bab 19

21 5 0
                                    

Dua orang yang berjubah di antara mereka itu, mendekat kepada Ayla dan Anna. Lalu menggendong paksa mereka berdua untuk keluar dari sana.

"Lepasin! Kalian apakan Junior!" teriak Ayla ketika ia dibawa dengan paksa oleh seorang berjubah itu.

Tiba-tiba, orang yang menggendong Ayla pun membuka tudung kepalanya, dan berkata, "Kakak, kenapa ada di sini?"

"Mamah?" Ayla terkejut ketika melihat wajah orang tuanya yang penuh dengan darah di tangannya.

"Mah, Itu junior kenapa, Mah? Kenapa dibawa sama orang-orang aneh di sana?" Ayla bersikeras untuk kembali ke tempat ritual itu lagi. Akan tetapi, wanita yang ternyata ibu dari Ayla pun berkata lain, ia membawa Ayla ke kamarnya lagi. Lalu meletakkannya di sana, dan meninggakannya begitu saja dengan mengunci pintu dari luar. Bukan hanya Ayla saja, tetapi juga Anna yang juga dibawa oleh ibunya sendiri.

Ayla terus menjerit memanggil-manggil nama orang yang sudah menguncinya di dalam sana. Sementara Anna, ia berusaha untuk menenangkan Ayla yang terus saja menangis dengan berkata, "Ayla, kata Ibu, Junior tidak disakiti oleh orang-orang aneh itu. Justru Junior mau diberkati katanya."

"Kalau diberkati, kenapa seperti itu! Kamu tadi lihat 'kan, An? Orang-orang itu aneh!" Ayla menjerit histeris.

"Ibu gak boong, kok. Itu katanya cuma ritual untuk menyingkirkan hantu!" Anna berusaha menenangkan gadis jelita itu yang tengah sesenggukan menangis pilu.

Ayla mengusap air matanya kasar ketika mendengar kata hantu, lalu ia berkata, "Sebenernya, aku kalo tidur sering didatengin hantu, tapi kata Mamah, hantu itu gak ada."

"Kalo hantu gak ada, ngapain Ibu melakukan pengusiran hantu itu. Pasti Eyang Hantu yang aku bilang waktu itu memang ada. Dan ibu lah yang menyingkirkannya."

"Tapi, kenapa Mamah Ayla kok diem aja. Terus Mamah Ayla juga nangis tadi."

"Itu karena kamu nangis Ayla. Biasanya 'kan orang tua memang seperti itu. Kalo anaknya sedih, ibunya juga sedih." Anna menarik kedua sisi bibirnya membentuk pelangi terbalik. Menciptakan senyuman terbaik untuk Ayla. Agar ia juga melakukan hal yang sama. Dan berhenti untuk bersedih terlalu lama.

Tiba-tiba, pintu terbuka, Ayla dan Anna terkejut, ketika melihat Ibu Ayla datang dengan penuh ketakutan dan langsung menggendong Ayla secara paksa. Ayla yang terus mencecar ibunya dengan segala pertanyaan itu tak ada satu pun yang menerima jawaban darinya.

Sementara Ibu Anna yang wajahnya juga mirip dalam artian kembar seiras dengan ibu Ayla itu juga mendekat kepada anak satu-satunya, lalu memberikan sebuah kotak dan berkata, "Anna, tahu 'kan, tempat Mamah biasanya bawa bunga? Anna datanglah ke sana! Ini kuncinya, nanti Ibu menyusul, ya?"

"Tapi, Ibu mau ke mana?"

"Ibu hanya pergi sebentar, kamu ikutlah sama Bibi Raya, ya?" ucapnya lalu melanjutkan perkataanya lagi,  "Raya, aku minta tolong jaga anakku."

Raya mengangguk, lalu dengan cepat menarik tangan Anna dan pergi saat itu juga. Anna memerhatikan ibunya yang tersenyum lebar dari kejauhan, berusaha menguatkan anaknya yang saat ini hanya terdiam dengan segala pertanyaan di kepalanya. Ia yang memang penurut itu hanya mengikuti apa yang diperintahkan Ibunya, tanpa tahu bahwa saat ini ibunya harus pasrah diarak massa.

"Mah, orang-orang yang bawa Bibi Ratih itu siapa?" tanya Ayla ketika melihat tubuh ibu Anna yang ditarik oleh sekelompok orang berjubah hitam.

Anna menoleh ketika mendengar perkataan Ayla itu. Ia terkejut ketika melihat ibunya dengan tubuh yang diikat oleh beberapa orang bertopeng kepala rusa di sana.

Anna berusaha melepaskan diri untuk mengejar ibunya. Membuat Raya berhenti dan berkata, "Anna tadi dengar apa yang Ibunya katakan bukan?"

"Tidak Bibi, Anna harus menyelamatkan Ibu! Sepertinya, Ibu akan disakiti oleh orang-orang itu," ucap Anna terus berusaha melepaskan tangannya.

"Iya Mamah, kasihan Bibi Ratih. Sepertinya Bibi Ratih butuh pertolongan kita." Ayla menyahut.

Raya tampak ragu-ragu, ketika mendengar perkataan dua gadis kecil polos di hadapannya itu. Sehingga, membuat Anna terlepas dengan begitu mudah dari genggaman Raya.

Hal itu membuat Raya mengejar Anna yang sudah berlarian untuk menyusul Ratih. Begitu pula Ayla, ia juga menyusul Raya untuk mengejar Anna.

Ketika Anna hendak turun tepat berada di depan anak tangga, tiba-tiba, dua orang berjubah hitam itu mendekat dan berkata, "Sepertinya memang dia anak Raya, kita harus segera membawanya."

Raya melihat kejadian itu, membuatnya berhenti dengan sembunyi dibalik sebuah lemari dan memeluk anaknya sendiri yang saat ini ia hendak menyusul Anna.

"Anna dibawa mereka, Mah. Kita harus tolongin Anna."

"Kamu diam, Mamah tidak ingin kamu juga diambil oleh mereka," ucapnya dengan penuh ketakutan dan bercampur kesedihan.

Raya membekap mulut Ayla yang terus saja bersuara. Dirinya membatin, "Maafkan aku, Mbak. Aku gagal memenuhi keinginanmu."

Bulir bening terus berjatuhan dari sana. Ayla kecil hanya memerhatikan orang tuannya dengan penuh tanda tanya. Tak lama setelah itu, ia beranjak dari persembunyiannya, untuk segera pergi dari desa ini.

Dilihat situasi Aman, ibu dan anak itu mengendap-ngendap waspada untuk membuka pintu belakang dari rumah besar yang baru beberapa hari mereka sempat tinggali. Menghampiri sebuah mobil yang terparkir di bagasi dengan hati-hati.

Sesampainya di sana, Ayla bersuara, "Mah, bagaimana dengan Anna? Kenapa Mamah tidak menolong Anna dan Bibi Ratih?"

"Bibi Ratih dan Anna, menyelamatkan kita sayang. Jadi kita harus bertahan demi pengorbanan mereka agar tidak sia-sia." Raya mengatakannya sambil mengangkat tubuh mungil Ayla ke atas mobil tua berwarna biru itu.

"Pengorbanan itu apa, Mah?"

Raya tidak menjawab, justru ia sibuk memasangkan sabuk pengaman untuk anaknya, lalu menyalakan mesin mobil, dan sudah siap untuk segera pergi dari tempat terkutuk ini.

Desa Terkutuk|| SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang