bab 12

34 6 0
                                    

Helsa, Ailee dan River mulai mencari keberadaan Eve dan Arvin. Mereka terus saja meneriaki nama teman-temannya. Akan tetapi tetap saja tidak ada sahutan. Sampai pada akhirnya mereka hendak membuka pintu di sisi kiri. Di mana, tempat yang dilarang oleh Anna. Mereka tampak tak berpikir panjang untuk segera membuka pintu tersebut, tetapi dengan cepat Anna berhasil menghadangnya.

"Kalian jangan melewati batas," ucap Anna dengan melebarkan tangannya.

"Kenapa? Kamu takut kebusukanmu terbongkar?" tantang Helsa, sambil mendorong sedikit bahu Anna.

"Aku gak bakal biarin, kalian memasuki area ini!" teriak Anna mulau emosi.

Mendengar itu, membuat Helsa berkata, "Jangan bilang, kamu emang udah nyembunyiin temen-temen gue, huh? Sekarang, cepat katakan, di mana mereka?"

"Huh, ternyata benar perkataan orang terdahulu, jangan pernah membantu orang luar, karena mereka semua sama, akan lupa dan tidak tahu terimakasih," gumam Anna yang dapat didengar oleh mereka.

Bukannya malah menyerah, Helsa justru berkata, "Sekarang kamu mau dapet imbalan? Atau emang semua ini rencana kamu aja, biar kita dapat membalas budi ke cewek psiko kayak kamu?"

River melihat Helsa yang mulai tak terkendali itu pun melerainya dan berakata, "Sudahlah Helsa, kita hormati perkataannya, cari tempat lain saja."

"River! Lo ini temennya siapa, sih?"

"Bukan gitu, Hel. Cuma gue gak mau temen-temen gue malah disamakan dengan orang yang dikatakan terdahulunya. Apalagi kita belum mencari mereka di atas!" River menarik tangan Helsa dengan paksa.

"Lepasin! Gue bisa jalan sendiri!" teriaknya, lalu menarik tangan Ailee agar menjauh dari Anna.

Ailee sedikit tidak enak hati terhadap Anna. Namun, apalah daya, ia juga tidak dapat berbuat apa-apa. Hanya dapat meminta maaf terhadap gadis yang memerhatikannya itu dengan menangkupkan kedua tangannya.

Anna memandangi punggung mereka bertiga yang mulai menjauh itu pun gegas masuk ke ruangan yang ada di belakangnya. Sementara Ailee, River dan Helsa sudah menaiki tangga, dan tak henti-hentinya memanggil nama Arvin dan Eve.

Di tempat lain, Eve dan Arvin yang mulai menyerah untuk mencoba satu persatu kunci di hadapannya itu pun mendengar samar-samar teriakan sahabat-sahabatnya dari luar.

"Bentar, lo denger suara mereka gak?" tanya Eve, menghentikan Arvin yang terus berusaha memasukkan kunci yang jelas-jelas tidak bisa masuk ke lubang pintu di sana.

Arvin menurut, mereka pun menempelkan telinganya ke pintu, dan benar saja. Mereka mendengar suara sahabat-sahabatnya di luar sana yang terus meneriaki namanya. Gegas Eve dan Arvin pun menggedor-gedor pintu di hadapannya itu untuk memberi sinyal keberadaan mereka di sana.

Dari kejauhan, Ailee mendengar suara gedoran pintu itu samar-samar. Sehingga membuatnya mendekat ke tempat asal suara tersebut.

"Ada apa, Ai?" tanya Helsa ketika melihat gelagat Ailee yang seakan-akan mendengar sesuatu.

"Ke sini! Kalian gak denger itu?" tanya Ailee dengan melambaikan tangannya.

Helsa dan Rever pun mendekat, dan dalam beberapa langkah pun mereka sudah mendengar suara dua orang yang memanggil nama mereka.

Ailee, River, dan Helsa pun tersenyum. Mereka lega akhirnya dapat menemukan keberadaan sahabat-sahabatnya.

"Eve, Arvin! Itu kalian?" tanya Helsa mendekat ke pintu di mana mereka berada.

"Helsa! Iya ini gue sama Arvin! Cepat buka pintunya, kita terkunci dari luar!" teriak mereka dari dalam samar-samar.

"Gimana kalian bisa masuk ke sana? Di sini tidak ada kuncinya!" teriak Helsa sambil menggerakkan gagang pintu di genggamannya.

"Cari apapun, atau tanya ke Anna!" teriak Eve yang membuat Helsa kesal.

Saat itu juga, tiba-tiba Anna datang dan memasukkan kunci yang di genggamannya. Helsa tampak menghindar untuk memberi Anna jalan. Walaupun masih merasa kesal terhadapnya.

Pintu pun terbuka, seketika itu juga, Eve dan Arvin keluar dari sana dengan peluh yang membanjiri wajah mereka. Tampak keduanya berbinar setelah melihat wajah sahabat-sahabatnya lagi.

Helsa lalu berkata, "Kalian bagaimana bisa ada di sini? Pasti gara-gara gadis aneh ini 'kan?"

Mendengar itu, membuat Eve dan Arvin melihat Anna yang saat ini tengah mencabut kembali kunci pintunya sambil menggeleng-geleng kecil mendengar perkataan Helsa. Lalu  berkata, "Ini bantuan terakhir dariku. Cepatlah pergi dari sini. Bahkan mayat hidup diluar sana lebih terhormat daripada kalian semua!" 

Eve tertegun dengan perkataan Anna barusan. Lalu, ia melirik Helsa dengan penuh tanda tanya.

Anna berbalik, lalu meninggalkan mereka yang masih terdiam mendengar penuturan Anna itu. Kecuali Helsa yang tiba-tiba menyahut, "Dengan senang hati. Bahkan tanpa kamu minta. Kita akan segera meninggalkan tempat terkutuk ini!"

Eve yang mendengar ucapan Helsa pun berkata, "Maksud lo apa bilang kayak gitu?"

"Kenapa? Lo bakal tinggal di sini selamanya dan memercayai semua omongan konyolnya?"

"Hel, lo keterlaluan, ya? Kita di sini terkunci bukan karena dia, kok!" teriak Eve, gegas mengejar Anna.

Namun, langkahnya terhenti ketika Helsa menarik tangannya dan berkata, "Itu sudah tidak penting lagi. Yang jelas, gue udah muak dengan semua kekacauan ini, sambil ngedengerin semua ocehan anehnya."

"Memangnya kalian tidak bisa apa, memercayainya? Buka mata kalian, setidaknya harus tahu malu sedikit saja!"

"Lo yang buka mata, Ve. Bukannya kalian semua ngerasa aneh dengan gadis itu? Lo terutama, gak usah pura-pura gak ngerasain apa-apa. Waktu itu, lo ingin ketemu sama ibunya karena udah mulai ragu dengan keyakinan lo bukan?"

"Cukup, ya, Hel! Lo gak tahu apa-apa. Memangnya apa yang buat kalian bersikap seperti ini, huh? Apa yang sudah dia lakukan. Bukankah sejauh ini dia cukup membantu kita?"

"Lo gak polos, Ve. Untuk apa dia membantu kita? Kalo gak ada maksud lain. Bisa saja—"

Perkataan Helsa terpotong oleh Ailee yang tiba-tiba berteriak, "Cukup!" seketika itu juga Helsa terdiam.

Desa Terkutuk|| SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang