bab 20

23 7 0
                                    

Malam ketika Eve membebaskan seorang wanita paruh baya yang terbelenggu di kamarnya. Ia menceritakan kebenarannya di hadapan mereka berdua.

"Semua berawal dari ritual yang gagal sepuluh tahun lalu. Keluarga keturunan Klan Anala melakukan pengorbanan bayi yang seharusnya menghentikan bencana untuk desa ini, malah membawa petaka yang mengakibatkan seluruh penduduk di desa tersebut harus menghadapi kematian massal yang berupa bunuh diri. Ritual tersebut digagalkan oleh seorang anak kecil. Dan Ibu dari bayi itu, juga dengan sengaja mengucapkan mantra yang seharusnya tidak pernah diucapkan. Sehingga, membuat para tetua yang sudah berusaha untuk membalikkan keadaan itu menjadi sia-sia."

Arvin, yang sedari tadi hanya berdiri di kejauhan pun mendekat lalu bertanya, "Lalu, kenapa anda dan Anna tidak melakukan bunuh diri juga? Apakah cerita tentang bagaimana anda menyelamatkan Anna itu benar adanya?"

"Aku bukan Ibu Anna. Ibu Anna sebenarnya adalah ketua yang sudah dibakar hidup-hidup waktu itu. Dan Anna sendiri sebenarnya sudah tidak ada. Dia hanyalah Arwah penasaran. Dan  menghidupkan mayat-mayat itu, karena ingin menyiksaku di sini, sampai detik ini."

Eve mendadak berdiri ketika mendengar itu, lalu ia berkata, "Lalu, jika anda bukan ibu dari anna, lalu anda siapa?"

"Akulah ibu dari bayi yang dikorbankan itu."

Eve setelah mendengar pernyataan wanita di hadapannya pun perlahan menjauh darinya, dan saat itu pula, wanita yang sudah tidak terurus tersebut berdiri dan menggumamkan mantra yang membuat kedua anak muda di hadapannya jatuh pingsan seketika. Lalu ia berkata, "Maafkan saya, karena kalian tidak akan pernah mengerti seorang ibu yang sudah berkorban untuk dua anaknya."

Terlintas ingatan di kepalanya, sebuah kejadian di mana ia hendak menyelamatkan diri bersama anaknya yang bernama Ayla, dengan mengendarai mobil. Nyatanya, hal itu digagalkan oleh seorang anak kecil, yaitu Anna yang mengatakan, bahwa orang yang seharusnya mereka bakar hidup-hidup adalah wanita dari kota yang hendak melarikan diri itu. Iya, itu dirinya sendiri.

"Yang memiliki bayi itu sebenarnya dia! Dan aku bukanlah anaknya!" teriak gadis kecil yang dibawa oleh dua orang bertubuh kekar, memakai jubah hitam itu dengan lantang. Membuat Raya bergegas menyembunyikan anaknya di dalam mobil dan berkata, "Jangan keluar ke mana-mana, sampai Papah datang. Setelah Papah datang, langsung pergi dari sini!" Raya memberikan ponsel genggam ke tangan mungil Ayla, lalu melanjutkan lagi perkataannya, "ini, segeralah telepon Papah, ya sayang!"

"Mamah mau ke mana?" tanya Ayla bingung.

"Ayla belum tahu 'kan tentang pengorbanan? Pengorbanan adalah di mana, Mamah akan bahagia demi menyelamatkan putrinya. Jadi, Ayla harus janji satu hal sama Mamah, jangan sia-siakan usaha Mamah yang ingin membuat Anna selamat," ucapnya lalu, mengecup setiap jengkal wajah anaknya itu. Lalu menjulurkan kelingkingnya yang disambut oleh kelingking kecil milik Ayla.

"Ayla ingat apa yang harus dilakukan?" tanya Raya lagi.

Ayla mengangguk mantap, lalu ia bersembunyi di dalam mobil sesuai permintaan Ibunya.

Saat itu juga, wanita itu keluar dan mendekati sekelompok orang yang memakai jubah hitam, lalu berkata, "Memang akulah yang kalian cari! Dan dia adalah anak aku!"

Gadis kecil itu membelalakkan matanya, ketika mendengar pernyataan Raya yang mengaku-ngaku sebagai ibunya.

"Dia bukan Ibu aku! Anaknya ada di dalam sana! Seharusnya yang kalian korbankan anaknya, bukan aku!" Anna meronta-ronta, sedangkan Raya mendekat dan berbisik di telinga gadis kecil itu, "Anna, tenanglah, kamu cukup berpura-pura saja, Bibi akan menyalamatkan Ibumu."

Anna kecil yang memanglah penurut itu pun berbenti memberontak. Walaupun nyatanya, hal tersebut hanyalah kebohongan Raya untuk menyalamatkan dirinya sendiri dan Anaknya. Sebab, ia tahu betul apa yang harus dilakukan selanjutnya dalam ritual di sana. Yaitu, mengorbankan seorang Ibu keturunan klan Anala dan anaknya yang masih suci. Sementara jika mengorbankan dirinya sendiri itu tidaklah cukup dan akan sia-sia, karena bukan Anna lah anak kandungnya.

Sesampainya di tempat ritual pun, Anna kecil melihat Ibunya yang sudah digantung ke sebuah tiang yang di bawahnya ada bahan bakar kayu yang sudah siap siaga untuk dihidupkan saat itu juga. Lalu, Raya berkata, "Anna, temuilah ibumu, dia pasti ingin diselamatkan oleh anaknya."

Ratih melihat itu, membuatnya murka. Bagaimana saudara kembarnya menjebak anak dari saudaranya sendiri, padahal ia sudah mengorbankan dirinya demi Raya dan Ayla. Akan tetapi, ia malah dibalas dengan hal yang sangat keji.

"Raya, kenpa kau bawa anakku ke sini? Bukankah kamu sudah berjanji untuk menjaganya?" tanya Ratih cemas dan kecewa secara bersamaan. Ia merasa dikhianati oleh adiknya sendiri.

"Maaf, Mbak. Aku juga harus menyelamatkan anakku." Raya menundukkan kepala, lalu hendak menjauh untuk menaiki sebuah tempat di mana hal itu dilakukan untuk pembacaan mantra pengorbanan.

Akan tetapi, langkahnya tiba-tiba terhenti ketika Ratih berteriak penuh amarah menggelora di dada, "Seharusnya, aku tidak pernah menyelamatkanmu, Raya. Jika balasanmu seperti ini!"

"Maaf, Mbak. Aku juga harus melindungi keluargaku. Semoga pengorbananmu ini akan diingat oleh seluruh penduduk desa ini. Dan terimakasih karena udah menyelamatkanku." Raya sedikit merasa bersalah, tetapi ia memang tidak punya pilihan lain lagi.

"Terkutuk kau Raya, sepanjang hidupmu akan dihantui rasa bersalah dan nelangsa yang tiada tara!" jerit Ratih sambil melihat anaknya yang terus saja memangis. Matanya sembab dibanjiri oleh air mata.

Raya terdiam sejenak setelah mendengar ucapan dari saudaranya itu, lalu ia berkata, "Nasi sudah jadi bubur, Mbak. Inilah kewajibanmu sebagai kebanggaan keluarga klan Anala. Dan aku akan pastikan, bahwa ucapanmu itu tidak akan pernah terjadi." Lalu, Raya memulai untuk mengucapkan mantra, bersamaan dengan tubuh Anna dan ibunya perlahan dilahap oleh api yang menyala-nyala dibawah kakinya.

Saat itu juga, Ratih juga membacakan mantra yang mengakibatkan, seluruh orang di desa itu  juga perlahan terbakar dengan sendirinya. Bersamaan dengan tubuh Ratih dan Anna yang dilahap oleh api bersama mereka. Raya yang menyaksikan itu, gegas menangkis mantra timbal balik dari saudaranya. Lalu ia pergi dari sana, tanpa henti-hentinya untuk merapalkan mantra agar ia tidak ikut terbakar juga.

Sampai pada akhirnya, Raya berhasil menyelamatkan diri. Akan tetapi, ia gagal untuk keluar dari desa ini. Sebab Raya juga membacakan mantra agar desa yang mereka tinggali menghilang dan mengunci pintu dari dalam. Sehingga tak seorang pun dapat keluar bahkan masuk ke dalam desa terkutuk ini.

Raya yang berharap bisa menemui anaknya itu, ternyata terlambat. Ayla sudah dibawa pergi oleh Ayahnya di menit terakhir pintu Desa Hirap tertutup rapat.

*****

Sesampai Anna dan River di depan kamar tempat Helsa berbaring. Anna membuka pintu itu perlahan, alangkah terkejutnya ia, bahwa Helsa tidak ada di sana. Begitu ia berbalik, River juga tiba-tiba menghilang dari pandangannya.

"Cukup, Anna!" suara parau itu membuatnya menoleh, dilihatnya seorang wanita tua berjalan ke arahnya. Lalu, ia berkata lagi, "Identitasmu sudah terbongkar. Perlahan, kamu akan segera menghilang."

"Bagaimana kamu bisa—" ucapannya terpotong, setelah ia melihat River, Helsa, Arvin dan Eve mucul dari belakang nenek tua itu dengan keadaan tubuhnya melayang.

Desa Terkutuk|| SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang