bab 17.

24 5 0
                                    

Di tempat lain, River tengah berusaha keras untuk membuka pintu di hadapannya. Ia mencari benda di sekitar yang sekiranya dapat membuatnya masuk ke dalam ruangan itu. Sebab, sudah tidak ada waktu lagi untuk meminta Ailee agar segera sadar. Ia menyaksikan keadaan Helsa yang terkapar di lantai, dari kaca jendela dua arah di hadapannya, lalu terlihat bagaimana Ailee mendekat ke tubuh Helsa dengan membawa kursi yang diangkat ke atas dan memasang wajah buas. Hanya tinggal beberapa detik saja, kursi kayu itu terlempar ke tubuh Helsa.

"Helsa, sadar, Hel!" teriak River, lalu melihat sebuah pot yang terbuat dari tanah liat berukuran besar di pojok balkon, dengan tanaman bonsai yang tumbuh di sana. Tanpa ragu-ragu ia mengangkatnya, lalu melemparkannya ke kaca jendela dengan keras. Sehingga membuatnya pecah begitu saja, dan menimbulkan suara yang begitu nyaring.

River melindungi diri sendiri dengan kedua tangannya. Sebab pecahan kaca itu sampai mengenai dirinya.

Ailee menoleh setelah kaca jendela di belakangnya itu pecah. Sedangkan River dengan cepat masuk ke dalamnya, setelah semua pecahan beling itu berjatuhan di sana.

River gegas menghampiri Ailee dan mengambil kursi yang dipegangnya itu dengan paksa. Akan tetapi, kekuatan River tak sebanding dengan kekuatan Ailee yang mampu menahan kursi tersebut.

River terus berusaha menarik kursi itu. Akan tetapi, dengan satu hentakan dari Ailee mampu membuat River terpental ke pintu di belakangnya, bersamaan dengan kursi kayu yang sedari tadi mencoba direbut olehnya.

River terbatuk-batuk, sambil berusaha menyingkirkan kursi yang menimpanya itu.

Ailee tertawa begitu nyaring, suaranya berubah menjadi suara nenek tua yang mengerikan. "SATU PERSATU DARI KALIAN SEMUA AKAN MENINGGAL DENGAN CARA YANG MENGENASKAN!"

"Siapa kamu? Kenapa kamu masuk ke dalam tubuh temanku! Keluar jangan sakiti dia!" teriak River sambil menahan sakit. Sebab, kepalanya yang terbentur keras itu mulai mengalir darah dari sana. Terutama di bagian mulutnya, darah segar keluar membanjiri kaos putihnya.

Ailee hendak menjawab, tetapi saat itu juga, dari belakang, Helsa sudah tersadar. Ia bangkit dengan mengangkat sebuah figura yang terbuat dari kayu, lalu hendak melemparkannya ke punggung Ailee. Akan tetapi, lagi-lagi ia kalah cepat dengan tangan Ailee yang menghempaskan figura tersebut, bersamaan dengan tubuh Helsa yang lagi-lagi terpental karenanya.

River hendak bangkit juga, saat itu pun ia yang lemah di angkat tubuhnya mengudara tanpa sentuhan. Ia yang terangkat ke langit-langit kamar dengan memegang lehernya, karena merasa tercekik oleh tangan Ailee yang sebenarnya pun sama sekali tidak menyentuhnya.

Dengan satu hentakan, tubuh River dilemparkan ke lantai dan membuatnya tak sadarkan diri saat itu juga.

Ailee mengucapkan mantra, membuat benda-benda seisi ruangan tersebut berterbangan ke udara. Seakan-akan tertiup angin berputar-putar seperi pusaran air.

Darah yang mengalir dari tubuh River dan Helsa ia angkat ke udara dengan menciptakan sebuah simbol di awang-awang. Membentuk pola segitiga menghadap ke bawah dan segitiga lagi menghadap ke atas.

Awang-awang itu tiba-tiba mengeluarkan asap hitam. Lalu membuat sebuah portal, sehingga membuat tubuh Ailee terangkat ke atas lalu menghilang bersamaan dengan hilangnya asap dan berjatuhannya benda-benda yang berputar-putar mengudara tersebut.

******

Cahaya matahari dari jendela, menembus ke bilik kamar yang saat ini tengah ditinggali oleh River. Ia terkapar di sebuah ranjang kayu dengan ukiran tua di atasnya. Cahaya matahari, menyentuh wajah ranum milik lelaki yang bernama River Evano itu saat ini tengah mengerjap-ngerjapkan matanya, ia melihat langit-langit kamar yang tampak asing baginya. Wajah seseorang yang ia kenal juga ada di hadapannya. Ia hendak berdiri dengan memegang kepalanya.

"Kenapa aku ada di sini? Di mana yang lain?" tanyanya beruntun, karena tidak sabar menunggu jawaba dari gadis di depannya yang bernama Anna.

"Aku gak tahu harus mengatakannya atau tidak. Helsa masih belum sadar, sedangkan Ailee dan yang lain, entah di mana aku tidak tahu!"

"Maksud kamu apa? Helsa belum sadar? Dan yang lain—" ucapanya terhenti, karena menahan rasa sakit yang menyerang di kepalanya.

"Kamu tidak ingat dengan kejadian sebelumnya? Kenapa kamu bisa jadi seperti ini. Dan bagaimana kamu mendapatkan luka di kepalamu itu." Anna mengatakannya dengan hati-hati.

Mendengar ucapan Anna, ingatannya berputar ketika ia hendak menyelamatkan Helsa dari monster yang masuk ke dalam tubuh Ailee. Ia memekik kesakitan ketika potongan ingatan itu tergambar di kepalanya.

"Tenanglah, kamu minum air ini dulu!" pintanya dengan menodongkan segelas air putih di genggamannya.

"Helsa, di mana dia sekarang?" tanya River ketika ia sedikit lebih tenang dan meneguk habis minumannya.

River berusaha untuk beranjak dari tempat duduknya. Dibantu oleh Anna yang bersusah payah untuk menahan tubuh River agar tidak tumbang.

"Kamu sudah tidak apa-apa? Apa mau nunggu kamu sudah mendingan dulu, baru kita temui Helsa, bagaimana?" tanyanya karena tidak tega melihat kondisi River yang masih lemas.

"Tidak, aku masih bisa melakukannya. Antarkan saja aku sekarang ke tempatnya," jawabnya tegas dengan berusaha berdiri untuk dan melangkahkan kaki.

Anna pasrah lalu berkata, "Habis menemui Helsa, kamu harus makan bubur di sana, agar tidak sia-sia aku membuatnya."

Mendengat itu, River sedikit menolrh ke arah bubur yang sudah disiapkan oleh Anna sebelum ia bangun tadi. Lalu ia mengangguk dan berkata, "Makasih," dengan pelan sambil menatap wajah Anna dari samping.

Anna tak menyahut, ia hanya fokus memapah tubuh River yang saat itu masih lemas berjalan ke luar untuk menemui tempat Helsa istirahat.

Desa Terkutuk|| SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang