26 • Mencoba untuk ikhlas

2.2K 239 99
                                    

TOXIC 🥀

Lavender tengah terduduk merenung di atas kursi roda sembari menatap sekeliling taman. Karena merasa bosan hanya berada di dalam ruangan saja, Lavy meminta Heza untuk membawanya ke luar kamar sembari mencari udara segar. Numun, setalah sampai di taman, Lavender merasa lapar dan meminta Heza untuk membilikannya roti bakar. Heza menurut pun pergi meninggalkan Lavy sebentar yang terus terdiam dengan tatapan kosong.

"Mommy... Lavender belum pernah ketemu mommy, tapi mommy udah pergi duluan ninggalin Lavy, sekarang Lavender merasakan hal yang sama lagi, mom. Lavy belum sempat bertemu anak Lavy, tapi dia udah duluan pergi ninggalin Lavy..." Monolog Lavender sambil terisak. Lamunan Lavy buyar seketika manakala ada gadis kecil yang menghampirinya dan langsung memegang tangan Lavy.

"Kakak... Kenapa menangis?" Tanya bocah wanita itu.

Lavender menghapus air matanya sembari menggenggam kembali tanggan anak kecil itu, "Kakak gak nangis kok, sayang... Nama kamu siapa anak cantik...?" Tanya Lavender.

"Nama aku... Bunga kakak."

"Waaa nama yang bagus... Kamu sama siapa ke sini? Mama kamu di mana?" Tanya Lavender sembari melirik sekeliling, sebab di lihatnya jika taman masih terlihat sepi hanya ada dia dan beberapa orang yang jauh dari mereka.

"Mama aku lagi sakit kakak."

Lavy tersenyum menatap gadis kecil ini dengan iba, "Mau duduk di sini?" Tawar Lavender sembari menepuk pahanya.

Bunga mengangguk. "Mau..."

"Lavender?" panggil seseorang.

Lavender menoleh ke arah sumber suara yang memanggil namanya dan memegang pundaknya. "Heza, Za? Tolong gendongin anak ini ke atas pangkuan aku." titah Lavy.

Heza menggeleng pelan. "Jangan dulu Ve... Kaki kamu masih sakit, biar aku aja yang gendong, yah." Lavy pun mengangguk. Heza lantas menggendong Bunga untuk duduk di atas pangkuannya di atas kursi taman, dan Lavy yang duduk di atas kursi roda sambil menatap Bunga tanpa melunturkan senyumannya. "Anak cantik namanya siapa?" Tanya Heza.

"Nama aku Bunga kakak." Jawabnya, manik bunga pun berpindah melirik ke paper box yang berada di tangan Heza, "Kakak bawa apa?" tanya Bunga.

"Ini? Ini namanya roti bakar..." jelas Heza. "Kamu mau?" Tawarnya.

Bunga mengangguk ribut. "Mau!"

"Sini kakak suapin," ujar Heza sambil membuka kotak roti itu dan menyuapkan roti itu kepada Bunga. Heza menyunggingkan senyumannya sembari menatap Lavy yang terus tersenyum menatap Bunga, Heza merasa bersyukur karena kehadiran Bunga berhasil membuat Lavy tersenyum kembali. Setalah kejadian itu, sang kekasih sudah tidak pernah melemparkan senyum biar kepada siapa pun itu. "Aaa?" Titah Heza yang hendak menyuapi Lavy juga, tidak ada penolak, Lavy pun menerima suapan itu tanpa mengalih pandangannya dari Bunga.

"Kakak ini suaminya kakak cantik, yah?" Bunga bertanya kepada Lavy apakah Heza adalah suaminya, dengan posisi mulutnya yang masih penuh terisi roti.

Lavender menggelang. "Bukan... Kaka tampan ini pacar kakak." jawab Lavender. Heza tersenyum. Merasa senang dengan jawaban Lavy, ternyata dugaannya salah, ia pikir selepas dari kejadian ini Lavender bebar-benar akan membencinya dan tidak akan pernah menganggapnya lagi. Tangan Lavy bergerak menyelipkan anak rambut di wajah cantik Bunga sambil menanyakan sesuatu kepada Heza. "Heza kamu beli minuman 'kan?"

"Beli, kok." Heza marahi botol air mineral yang ada di dalam pelastik lantas membuka botol itu dan memberikannya kepada Lavy. Saat sedang asik berbincang dengan Bunga, dengan secara tiba-tiba teriakan dari seseorang mampu membuat Lavy dan Heza seketika menoleh ke arah sumber suara.

TOXIC [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang