bab 8

37 8 0
                                    

"Lo gak papa?" tanya Arvin sambil memberikan segelas air putih pada gadis yang wajahnya memucat itu.

Eve hanya mengangguk saja. Lalu meraih segelas air putih itu dan menegugknya sedikit.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Arvin masih  cemas walaupun sudah melihat gadis di hadapannya mulai sedikit tenang dan mengontrol napasnya lagi dengan baik.

"Gue gak tahu, tadi gue cuma mau ngasih makanan ke dia," ucapnya disertai isakan kecil dan gemetar karena masih sedikit merasa syok.

Ingatan Eve berputar ke beberapa waktu lalu ketika ia membawa nampan berisi makanan dan minuman untuk diberikan ke sahabat yang katanya butuh istirahat saat itu.

Eve membuka pintu kamar yang ditempati Ailee perlahan, karena memang tidak terkunci di sana. Ia melihat punggung Ailee yang hanya berdiri menghadap tembok di depan sana dan menggedor-gedorkan kepalanya dengan pergerakan yang lumayan keras.

Eve pun mulai memanggil nama Ailee perlahan beberapa kali, tetapi tak ada sahutan.

Sampai di mana, Eve sudah mulai mendekat ke tubuh Ailee. Ia malah mendengar bisikan halus yang keluar dari mulut gadis berpakaian gaun tidur berwarna putih selutut itu.

Ketika Eve merasa aneh ....

Ia pun mulai menyentuh pundak Ailee untuk menyadarkannya. Sebab ia tahu bahwa Ailee sering mengalami Somnabulisme (Sleepwalking) atau bisa disebut tidur sambil berjalan dan berbicara.

Seketika itu juga ....

Tiba-tiba ... Ailee memutar kepalanya tanpa menggerakkan badan dengan memasang tatapan menyeramkan.

Serta, mulutnya pun terbuka lebar dengan mengeluarkan belatung dan cairan hitam dari sana.

Lalu, Ailee mendorong leher Eve begitu keras sampai mengenai pembatas balkon di belakangnya. Sehingga, membuat barang bawaannya terlempar ke lantai bawah, dan mengundang teman-temannya untuk menyaksikan kejadian mengerikan itu.

Eve memekik sendiri ketika membayangkan hal yang baru saja menimpanya. Sehingga, membuat Arvin terheran-heran dan bertanya, "Ada apa?"

Napas Eve mulai memburu kembali, ia meneguk  habis air putih di genggamannya, dan memilih diam saja tanpa menghiraukan pertanyaan dari lelaki di hadapannya yang terlihat cemas itu.

Ailee tiba-tiba beranjak dari tempat duduknya, lalu diikuti oleh Arvin yang terus saja bertanya, "Lo mau ke mana?"

Di tempat lain, Ailee masih belum sadarkan diri. Sehingga membuat Arvin dan Helsa berusaha keras agar dapat menyadarkannya. Sebab meteka sangat tidak ingin terulang lagi kejadian yang seperti tadi.

Helsa memberikan minyak kayu putih yang memang mereka bawa dari sebelum masuk ke desa ini. Ia mengusap-ngusapkannya ke telapak kaki Ailee yang begitu dingin. Lalu, ia berpindah untuk menaruh aromatik dari minyak kayu putih tersebut ke hidung mancung sahabatnya yang masih terlelap itu.

River tiba-tiba bersura, "Memangnya, Ailee pernah sleepwalking separah ini? Apa ada yang lebih parah lagi?"

Helsa berhenti sejenak mendengar pertanyaan River, lalu menggeleng dan menjawab, "Selama aku mengenalnya, dia tidak pernah seperti ini. Paling dia hanya berjalan tanpa arah saja. Kalo melakukan hal semacam ini ... tidakkah diluar kemampuannya?"

"Iya, sih. Memang lebih terlihat seperti orang kesurupan," gumamnya pelan.

Helsa masih terus berusaha untuk menyadarkan sahabatnya itu dengan berbagai cara. Mulai dari memanggil-manggil namanya dan mengusap-ngusap pipi gadis cantik di hadapannya.

Ailee mendengar suara Helsa samar-samar. Ia mulai membuka matanya perlahan, terlihat bagaimana wajah kedua sahabatnya itu tengah menatap dirinya. Walaupun sedikit kabur, Ailee masih dapat mengenali mereka berdua.

Tiba-tiba Ailee hendak duduk, yang segera dibantu oleh Helsa. Lalu ia berkata dengan suara yang serak dan pelan sampai hampir tak terdengar, "E—Eve?"

River dengan cepat-cepat memberikan segelas Air minum, yang segera diterima oleh Ailee dan meneguknya sedikit. Hal itu membuat tenggorokannya yang kering tadi mulai sedikit lega. Lalu, ia bertanya lagi, "Bagaimana dengan Eve?"

"Kamu ingat dengan apa yang sudah terjadi?" tanya Helsa sedikit hati-hati.

Ailee mengangguk, lalu hendak beranjak dari tempat tidurnya, tetapi dihentikan oleh River.

"Lo tenangin diri aja dulu, nanti baru temui Eve. Dia baik-baik aja, kok." River membantu menyelipkan anak rambut ke telinga Ailee.

Ailee menurut saja, walaupun sedikit cemas. Sementara Helsa mulai bertanya, karena ada yang mengganggu pikirannya, "Lo bilang, tadi ingat dengan apa yang terjadi pada Eve."

Ailee mengangguk  pelan, serta bulir air mata tiba-tiba jatuh dari sana.

"Terus, bagaimana bisa lo ngelakuin itu semua jika dalam keadaan sadar?" tanya Helsa heran.

"Maksudnya?" Ailee mengernyitkan dahi.

"Lo gak bener-bener inget dengan yang terjadi 'kan?" Lagi-lagi Helsa bertanya tanpa berpikir panjang.

Ailee makin bingung.

"Coba ceritakan apa yang lo lihat beberapa waktu lalu." River bersuara sedikit pelan.

"Gue liat ada orang yang mencekik Eve tadi di balkon. Gue gak bisa mencegahnya, tangan, kaki, dan mulut gue gak bisa gerak waktu itu. Tapi, ketika denger suara, lo, yang manggil gue. Saat itu juga, gue liat Eve sudah terjatuh. Ini semua salah gue, gue gak bisa nyelametin dia." Ailee mengatakan itu dengan memukul-mukul kepalanya karena menyesal.

Helsa yang melihat itu pun gegas menghentikan pergerakan tangannya, lalu ia mulai bersuara, tetapu urunh karena ucapannya terpotong oleh River yang langsung berkata, "Ini bukan salah, lo. Kita semua, lihat itu, tapi gak bisa berbuat apa-apa juga. Lo tenang aja, gak usah khawatir, Eve baik-baik saja, kok."

Ailee pun menatap mata tegas milik lelaki yang ada di hadapannya itu dengan sendu. Hatinya mulai sedikit tenang, dan memeluk erat tubuh mungil Helsa yang hangat dirasa olehnya.

"Jadi, sekarang, lo, jangan mikirin apa-apa dulu, setelah sudah merasa nyaman nanti temui Eve." River meyakinkannya lagi dengan mengusap-ngusap rambut hitam pekat milik Ailee pelan.

Ailee mengangguk, sambil terus berada di pelukan Helsa yang aromanya seperti bayi habis mandi di pagi hari. Sehingga, membuatnya nyaman dan tenang di sana.

Desa Terkutuk|| SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang