bab 11

31 6 0
                                    

"Bagaimana kalian bisa tahu tempat ini?" Anna tertegun dengan apa yang ia lihat. Sebuah tempat yang sudah lama ia cari selama ini.

River dan Helsa hanya diam saja sambil memerhatikan Ailee yang tertunduk, seakan-akan merasa bersalah.

Anna melangkah perlahan, masuk ke ruangan yang begitu megah. Di sana, tampak sebuah misa hitam besar berbentuk lingkaran, serta ada simbol satanic yang terpampang dengan jelas di atasnya.

Suasana di sekitarnya mulai berubah. Begitu Banyak tulisan-tulisan kuno berwarna merah di sekitar dinding. Walaupun benda-benda di sana penuh dengan debu dan sangat usang. Namun, jelas terlihat bagaimana tempat ini adalah bekas ritual dan pertemuan rahasia di masa lalu.

Ruang rahasia itu, membuat Ailee tiba-tiba melihat bayangan aneh.

Dilihatnya sekelompok orang berkumpul mengelilingi batu besar di sana dengan mengenakan pakaian serba hitam. Lalu mengucapkan mantra yang tidak ia pahami. Serta ia mendengar tangisan seorang bayi yang memekakkan telinga. Ada percikan darah di mana-mana. Membuat Ailee merasa mual dan berlari keluar dari ruangan tersebut.

River dan Helsa mengejar Ailee yang muntah-muntah di luar sana. Disusul dengan Anna yang memberikan segelas air putih padanya.

Ailee meneguk habis minuman tersebut, lalu berkata, "Maaf, aku gak—"

Pekataan Ailee terpotong oleh Anna yang tiba-tiba menyahut, "Kamu gak usah minta maaf. Justru sebaliknya aku yang berterimakasih terhadapmu. Tempat itu memang sudah lama aku cari."

River, Helsa dan Ailee terkejut, tentu saja perkataan Anna diluar perkiraan mereka.

"Oyah, kamu kenapa, kok, tiba-tiba seperti ini?" tanya Anna bingung melihat keadaan Ailee.

Ailee tampak diam. Ia bingung harus mengatakannya atau tidak.

Lalu, Anna melanjutkan perkataannya lagi, "Dan satu hal lagi, bagaimana kamu bisa mengetahui tempat itu?"

"Ah, iya. Gue juga bingung ketika lihat Ailee yang menggeser patung di sana dengan begitu mudah, seperti sudah tahu keberadaannya." Helsa mengatakannya dengan menunjuk ke tempat di mana Ailee keluar tadi.

"Gue gak begitu yakin dengan apa yang gue lihat. Tapi, selama menginjakkan kaki di rumah ini. Gue ngerasa tidak asing. Sementara, tentang ruangan itu, yang nuntun gue ke sana, adalah gadis kecil."

"Lo udah bilang kayak gitu udah dua kali, Ai. Apa mungkin lo tidur sambil berjalan lagi? Dan anak kecil, di mana ada anak kecil? Gue gak liat, tadi." Helsa menyangkal penuturan Ailee.

"Enggak kayaknya, lo liat sendiri 'kan tadi Ailee gak tidur. Dia hanya berjalan dan membuka membuka ruangan itu." River menyahut.

Hal itu membuat mereka terdiam. Lalu, Anna tiba-tiba bersuara, "Sebentar, kamu bilang. Ada gadis kecil?"

Ailee mengangguk.

"Apakah yang kamu maksud adalah gadis itu?" Anna menunjuk ke sebuah lukisan besar yang terpampang di tembok ruangan keluarga.

Ailee menoleh, lalu ia mendekat ke lukisan tersebut. Saat itu juga, kepala Ailee kembali terasa sakit. Ia memegangnya erat-erat karena seakan-akan mau pecah. Potongan ingatan di kepalanya mulai tergambar di sana. Memecah belah menjadi sebuah kepingan puzzle yang tidak beraturan.

"Aarrgghhh ...." rintih Ailee membuat Helsa gegas membawanya untuk menjauh dari sana.

Anna pun menghampiri mereka dan mengajaknya untuk duduk di sofa.

Ailee terus memegang kepalanya.

"Lo kalo gak kuat jangan terusin Ai! Apa yang lo lihat?" tanya Helsa makin panik.

"Iya, gadis itu. Aku melihatnya. Dia yang mengajak gue buat masuk ke sana," gumam Ailee yang samar-samar didengar oleh yang lain.

"Apa lo bilang?" tanya Helsa mendekat. Sebab ia tidak begitu jelas mendengarnya.

"Gadis yang gue liat itu dia!" teriak Ailee menunjuk ke sebuah lukisan anak kecil di sana.

"Lo yakin?" tanya Helsa dengan  memegang tubuh Ailee yang terus saja seakan-akan bereaksi menahan rasa sakit.

Ailee mengangguk mantap, sambil sesekali meringis kesakitan.

Anna terperanjat mendengar jawaban Ailee tersebut. Hal itu membuat Helsa dan River kebingungan dengan reaksi Anna yang berlebihan. Tampak jelas di wajah Anna sebuah ketakutan yang luar biasa setelah mendengar jawaban Ailee.

"Kalian bisa masuk ke tempat ini karena dia!" teriak Anna, sambil menunjuk wajah Ailee yang kebingungan.

"Maksud kamu apa?" Helsa bingung.

"Karena dia adalah cucu dari dukun yang sudah mengutuk tempat ini," jawab Anna dengan tegas. Serta memasang tatapan dingin.

"Huh, lucu sekali. Sejak kecil, gue udah kenal sama Ailee. Dan apa yang lo katakan itu tadi tidak masuk akal sama sekali." Helsa mendengus kesal. Ia meremehkan ucapan Anna barusan.

Mendengar itu, membuat Anna berkata, "Kalian tidak perlu memercayai perkataanku, tapi kenyataannya seperti itu. Dan Ailee pasti sudah menyadarinya."

Helsa makin kesal dan tak percaya dengan penuturan Anna. Ia pun membalas ucapannya, "Bener kata Arvin. Seharusnya kita gak pernah mempercayai omongan orang ini," ucapnya lalu menarik tangan Ailee dan melanjutkan perkataannya lagi,  "kita pergi dari sini. Yang gak beres bukan tempatnya, tapi memang dia dibalik semua dalangnya!" teriaknya sambil mendorong tubuh Anna, hingga ia sedikit memundurkan tubunya.

Ailee tampak merasa bersalah, ia pun hendak menenangkan Helsa dan berkata, "Hel, lo—"
Ucapan Ailee terpotong oleh Helsa, "Kenapa, lo mau nunggu kekacauan selanjutnya? Gue gak bisa berlama-lama ada di sini, Ai. Terutama denger omongan  anehnya. Kita pergi, atau gue yang pergi sendiri?!"

Ailee terdiam. Sebab, ketika Helsa serius, ia tidak dapat berbuat apa-apa.

Melihat Ailee yang membisu, akhirnya membuat Helsa melepaskan genggamannya lalu berkata, "Oke, gue pergi sendiri!"

Ketika Helsa sudah menjauhi mereka, Ailee pun menarik tangannya dan berakata, "Oke, kita pergi. Tapi sebelum itu. Kita temukan dulu di mana Eve berada."

Ketika Anna mendengar perkataan Ailee, ia tersenyum miring dan diikuti dengan dengusan kecil di sana.

Desa Terkutuk|| SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang