36. Cerita lama

754 59 0
                                    


Kata orang, kehidupan bagaikan sebuah roda yang berputar. Terkadang kita bisa berada diatas, pada puncak kehidupan yang membuat semuanya terasa mudah. Lalu, terkadang pula kita berada dibawah, dititik dimana siapapun bisa menyerah karena ketidakberdayaan.

Jika beberapa tahun terakhir, kehidupan Yura dan Jiseok dipenuhi suka dan tawa. Maka kali ini Tuhan seakan ingin mencoba meraka berdua dengan berbagai ujian.

Bisnis yang Jiseok rintis dari nol mendadak dilanda kebangkrutan. Mereka ditipu seseorang yang mengaku sebagai teman. Orang itu membawa kabur dana perusahaan dan menghilang entah kemana. Selain itu, banyak sekali korupsi yang dia lakukan sebelumnya. Uang yang harusnya orang tersebut setorkan ke bank nyatanya tidak pernah sampai.

Lalu, beberapa hari kemudian beberapa orang datang kerumah. Mereka menagih utang yang bahkan tidak pernah Jiseok ketahui asal usulnya. Tapi, melihat tanda tangannya berlabuh pada sebuah surat kontrak jaminan utang piutang itu Jiseok tidak bisa berbuat banyak. Mau tidak mau dia harus mengakui hal itu.

Jiseok benar-benar telah ditipu habis-habisan. Belum cukup perusahaannya yang dibuat bangkrut. Bank bahkan menyita hampir seluruh propertinya kecuali rumah yang saat ini mereka tempati. Rumah dengan atas nama Yura itu menjadi satu-satunya hal yang tersisa.

"Mas, kamu gak papa?" Yura mendekati Jiseok yang sejak beberapa jam lalu duduk terpengkur didepan meja kerjanya.

Pria itu sudah lebih dari seminggu mengunci diri. Menyibukkan diri dengan berbagai berkas yang mungkin bisa saja menyelamatkan perusahaannya. Meskipun Jiseok tahu semua itu sia-sia. Karena semuanya sudah terlambat, dan habis tak bersisa.

"Maaf, Yura. Aku udah ngecewain kamu. Aku gagal."

Pria itu tiba-tiba terisak dengan tubuh yang bergetar hebat. Sesekali ia bergumam mengucapkan puluhan kata maaf yang semakin menyayat hati Yura.

Sungguh, apa yang terjadi pada perusahaan sang suami tidak pernah mengganggu Yura sedikitpun. Harta masih bisa dicari. Dan mereka bisa memulai semuanya dari awal lagi. Bahkan dulu mereka pernah melalui hal yang lebih berat dari ini. Tapi, melihat betapa hancur suaminya itu ternyata lebih menyakiti hati Yura.

Dia tidak mau melihat Jiseok seperti ini. Suaminya itu selalu terlihat baik-baik saja dalam situasi apapun. Lantas kenapa sekarang seolah dunianya telah berakhir? Jiseok seperti seseorang yang kehilangan arah.

"Mas, jangan kayak gini. Aku udah maafin kamu. Kita bisa mulai semuanya dari awal lagi."

Tapi, pria itu dengan cepat menggeleng, "Gak bisa, gak ada yang bisa kita lakukan pada perusahaan yang sudah bangkrut."

Yura menghela napas dalam. Ia kemudian mendekati Jiseok, lalu memeluk suaminya itu dengan erat. "Aku tahu, tapi bukan berarti kita tidak punya cara lain, kan?"

"Apa? Kita udah gak punya apa-apa lagi. Kita hancur."

"Hey?" Yura menarik diri, memberi jarak agar ia bisa menatap Jiseok lebih jelas. "Aku gak suka kamu kayak gini. Kamu kuat, Jiseok-ah. Kita pasti bisa melewati semua ini."

Diantara gema suara mereka sendiri, keduanya terdiam. Saling memandang cukup lama dalam keheningan. Ditemani derik jangkrik dari halaman yang terdengar nyaring. Sore itu langit jingga menyaksikan kehancuran seorang Na Jiseok.

"Kita bisa jual rumah ini buat modal usaha. Apapun, kita bisa memulai usaha kecil-kecilan."

Jiseok mengerjap beberapa kali, "Ini rumah kamu. Aku gak bisa jual rumah ini."

"Mas, rumah ini memang atas namaku. Tapi semua jerih payah yang menjadi dinding kokoh rumah ini adalah keringat kamu. Kita bisa menjualnya, menggunakan uang itu untuk modal, dan membeli rumah yang lebih kecil."

The Twins ~ Jaemin x JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang