24. Tanya tanpa jawab

885 71 0
                                    

Happy Reading 💚

*********

Dojin duduk membelakangi pintu kamar. Memandang halaman belakang rumah yang dihiasi tanaman bunga hasil tangan sang istri. Hatinya campur aduk mengingat bagaimana semalam Yura mengamuk dan memecahkan berbagai barang dikamar yang masih belum Dojin rapikan.

Jaemin yang baru pertama kali menginjakkan kaki dikamar tidur orang tuanya itu lantas terhenyak melihat keadaan kamar yang sangat kacau. Berbagai barang tergeletak dilantai. Pecahan kaca berserakan. Dan berbagai perabotan tidak berada ditempatnya.

Diambang kebingungannya, suara Dojin menjadi penuntun jalan. Membuat pemuda itu mendongak dengan tatapan yang tertuju pada punggung tegap ayah sambung.

"Ini perbuatan mama kamu." ucap Dojin, yang berhasil mencetak kerutan di kening Jaemin.

Pemuda yang masih mematung diambang pintu itu terdiam membisu. Menerka-nerka apakah kiranya yang sedang terjadi? Apa yang ia lewatkan dalam semalam?

Dojin perlahan berbalik, hanya untuk mendapati ekspresi bingung putra sulungnya itu. Ia kemudian menepuk sisi kosong di ranjang yang sedang dia duduki. "Kemarilah." ujarnya.

Dari ketiga anaknya, Jaemin adalah replika sang istri. Dari wajah, hingga sifat anak itu mirip persis seperi mamanya. Bahkan keras kepala keduanya sama-sama sulit untuk dihadapi.

Jadi alih-alih menggunakan amarah ataupun otot, cara pendekatan emosilah yang mungkin paling ampuh untuk menyentuh hati anak itu.

"Mama kamu di rumah sakit. Semalam penyakitnya kambuh." ucap Dojin, seakan menjawab tanya yang kini bersemayam dikepala Jaemin.

Pemuda itu lantas mendekati Dojin. Duduk ditempat yang ditunjukan pria paruh baya itu untuknya. "Ma-ma sakit?" tanya Jaemin, ragu.

Anggukan Dojin membuat tanya dikepala Jaemin berkurang satu persatu. Pantas saja tadi saat ia bertengkar dengan Jeno, tidak ada yang histeris seperti biasanya. Bukan sekali dua kali Jeno dan Jaemin bertengkar, tapi yang baru saja terjadi adalah pertengkaran terbesar yang terjadi diantara mereka.

Keduanya terdiam. Sama-sama merenungkan perasaan di hati masing-masing.

Jaemin memandang setiap penjuru kamar. Siapapun yang melihat akan mengira telah terjadi bencana di rumah itu. Keadaannya benar-benar berantakan. Jauh lebih berantakan dibanding apartemen Reynan semalam.

"Di-dia sakit apa?"

Dojin yang tahu merujuk kemana 'dia' yang Jaemin tanyakan segera menjawab. "Gangguan kecemasan, depresi, entahlah bagaimana saya harus mengatakannya." jawab Dojin.

"Maksud Om?"

Dojin melarikan atensinya pada kekacauan diatas lantai kamar. Sekelebat banyangan tadi malam membuatnya meringis ngilu. Bagaimana Yura yang mengamuk, dan berprilaku agresif. Istrinya itu bahkan berusaha menyakiti dirinya sendiri.

"Mental mama kamu keganggu, sejak bertahun-tahun yang lalu. Kesedihan yang berlarut-larut membuatnya sering mengalami cemas yang berlebihan. Merasa bahwa orang-orang akan meninggalkannya sendirian. Itu yang membuat mama kamu bersikap agresif dan terkadang berusaha melukai dirinya sendiri. Dia tidak ingin ditinggal makanya mencoba bunuh diri beberapa kali."

Jaemin memandang Dojin dengan tatapan memicing. Kedua alisnya bertaut meminta jawab dari rasa penasaran yang tiba-tiba menggelayuti pikirannya. Berbagai tanya kini berkeliaran dikepala Jaemin.

"Perceraian orang tua kalian yang menjadi pemicunya." ujar Dojin. Lantas ia kembali menatap remaja disampingnya dengan lembut. Semburat raut lelah jelas terukir di wajah pria paruh baya itu.

The Twins ~ Jaemin x JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang