Pukul 23:58 WIB, saat sebagian orang tertidur nyenyak di kasur empuk masing-masing, Jeno terpaksa terbangun. Dering ponsel yang sejak tadi mengusiknya mau tidak mau harus ia hiraukan.
Sedang disamping kirinya, Jaemin tertidur lelap. Sejak sore anak itu tidak meninggalkan kamar Jeno sejengkal pun. Bahkan setelah memastikan demam Jeno sudah membaik, Jaemin masih keukeuh ingin menemani sang adik.
Mengabaikan Jaemin yang tampak damai dalam tidurnya, Jeno bangkit berdiri. Mengambil ponselnya yang terus berdering kemudian berjalan menuju balkon kamar. Dalam sekali gerakan panggilan itu tersambung.
"Halo?" Katanya dengan suara yang terdengar malas.
Sedang diseberang sana Dimas hanya diam untuk waktu yang lama.
"Eh, Sat. Kalau lo mau diem aja gak usah telpon gue, njing! Ganggu tau gak?"
"Jen?" Suara Dimas terdengar amat lirih.
Jeno menjauhkan ponselnya sebentar. Memandang nama sang sahabat yang tertera dilayar ponselnya sekali lagi.
"Apaan?" Balas Jeno dengan malas.
"Bang Aka, Jen.."
Perasaan Jeno tiba-tiba terasa tidak enak. "Bang Aka kenapa?"
Lama Dimas tidak bersuara. Membuat Jeno semakin gelisah dalam penantiannya.
"Woy, Dim?"
"Markas di serang anak geng motor sebelah, keadaannya kacau banget. Terus Bang Aka-"
"Gimana keadaan Bang Aka?" Jeno memotong ucapan Dimas dengan cepat. Temannya itu terkadang suka bertele-tele saat mengatakan hal penting. Membuatnya tidak sabaran.
"Dia kacau."
Dua kata yang Dimas ucapkan mampu membuat Jeno dirundung kekhawatiran yang amat sangat. Maka setelah memastikan sambungan telepon terputus, Jeno bergegas mencari jaket dan kunci motornya.
"Mau kemana lo?" Tanya Jaemin ketika ia hendak meninggalkan kamar.
"Markas."
Jaemin yang saat itu masih setengah sadar langsung saja terjaga. "Gila ya lo? Baru aja lo mendingan, udah mau keluyuran aja!" Katanya dengan suara yang memekik cukup keras.
"Gue harus pergi, ada urusan penting di markas. Lo tidur lagi aja! Gue balik secepatnya, gue janji."
Kembarannya tidak menjawab segera, justru bangkit berdiri dan menyambar jaket lain yang tergantung dibalik pintu. "Gue ikut." katanya.
"Gak, lo disini aja! Udah malem Lo harus istirahat." Ujar Jeno.
"Ya justru itu! Lo harus istirahat Jen! Dan kalau lo mau pergi, gue harus ikut."
"Na.."
"Gue ikut atau gak sama sekali?"
Jeno menghela napas panjang. Bukan rahasia lagi betapa keras kepalanya seorang Na Jaemin. Jika dilanjutkan, maka yang ada mereka akan berdebat semalaman. Jadi, dengan berat hati Jeno mengangguk pasrah.
"Oke, fine. Tapi, kalau nanti ada apa-apa, lo gak boleh jauh-jauh dari gue, paham?"
Dengan senyum tipisnya yang mengembang, Jaemin mengangguk senang. Seolah sedang memenangkan juara satu dalam sebuah kompetisi anak itu tampak terlihat bangga. matanya yang bulat bahkan berbinar.
Lalu, keduanya berjalan mengendap-endap. Berusaha keras untuk tidak meninggalkan suara sekecil mungkin. Bahkan mereka mendorong motor hingga menuju perempatan jalan jauh dari rumah, agar tidak menggangu tidur penghuni yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Twins ~ Jaemin x Jeno
Fiksi Penggemar[Sedang direvisi] . Not bxb ~~~~ "Tidak perlu bersikap seolah peduli pada saya, karena hidup saya jauh lebih baik saat kalian tidak ada." -Na Jaemin "Tolong, beri hubungan kita kesempatan." - Lee Jeno ~~~~~ 27 Juni 2022 - 20 Juli 2022..