bab 13

28 6 0
                                    

"Lo gak polos, Ve. Untuk apa dia membantu kita? Kalo gak ada maksud lain. Bisa saja—" perkataannya terpotong oleh Ailee yang tiba-tiba berteriak, "Cukup!" seketika itu juga Helsa terdiam. Dan suasana pun berubah menjadi hening.

Wajah Ailee seketika itu berubah jadi sedih. Lalu ia berkata, "Yang lo katakan itu hanya kecurigaan semata, Hel. Gue tahu, sikap lo kayak gini cuma karena ngelindungin gue. Tapi gue mohon, kalian berdua janganlah bertengkar. Mari kita putuskan, pergi dengan baik-baik, atau tetap tinggal, dan keluar sama-sama dari sini, termasuk membawa Anna pergi."

Helsa tampak muram mendengar ucapan Ailee. Ia hendak menjawab, tetapi lagi-lagi dihentikan oleh Ailee dengan air mata yang tiba-tiba menyentuh pipinya, "Dan satu hal lagi, bagaimana kalo memang gue penyebab kalian terjebak di sini?"

"No, no. Enggak, Ai. Lo jangan terpengaruh dengan ucapan dia."

"Gue bukan terpengaruh, Hel. Tapi memang semenjak gue dateng ke rumah ini. Gue sendiri ngerasa tidak asing dengan tempat ini. Gue ngerasa, gue pernah ke sini."

"Itu cuma perasaan, lo doang! Sekarang gak usah mikirin yang bukan-bukan. Gue kenal lo, keluarga lo, masa kecil lo, dari dulu. Itu sudah jadi bukti, bahwa lo tidak pernah ada di sini. Dan tidak pernah ada sangkut pautnya dengan semua kejadian yang kita alami selama ini."

"Lo gak usah bohong lagi, Hel. Gue tahu, ada yang lo sembunyiin dari gue 'kan?" tanya Ailee yang tiba-tiba mengalihkan pandangannya ke Eve yang terus saja merasa kebingungan dengan percakapan yang sedari tadi ia dengar, "sekarang gue tanya sama lo, Ve. Siapa orang yang udah mencekik lo waktu itu?"

"Hah? Maksudnya?" tanya Eve bingung sambil mengerutkan keningnya.

"Gue tanya, siapa yang udah cekik, lo?" tanya Ailee kembali dengan tegas.

"Itu ...." Eve tampak ragu-ragu untuk mengatakannya.

"Gue mau, lo jawab yang jujur, Ve." Ailee penuh harap.

Eve masih bungkam, membuat Helsa mencegatnya, lalu berkata, "Sudahlah, Ai. Lupakan saja, Eve gak mau membahas itu!"

"Tapi gue butuh kejujuran kalian. Gue gak mau ada kebohongan di antara kita. Gue pengen kita saling percaya, itu aja!" teriak Ailee mulai emosi.

River tiba-tiba mendekat, lalu berkata, "Siapapun yang melakukan itu kepada Eve, semuanya sudah tidak penting, Ai. Yang penting sekarang, gimana kita semua bisa keluar dari sini dengan selamat."

Eve mendengar itu, membuatnya melangkah maju mendekati River dan berkata, "Gak penting lo bilang? Gue hampir mati, Ver! Semudah itu, ya, kalian ngomong. Coba kalo Ailee yang berada di posisi gue. Lo gak bakal bilang, gini, 'kan?"

River gegas menjawab kesalah pahaman Eve terhadapnya, "Bukan gitu maksud gue, Ve!"

"Gue cabut, terserah kalian mau keluar dari sini tanpa gue silakan. Gue bisa sendiri setidaknya gue masih punya hati, gak seperti kalian yang lupa, kalo bisa hidup sampai sekarang karena siapa!" teriaknya, lekas pergi begitu saja dengan penuh emosi.

Arvin berhasil menarik tangan Eve, tetapi seketika itu juga, Eve menghempaskan tangannya kasar. Langkah lebar Eve tak mampu dijumpai Arvin ketika ia hendak mengejarnya, karena dihentikan oleh River dengan memegang pundaknya.

Arvin menghempaskan tangan River dari pundaknya itu untuk mengejar Eve. Sebab tak mungkin rasanya, jika Eve dibiarkan pergi begitu saja.

Ketika sudah terlepas, Helsa mencegatnya dengan menarik tangan Arvin, "Vin, biarin Eve tenang. Nanti juga dia bakalan balik ke kita."

"Kalian itu, terlalu meremehkan Eve. Sorry, meskipun gue gak mempercayai Anna, tapi gue gak bisa tinggalin Eve sendirian di luar sana." Arvin mengatakannya, dengan melepaskan genggaman tangan Helsa perlahan.

Arvin pergi dari sana untuk mengejar Eve. Akan tetapi, ia tiba-tiba berhenti di pertengahan jalan, lalu berbalik dan berkata, "Oyah, gue gak tahu apa yang sedari tadi kalian bicarakan, tapi mungkin lukisan di dalam sana bisa memberi kalian jawaban."

Arvin berbalik lagi setelah mengatakan itu lalu kembali mengejar Eve, yang belum terlihat ada di mana. Sedangkan Ailee, River dan Helsa tampak kebingungan dengan apa yang diucapkan Arvin.

Ailee hendak masuk ke tempat yang dimaksud oleh lelaki itu, tetapi Helsa mencegatnya.

"Sudahlah, Ai. Jangan buang-buang lagi waktu kita gak banyak. Gue udah gak tahan berada di sini. Kita pergi aja, ya!" pinta Helsa dengan wajah memelas.

Ailee tampak ragu-ragu dengan memerhatikan ruangan yang tertutup itu dari luar. Melihat wajah Ailee yang penasaran itu pun gegas Helsa menarik tangannya dengan paksa. Sehingga membuat Ailee menurut begitu saja. Begitu pula dengan River, ia tampak termenung sambil memerhatikan pintu di sebelahnya. Akan tetapi, lagi-lagi Helsa ia berhasil menarik tangannya juga. Mereka pun pergi dari sana, dengan segala pikiran yang berkecamuk di kepalanya.

Ailee, Helsa dan River sudah sampai di kamar yang sempat ditempati Ailee sebelumnya itu. Helsa membantu untuk membereskan barang-barang Ailee dari sana. Tiba-tiba, tangan Ailee terhenti ketika ia hendak memasukkan ponselnya ke dalam tas. Ia tampak terdiam sejenak, lalu bergegas untuk kembali ke tempat di mana jawaban yang dimaksud oleh Arvin barusan.

Helsa tampak bingung sejenak, tetapi tak lama setelah itu, ia dengan tanggap mengejar Ailee yang masih kekeh ingin melihat lukisan yang dimaksud Arvin beberapa waktu yang lalu.

"Ai, tunggu!" teriak Helsa sambil mengejar Ailee yang sudah begitu jauh.

River juga ikut menyusul mereka. Sebab ia sendiri juga penasaran dengan lukisan apa yang dimaksud Arvin itu. Benarkah ada sangkut pautnya dengan Ailee? Ia hanya berharap semoga ketakutannya tidak akan pernah terjadi.

Desa Terkutuk|| SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang