas panjang. Menatap nanar kertas-kertas yang terlipat rapih itu. Lalu membuka salah satunya dengan perasaan jengkel.

"Kalau gini kan repot, gue juga gak punya waktu buat meratap, ck."

Meski berbagai keluhan terus terucap, nyatanya Jaemin tetap memotret kertas itu. Membuka aplikasi terjemahan dan menunggu hingga loading nya berakhir.

Sebaris kalimat menyentak kesadaran Jaemin. Dia buru-buru membawa ponsel yang digenggamnya mendekat. Menelisik lebih jelas deretan kata yang tertulis.

"Malam ini Jeno akan menjalani operasi. Tadi siang Dokter menyampaikan bahwa ada donor yang cocok untuk Jeno. Jiseok-ah, doakan semoga operasi Jeno berjalan dengan lancar. Dia terus-terusan menanyakan kamu, jadi doakan dia segera sembuh dan mendatangimu dengan keadaan yang lebih baik.

P.s : Sudah kubilang beli ponsel saja, alat itu lebih praktis dibandingkan surat-surat yang akan memakan cukup waktu untuk sampai."

"Jeno sakit? Donor apa?" Jaemin mengernyit dalam. Pikirannya berkelana mencari jawab dari semua tanya yang tiba-tiba memenuhi seluruh kepalanya.

"Kak Nana gak punya tanda yang sama kayak Jeno Hyung, ya?"

"Tanda apa?"

Hayul kemudian berderap mendekat dengan mata memicing. "Tanda lahir. Jeno Hyung punya tanda lahir disini." Hayul menunjuk ketengah dada Jaemin lalu melanjutkan, "Tandanya panjang banget kayak ular."

"Ular?"

"Iya, ular."

Jaemin lantas mengembalikan surat pertama itu kembali kedalam kotaknya. Ia kemudian membuka satu lagi surat secara acak. Dengan tangan yang bergetar ia kembali memotret, melakukan hal yang sama seperti sebelumnya.

"Jiseok-ah, hari ini, aku dan Yura akan menikah. Kamu tahu ibu mertuamu, kan? Dia benar-benar gila. Bagaimana orang itu mengambil kesempatan dari kondisi cucunya sendiri. Aku tidak pernah menyangka dia akan mengajukan syarat semacam ini untuk ganti pengobatan Jeno.
Jiseok-ah, maaf. Mungkin ini cara satu-satunya agar aku bisa membantu Yura. Aku ingin mengeluarkan dia dan Jeno dari keluarga toxic itu."

Jaemin membalik surat itu, melihat bahwa waktu berjalan mudur 3 tahun dari surat pertama yang dia baca. Puluhan surat itu lantas ia potret satu persatu. Setelahnya ia simpan kembali kedalam kotak.

Malam ini ada hal yang harus Jaemin pastikan. Dan hal itu lebih penting dari isi surat-surat yang masih menjadi misteri.

Setelah membereskan kekacauan yang dia buat, Jaemin meninggalkan rumah setelah memastikan setiap pintu dan jendela terkunci. Sedang saat ini motor matic milik Yura menjadi pemandunya untuk pergi.

Dibawah langit penuh bintang malam itu, Jaemin memacu kuda besinya dalam kecepatan tinggi. Jam didinding sudah menunjukan pukul 11 malam, tapi jalanan masih ramai seolah tidak pernah tertidur.

Meski udara malam itu begitu menusuk, membuat tubuhnya menggigil hebat. Jaemin menggertakan gigi, sekuat tenaga menahan dingin yang menyelimuti hingga kedalam hatinya. Dalam kepalanya kini dipenuhi tentang Jeno. Tentang keadaan kembarannya itu.

The Twins ~ Jaemin x JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang