4. PESAN YANG TAK TERSAMPAIKAN

147 32 11
                                    

Ceritanya masih sepi vote dan komentar 😂
Gak papa, emang beda tokoh dari yang biasa aku pakai sih 🥰

Terima kasih buat yang sempetin baca dan kasih vote.
Jangan lupa follow aku, ya ❣️
Mention for follback

Jangan lupa tinggalkan komentar 💬 dan klik bintang 🌟🌟🌟🌟🌟

*Angkasa on mulmed

🍏🍏


Laki-laki bernama Angkasa itu baru sebulan berada di SMA Dream. Ia gemar berkelahi dan berencana untuk mengikuti kursus tinju supaya hobinya itu tersalurkan ke tempat yang tepat. Namun, sialnya berhadapan dengan si jenius mesum di sekolahnya yang lama dan berakhir dikeluarkan. Angkasa harus bersyukur karena keluarganya berada di golongan ekonomi kelas atas sehingga tidak ada catatan buruknya di sekolah lama dan dapat pindah meski sekarang sudah kelas 12.

Satu-satunya hal sepele yang ia sesali adalah pertemuan tak sengajanya dengan anak sekolah lain bernama Marsha. Gadis itu menolongnya saat ia tak sadarkan diri setelah berkelahi dan langsung mengendarai motornya. Angkasa pingsan dan Marsha menolongnya.

Angkasa tidak tahu dan tidak akan pernah tahu jika gadis itu memiliki kekasih yang ternyata langsung mengajarnya di sekolah barunya. Marsha yang datang menolongnya, tetapi ia yang disalahkan sebagai perebut kekasih orang. Bukankah itu lucu?

Tadinya Angkasa tidak berniat menaruh hati pada gadis itu, tetapi melihat bagaimana agresifnya Aksaka, ia berniat untuk membuat perhitungan kepada laki-laki itu. Membuatnya sebagai pelabuhan perempuan setelah pernah dimiliki Aksaka? Itu omong kosong. Yang benar adalah Angkasa bisa merebut apapun yang diklaim sebagai milik laki-laki itu.

Tatapan Angkasa mengikuti arah pandang Aksaka yang sempat menoleh kepadanya tadi. Dengan tersenyum miring, sepertinya Angkasa bisa mendapatkan dua burung dalam satu tembakan. Berpacaran dengan Marsha dan menjadi teman dekat dari perempuan yang ditatap Aksaka barusan, sepertinya akan menjadi hal yang menyenangkan.

"Gue gak tau apa yang lo pikirkan, tapi jaga pandangan lo dari cewek gue," ujar Elang yang memapah Angkasa setelah tumbang tadi.

Bukan maunya Elang juga untuk memapah laki-laki itu, tetapi karena guru fisikanya mendorongnya untuk membantu.

"Emang lo tau siapa yang gue lihatin? Btw, gue juga gak tau cewek lo yang mana." Angkasa membalas dengan tertawa pelan.

"Namanya Adara, yang rambutnya diurai," sahut Elang. "Sial! Gue udah bilang supaya dia ngiket rambutnya, kenapa dia batu sih!"

Angkasa tertawa mendengar gerutuan teman barunya itu. "Gue Angkasa. Kayaknya ini kali pertama gue ketemu sama lo. Nama lo siapa?"

"Gue di kelas IPA 1. Nama gue Elang," jawabnya. "Susan, tolong obatin, ya," lanjut Elang pada temannya yang kebetulan sedang piket di UKS.

Angkasa kemudian duduk di salah satu bangsal sambil menunggu perempuan yang dipanggil Susan tadi mengambil obat.

"Bro, gue enggak lihatin cewek lo tadi. Gue lebih tertarik sama cewek yang di samping Adara," kata Angkasa disertai senyuman kecilnya.

Berbeda dari Angkasa yang berada di UKS, Aksaka kini sedang mendengarkan guru BK menceramahinya. Kalimat-kalimat yang disampaikannya sudah di luar kepala Aksaka. Seperti tidak ada kalimat lain untuknya.

Setelah mendengarkan kalimat panjang gurunya selama hampir satu jam, Aksaka langsung menuju toilet-toilet sekolah untuk melaksanakan hukuman. Ini adalah hukuman paling tidak Aksaka sukai, tetapi harus ia lakukan daripada orang tuanya diminta datang ke sekolah.

Aksaka tidak pernah mengatakan jika ia murid yang baik di sekolah, tetapi orang tuanya hanya mau mendengar hal baik saja. Menutupi kenakalan Aksaka adalah hal yang lumrah bagi keluarga Gumilar. Anak itu tidak perlu dikekang karena jika dibatasi, Aksaka akan semakin menjadi-jadi.

"Lo tau gak apa yang bikin Saka sama Kasa berantem? Gue sih udah tau, ya," kata Adara memulai obrolannya sambil merapikan bajunya di depan cermin yang ada di toilet.

"Cewek?" tebak Agatha yang ternyata mendapat anggukan Adara. "Adik kelas kita, si Marsha, ternyata jadi biangnya. Doi kan pacaran tuh sama Saka, udah beberapa bulan gitu, eh si Marsha malah deket juga sama Angkasa waktu cowok itu masih di sekolah lama," lanjutnya.

"Selingkuh?" tanya Ashila.

Adara menggeleng. "Setau gue dari temen-temen yang gabung jadi suporter futsal, si Saka tuh agak posesif gitu. Mirip-mirip Elang kali, ya. Nah, pas dia tau ceweknya deket sama cowok lain, meledah deh dia. Eh, malah Angkasa pindah ke SMA kita, habis deh sama Saka."

"Wait! Ini maksudnya Marsha anak klub olimpiade astronomi juga bukan sih? Gue sempat dengar ada adik kelas yang namanya Marsha pas gue mau pulang minggu lalu," tanya Agatha memastikan karena ingatannya minggu lalu.

Hari itu ia sudah resmi tidak lagi akan mengikuti lomba-lomba lagi karena khusus untuk kelas 12 harus fokus untuk aneka ujian sekolah. Tugas Agatha dan teman-teman seangkatannya sekarang hanya sebagai tutor bagi adik-adik kelasnya yang bergabung dalam klub olimpiade astronomi.

"Nah, bener! Yang itu, Ta," jawab Adara. "Eh, udah yuk, entar kita gak kebagian makanan lagi di kantin."

Ketiga gadis itu lalu keluar toilet dan melihat Aksaka yang berdiri di samping pintu.

"Ngapain lo?" tanya Ashila galak. "Ngintip, ya?" tuduhnya.

Aksaka tidak mau repot menjawab. Ia lalu masuk sambil membawa ember dan sapu pel.

"Saka sombong hu!!!!" Adara membalik jempolnya dan menghadap Aksaka. "Ditanya bukannya jawab malah jalan terus. Gak kebayang besok yang jadi istrinya harus berhadapan sama manusia yang cosplay jadi kulkas!"

"Udah pergi sana! Gue mau ngepel!" Aksaka mengusir tiga gadis itu. "Kurang-kurangin tuh ghibahnya!"

Agatha hanya diam mendengar pertengkaran itu. Ia tidak mau terpengaruh sedikit pun. Kemarin malam mereka sudah membuat kesepakatan untuk biasa saja dan seharusnya tetap seperti itu.

Meskipun ada keinginan untuk ikut mengobrol, tetapi hal itu langsung Agatha singkirkan. Mereka tidak pernah terlibat obrolan selama ini.

"Yuk ke kantin, gue laper," kata Agatha menggandeng kedua temannya itu.

"Kok bisa ya, Saka pacaran sama adik kelas? Selama ini gue tahu pacar Saka bukan dari sekolah ini deh." Ashila kembali membuka obrolannya tentang Saka.

"Sebagai anak IPS yang punya banyak informasi tentang anak-anak di sekolah ini, Saka itu enggak bakal jadian kalau enggak dapat keuntungan dari pacarnya. Eits! Tapi bukan keuntungan secara materi, ya. Kita semua tahu sekaya apa keluarga Saka. Benefit yang lain pokoknya," jawab Adara yakin dan akurat seperti informasi yang sudah ia dapatnya.

"Benefit? Ah! Yang good looking? Yang bisa dia pamerin ke semua orang gitu?" tanya Agatha.

"Kayaknya enggak deh, Ta. Mungkin lebih ke benefit touching? Sentuh menyentuh?" tebak Ashila yang langsung mendapat tatapan tak percaya dari dua sahabatnya. "Eits! Bukan ke arah hubungan dewasa teman-teman sekalian. Mungkin sekadar kissing." Ashila mengoreksi kalimatnya.

"Intinya dia bukan cowok yang polos?" Adara berusaha menyimpulkan. "Tapi, Shil, bukannya hubungan kayak gitu wajar? Selama bukan bersetubuh, menurut gue sekadar kissing tuh biasa aja!"

Adara mendapatkan hadiah pukulan di lengannya oleh Agatha. "Gak ada yang wajar ya, Adara sayang. Segala hubungan itu harus ada kesepakatannya. Gak bisa dong mewajarkan segala sentuhan. Jangan menormalisasi hal-hal kayak gitu deh," protes Agatha.

"Nah, bener tuh kata Ibu Negara!" Ashila mengiyakan. "Udah yuk buruan jalannya entar keburu masuk lagi," lanjutnya sambil membawa teman-temannya berlari.


🍏


Aksaka menatap kesal pada ruang obrolan dengan Mamanya. Bisa-bisanya Lestari meminta Aksaka untuk membawa Agatha ke rumah mereka. Setelah apa yang dilihat Agatha tadi pagi tentang tingkahnya, bagaimana ia bisa membawa gadis itu ke rumah?

Hanya ada penolakan yang Aksaka berikan sebagai balasan. Alasan-alasan Aksaka sangat beragam termasuk di antaranya alasan-alasan hasil karangannya dengan membawa nama Agatha.

