18. Alaska

933 63 2
                                    

Happy Reading 💚

*******

"Oy, udah lama ini anak baru nongol."

Jeno melengos malas, lantas duduk disamping pemuda yang beberapa tahun lebih tua darinya itu. "Gue sibuk, Bang, gak kayak lo," balasnya.

Alaska, pemuda itu lantas tergelak mendengarnya. Ia masih menyukai cara berbicara Jeno yang selalu berterus terang. Anak itu tidak ada takut-takutnya, padahal seluruh anggota geng motor mereka setidaknya akan merasa segan pada dirinya.

Namun, alih-alih segan, remaja satu itu terkadang membuat Alaska jengkel bukan main. Selain sulit diatur, Jeno menjadi satu-satunya anggota geng yang selalu berperilaku semaunya. Aturan-aturan yang dibuat Alaska sejak lama seakan tidak mampu mengikat anak itu.

"Kenapa lagi tuh muka? Udah kayak cucian kotor aja." Alaska menatap Jeno ingin tahu.

Pemuda berusia 25 tahun itu sangat mengenal Jeno. Atau lebih tepatnya, Alaska hampir mengenal seluruh anggota gengnya. Mulai dari permasalahan umum, hingga masalah pribadi mereka satu persatu.

Itu karena sebenarnya, geng motor mereka bukan selayaknya geng motor diluar sana. Geng itu hanyalah sebuah tongkrongan anak-anak muda pada umumnya. Namun, karena sama-sama menyukai hal yang berbau otomotif, mereka memutuskan untuk membuat sebuah geng motor, dengan nama Alaska sebagai putusan akhirnya.

Kenapa Alaska? Karena itu diambil dari ketua geng pertama mereka, yang tidak lain dan tidak bukan adalah Alaska sendiri.

Anggota geng itu pun bukan sembarang orang. Isinya hanya beberapa mahasiswa, anak-anak sekolah seperti Jeno, lalu beberapa orang teman dekat Alaska yang menjadi pencetus geng motor itu sendiri.

"Bang?"

Alaska yang sedang sibuk dengan ponsel menoleh sekilas. "Hm?"

"Berantem, yuk!"

"Heh!" Alaska refleks menempeleng kepala remaja disampingnya itu. Untung markas saat itu sedang sepi. Jika tidak, mereka akan membuat keributan dengan memanas-manasi Jeno hingga ajakannya benar-benar harus direalisasikan.

"Kepala lo habis kepentok, apa gimana?" tanya Alaska. Ia menggelengkan kepala, heran dengan kelakuan salah satu anggotanya itu. "Tumben lo sendiri, biasa juga ditempelin mulu?"

Jeno menghela napas dalam. Ia lantas merebahkan tubuhnya diatas lantai keramik yang dingin. Malam ini, markas kosong melompong. Hanya ada Alaska yang memang tinggal di sana.

Ada sebuah ruangan khusus didalam markas yang menjadi tempat tinggal Alaska. Ruangan itu sengaja dibuat hanya untuk kepentingan sang ketua. Karena bagaimanapun, bangunan bekas gor bulutangkis itu memang milik Alaska, yang disulap menjadi sebuah markas.

"Ngapel dia, Bang. Biasa juga ngajakin gue keliling monas tuh bocah. Gegayaan ngapelin anak cewek orang." Jeno mendengus sebal. Ia bosan sekarang. Dimas lebih memilih jalan bersama gadis pujaannya.

Sabtu malam memang seharusnya dihabiskan bersama orang terkasih, bukan? Tapi tidak ada satupun yang masuk dalam kriteria itu dihati Jeno.

Ah, sebenarnya ada. Tapi Jeno terlalu takut untuk mengajaknya sekedar menghabiskan waktu bersama.

Jeno ingin sekali mengajak kakaknya, Jaemin, untuk menghabiskan waktu berdua. Menebus waktu belasan tahun mereka yang terbuang sia-sia. Ia ingin mengenal Jaemin lebih banyak lagi.

The Twins ~ Jaemin x JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang