Halo! Selamat membaca!
Jangan lupa follow aku dan masukin cerita ini ke perpustakaan, yaJangan lupa juga buat SPAM komentar dan kasih bintang
Thanks!🍏
Mading SMA Dream dikerumuni oleh siswa-siswi yang penasaran dengan hasil lomba fotografi tiga hari lalu. Tidak ada yang tidak kagum melihat model-model dadakan hasil jepretan peserta lomba. Mading yang biasanya hanya dilewati tanpa minat itu, kini berubah menjadi tempat yang harus dikunjungi.
Ada foto Adara di sana yang sempat terpajang sebelum akhirnya diambil Elang secara sepihak. Banyak yang protes ketika Elang melakukan hal tersebut, tetapi tentu saja Elang mengabaikan protes mereka.
“Foto cewek gue bukan buat konsumsi publik!” ujar Elang tadi.
Meskipun mereka tidak rela, bisa apa mereka? Jangankan murid-murid yang melarang, Adara saja shock melihat tingkah Elang tadi.
“Apa?” tanya Elang tidak santai.
“Biasa aja dong! Muka-muka gue yang dipajang, kok lo yang sewot?” Adara jadi terpancing untuk berbicara tidak santai juga.
Elang memasukkan foto Adara ke dalam dompetnya lalu memasukkan kembali dompet ke dalam saku celananya.“Berisik!” balas Elang. “Lagian kenapa sih ikut-ikutan jadi model dadakan segala? Kan masih banyak anak kelas kamu.”
Adara mengibaskan rambutnya percaya diri. “Soalnya gue yang paling cantik,” jawabnya. “Lagian punya pacar cantik bukannya bersyukur, kapan lagi lo dapet cewek yang dikagumi satu sekolah gini.”
“Ya, enggak gitu juga, Dar. Cantiknya buat gue aja,” kata Elang.
“Idih! Siapa lo? Suami bukan. Baru pacar aja udah posesif gini? Mundur aja lah gue,” balas Adara sambil menggelengkan kepalanya.
Elang tersenyum jenaka. “Emangnya mau kalau dinikahin sekarang? Gue siap lahir batin, sih.”
“Wah! Sakit nih bocah!” Adara mengecek kening Elang, takut-takut pacarnya kesambet jin penunggu kelas. “Berobat sana!”
“Boleh, kamu dokternya. Dokter cinta,” balas Elang dengan senyum hingga mata menyipit andalannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSATA | JAEMIN x HEEJIN ft. 00L
Teen FictionAKSATA; tidak terputus --- Agatha Rinjani hanya ingin menjalani kehidupan remaja yang normal, tanpa tekanan dari manapun termasuk orang tuanya. Jika harapan yang diucapkannya setiap kali meniup lilin ulang tahun, maka doa itu yang selalu ia ucapkan...