Ibu Negara Lestari 💙: Ajak calon menantu Mama ke rumah. Mama udah masak banyak.

Aksaka 💪: Agatha sibuk, Ma. Dia enggak bisa pulang bareng aku.

Aksaka💪: Mama kan tau dia sibuk, memang Mama tega suruh dia ke rumah padahal dia banyak kegiatan yang harus dia kerjakan?

Ibu Negara Lestari 💙: Ya udah deh  Padahal Mama udah masak banyak. Salam buat Agatha ya, Ka.

Aksaka💪: Iya, Mama.

Aksaka langsung masuk ke dalam mobilnya untuk bergegas pulang. Bel pulang sekolah sudah berbunyi lima menit lalu. Niat Aksaka sekarang adalah menjenguk Marsha, kekasihnya yang sedang sakit dan tidak bisa ke sekolah hari ini.

Mobil Aksaka keluar dari area sekolah. Sambil mendengarkan lagu, Aksaka menyanyi dengan suaranya yang lumayan bagus. Kata Marsha, suara Aksaka adalah pengantar tidur terbaik.

Berbeda dengan Aksaka yang diperbolehkan membawa kendaraan ke sekolah, Agatha sama sekali tidak memiliki kesempatan itu. Katanya Agatha bisa saja ceroboh dan mengalami hal buruk. Satu tawaran yang ditolak Agatha adalah saat orang tuanya meminta sopir untuk mengantar jemputnya. Agatha sudah besar, tidak ingin merepotkan siapapun. Ya, meskipun pada akhirnya ia tetap merepotkan sahabat-sahabatnya yang bersikeras mengantarnya pulang.

"Bareng aja, Agatha," kata Elang dari dalam mobil dengan Adara di sampingnya. "Atau mau bareng Ashila? Dia udah dijemput juga tuh sama sopirnya."

Agatha menggeleng. "Gue mau beli sepatu dulu. Erlan nagih hadiah masa," jawabnya sekaligus menolak tawaran Elang.

"Tata... Kita anterin kok. Ini udah sore loh!" desak Adara.

Belum sempat Agatha menjawab, ponselnya berdering. Langsung saja ia mengangkat panggilan dari Bundanya itu. Raut wajah Agatha mendadak gusar mendengar kalimat panjang Bundanya.

"Anterin gue pulang, ya." Agatha langsung masuk ke dalam mobil Elang setelah panggilan terputus.

"Ta, ada masalah?" Adara ikutan panik melihat Agatha yang tampak gelisah itu.

Agatha menggeleng sebelum menjawab, "Enggak ada apa-apa. Lang, tolong agak kebut, ya."

Perjalanan dari sekolah ke rumah Agatha dengan kecepatan mobil yang Elang kemudikan hanya berkisar lima belas menit. Namun, entah mengapa hal itu terasa lama bagi Agatha. Usai mobil Elang berhenti di depan rumahnya, ia langsung keluar setelah mengucapkan terima kasih. Tidak ada tawaran untuk mampir terlebih dahulu seperti yang biasa Agatha katakan.

"Apa sih kegiatan kamu di sekolah sampai enggak bisa datang ke rumah Mama Lestari?" kalimat Samuel langsung menyambut Agatha saat gadis itu baru membuka pintu. "Dia calon Mama kamu juga, Tata."

"Agatha enggak nolak apa-apa, Ayah. Malah Agatha baru tau dari Bunda kalau Mama Lestari minta Tata ke rumahnya," jawab Agatha yang masih berdiri di seberang kursi ayahnya.

"Aksaka bilang kamu sibuk dengan kegiatan kamu. Tata, tolong jangan begini. Hargai orang yang sayang sama kamu, Nak." Samuel tampak frustrasi menghadapi anaknya itu.

Agatha menggeleng. "Ayah, Tata enggak tau apa-apa. Ayah mau Agatha pergi ke rumah Mama Lestari sekarang? Tata pasti pergi," lanjutnya lalu berjalan ke kamarnya.


Meski ingin menangis, Agatha berhasil menahannya. Ia segera mandi dan memakai pakaian terbaiknya. Tak sampai tiga puluh menit, ia sudah siap dengan wajah ayunya.

"Ayah enggak usah antar. Tadi kata Bunda, ayah langsung pulang karena dengar berita ini. Ayah istirahat aja, nanti Tata kabarin kalau udah sampai," ujar Agatha saat melihat ayahnya masih duduk di posisi yang sama. "Tata pergi sama Erlan aja, ya. Dia udah di depan kok. Sengaja enggak Tata suruh masuk biar enggak habisin kue," candanya yang berhasil membuat Samuel tersenyum.

"Hati-hati ya, Nak." Samuel memeluk Agatha.

🍏

Terima kasih sudah membaca
Lanjut? Insyaallah
140222


AKSATA | JAEMIN x HEEJIN ft. 00LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang