Page 21

1.4K 156 24
                                    



























—Happy Reading—






















Di sore yang cukup panjang, Yuri mulai membuka matanya setelah tertutup cukup lama. Karena demam yang menyerangnya kemarin, ia terpaksa beristirahat seharian dan tak pergi bekerja seperti biasanga.


Setelah meminum obat yang disediakan Minju, ia tertidur dengan lelap dengan path demam dibagian dahi yang tak meredakan suhunya sama sekali. Meskipun begitu, tubuhnya terasa sedikit ringan setelah di istirahatkan seharian.


Merasa tenggorakannya kering dan tubuhnya lemas kekurangan cairan, gadis itu menyingkap perlahan selimut yang membalut tubuhnya. Turun dan keluar kamar pergi menuju dapur untuk mengambil air, mungkin karena terburu-buru pergi bekerja. Minju lupa untuk menyediakan air untuknya di kamar. Dengan langkah lamban Yuri berjalan menuju dapur, mengisi gelas dengan air lalu meminumnya dengan sekali teguk.


" Ah~ " Yuri menghela nafas merasa lega akhirnya cairan masuk ketubuhnya, setelah itu. Ia berjalan menuju bagian tengah rumah dan menjatuhkan diri ke atas sopa, membaringkan kembali tubuhnya yang masih tersisa sedikit lemas.


Melirik ke arah jam dinding yang menunjukan pukul 4 sore, membuatnya mempoutkan bibir karena masih jauh dari waktu kepulangan Minju.


" Dingin "


" Mau di peluk " Keluh Yuri memeluk tubuhnya sendiri yang bahkan sudah memakai sweather dan kaus kaki, tak lupa pula beanie hadiah dari Minju yang ia kenakan di kepala seharusnya bisa memberi kehangatan bukan? Tapi bukan Yuri jika tidak mendramatisir semua yang dilakukan. Baginya, pelukan Minju lebih menghangatkan dibanding segala benda hangat.


" Minmin~ "


" Cepat pulang~ " Rengeknya seperti seorang anak kecil yang meminta ibunya untuk segera datang.


Hingga bell rumah berbunyi membuatnya melompat dari sofa, bergegas membuka pintu berharap kekasihnya datang memenuhi panggilan yang ia buat tadi. Namun, saat pintu terbuka dugaannya salah. Itu hanya kurir yang mengantar pake pesanannya beberapa hari lalu, dengab sedimit kecewa Yuri menerima paket tersebut dan kembali masuk ke rumah.


Baru beberapa langkah ia menjauh dari pintu, bell kembali berbunyi dan memaksanya berbalik membuka pintu itu lagi. Masih dengan orang yang sama yaitu si kurir yang tersenyum bodoh dan mendapat tatapan julid dari si pemilik rumah.


" Untuk Kim Minju " Yuri memutar bola mata malas menerima paket lain dan langsung menutup pintu dengan agak kasar, segera pergi menuju tengah rumah untuk membuka isi dari paket milimnya. Akan tetapi, tinggal beberapa langkah menuju sofa bell kembali berbunyi membuatnya geram dan menggeram. Dengan kesal Yuri memutar gagang pintu dan membukanya penuh emosi.


" APALAGI SIALAN?!! " Bentaknya dengan suara tinggi dan penuh amarah hingga dadanya naik turun, saat membuka mata ia terkejut ternyata melihat Minju yang berdiri denga  wajah shock disana.


" A-ah, sayang m-maafkan aku "


" Ku kira kurir bodoh tadi "


" Pantas kau sakit sepertinya kau punya darah tinggi karena sering marah-marah "


" Ya! Kau jahat sekali " Minju hanya menggeleng saat menyaksikan kelakuan Yuri yang selalu bar-bar walau kondisi kesehatannya tak baik, ia berjalan memasuki rumah diekori gadis kecil dibelakangnya. Menanggalkan coat dan menyimpannya disandaran sofa, melirik kebelakang yang ternyata Yuri masih mengikuti hingga tengah rumah dan ikut duduk disampingnya. Minju bergerak memegang pipi dan leher Yuri, memeriksa apa demamnya sudah turun atau masih sama seperti kemarin.


Something WrongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang