||Prolog Toxic||

10.1K 474 55
                                    

🥀🥀🥀

Sebagian cerita ini diambil dari kisah nyata.

"Heza sakit, Za!" Lavender meringis dengan suara lantang agar sang kekasih melepaskan cekalan tanganya dari lengan Lavender. Tangan itu terasa sangat sakit disebabkan cekalan kuku yang menusuk ke dalam kulitnya, belum lagi rasa pusing di kepalanya yang terus ia rasakan dari tadi pagi.

Lelaki itu tak mengeluarkan suara apa pun sampai mereka tiba di taman belakang sekolah. "kamu kenapa sih, Ve?!" Tanya Heza sedikit menekan.

Lavender menyerngitkan dahi sebelum ia sempat menanyakan kembali maksud dari ucapan kekasihnya itu. "Seharusnya yang nanya kayak itu aku, bukan kamu. Kamu tuh, kenapa datang-datang langsung marah kayak gini?"

Maheza menatap ke arah lain sembari menyunggingkan satu sudut bibirnya. "Kamu lupa? Apa yang udah kamu lakuin sama Hanna?"

"Hanna?" Lavender mengerutkan kening sejenak. "Aku gak ngelakuin apa-apa sama Hanna. Kamu gak usah ngarang, deh," Lavy berkata dengan lantang lantaran tak terima mendadak disalahkan.

"Lavender ... Jujur sama aku," Maheza menurunkan suaranya agar sang kekasih mau berkata jujur, tetapi respons dari gadis itu hanya bungkam dan mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Lavender ..."

"Bacot!" Hardik Lavender dengan suara pelan. Namun masih bisa di dengarkan oleh Heza.

"LAVENDER!!" Heza kelewatan emosi dengan sang gadis, sampai tak bisa lagi mengontrol emosinya.

Lavender menoleh ke arah Heza dengan tatapan tajam. "Iya! Aku nyakitin dia. Puas kamu?!"

Maheza menghela napas berat seraya menggeleng tak percaya dengan pola pikir kekasihnya ini. Entah apa yang membuat gadisnya itu sangat tega dan kejam untuk menyakiti orang lain. "Lavender Kamu tau 'kan? Apa yang kamu lakuin itu udah Keterlaluan."

Lavender mengut-manggut mengerti atas apa yang Maheza katakan. "Tau! Kenapa? Kamu mau belain dia? Iya, Za?!" Lavender betanya sembari menatap manik indah sang kekasih dengan dalam. Ia tidak akan terima jika saja Maheza sampai membela wanita yang sangat ia benci.

"Aku bukannya mau ngebelain Hanna, tapi apa yang kamu lakuin ke Hanna itu udah keterlaluan Lavender. Gak seharusnya kamu kaya gitu. Aku sama dia itu udah gak ada apa-apa lagi, dan dia juga udah ngejauh dari aku," dalam sepersekian detik, deru napas Heza terdengar menggebu. Ada kilatan emosi yang membumbung dari tatapan matanya. Heza terlihat sangat marah sehingga Lavender dapat melihat garis rahang lelaki itu menegang. Hingga seketika membuat Heza lupa jika Lavender sedang sakit.

"Terlanjur Heza, terlanjur! Kamu udah terlanjur nyakitin aku, begitu pun dia udah terlanjur mancing emosi aku, dan apa pun itu, semuanya udah terlanjur. Dan aku." Lavender menjeda ucapannya sejenak dengan menunjuk dirinya sendiri, kemudian mendekati ke arah telinga Heza. "Juga udah berhasil ngehancurin dia," bisiknya pelan di telinga Heza.

"LAVENDER!"

"KENAPA?!"

Mata Lavender tampak berkaca-kaca tatkala membendung air matanya agar tak keluar hanya karena wanita iblis yang sudah mengambil kebahagiaannya. "Segitu sayangnya kamu sama Hanna? Sampai lupa sama janji kamu sendiri?" Lirihnya palan.

"Aku gak akan semarah ini kalau apa yang kamu lakuin sama Hanna gak sefatal itu. Kamu tahu dampak atas ulah kamu itu? Bukan cuma Hanna yang kamu sakiti, Ve, tapi beasiswa dia juga miss cabut. Kamu kalau bertidak itu mikir dulu,Ve! Jangan sesuka hati!" kilat marah terpancar jelas dari mata lelaki itu tatkala ia berucap.

Lavender sedikit terkejut dengan bentakan dan penjelasan panjang dari Heza. "Kamu ngebentak aku demi ngebelain dia?" Suara Lavender terdengar bergetar.

"Iya! Kenapa? gak suka? Aku capek sama kelakuan kamu tahu, gak?!"

"Kalo capek tinggallin aku! urus sana si jalang kamu itu!"

"Lavender stop panggil dia jalang! Dia bukan wanita kotor seperti yang ada di pikiran kamu!"

"Gak usah banyak ngebela! Kalau memang merasa dia yang patut untuk kamu lindungi. Silahkan putar balik badan kamu, urus tuh cewek murahan!" Lirih lavender penuh penekanan.

Maheza menggeleng pelan atas apa yang Lavender kataan. "Okey. Aku bakalan ikutin apa yang mau kamu. Mulai hari ini ... Kita putus!"

Mata Lavy membulat sempurna dengan keputusan Heza. "Semudah itu, Za?" Tanya Lavender tak percaya.

"Iya. Kenapa? Bukannya itu yang dari dulu kamu mau 'kan? Harusnya kamu bahagia dong, karena atas do'a-d'oa kamu itu, kini aku beneran pergi dari kehidupan kamu!"

Lavy mengangguk lemah sembari tersenyum miris. "Emang bener, ya? Omongan kamu itu gak ada lagi yang bisa dipercaya."

Heza menunduk sebentar sebelum mengucapkan kata yang membuat Lavender terdiam mematung. "Jangan pernah datengin aku lagi, karena kita gak ada hubungan apa pun yang membuat hubungan kita bersatu lagi. mulai hari ini, aku pergi!" lirih Heza, kemudian ia pun pergi dari hadapan Lavender.

Percayalah. Apa yang Heza ucapkan tidak sesuai dengan isi hati dan jalan pikirannya saat ini, untuk keputusan itu benar-benar ia ambil di saat balutan amarah yang membuatnya harus melepaskan kata pamali yang ia ciptakan sendiri.

___Tega kamu, Za. Aku lagi ngandung anak kamu, tapi kamu? Malah pergi ninggalin aku___

____________________________________

'WARNING'

Cerita ini mengandung adengan
Kekerasan

Bullyan
18+
Dan bahasa kotor

Kalian semua tentu tahu dong caranya menghargai karya seseorang dan mendukung penulis dengan vote dan comment kalian.

Lakukanlah hal yang bijak dalam memilih bacaan dan cara yang bijak untuk menghargai bacaan.

Terima kasih

_iin 16-februari-22

TOXIC [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang